26 Oktober 2022
JAKARTA – Seniman amatir Ukraina Varvara Hamianin dan Vitalii Korzenenko meningkatkan kesadaran tentang penderitaan perempuan dan anak-anak di negara mereka setelah pasukan Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari.
Para penari Jawa berjalan menuju atrium tengah mal Mitra Hadiprana di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, gerakannya santai tak tergesa-gesa oleh gejolak eksternal. Pemilik Mitra Hadiprana, Puri Hadiprana, memperkenalkan pertunjukan Tari Kusumo (Tarian Bunga) sebagai “tarian yang melambangkan kerentanan”.
Tarian ini melambangkan kerapuhan, penolakan kekuatan batin dan keanggunan di bawah tekanan, yang kontras dengan pertunjukan Tari Topeng (Tarian Topeng) berikut ini. Tarian solonya lebih dinamis dan seolah melambangkan tekad subjek untuk melawan dan tidak menyerah pada kesulitan.
Wanita dan anak-anak
Tarian dan temanya, serta bazaar seni, mengawali Heart Through Art, sebuah pameran seni amal yang menyoroti penderitaan perempuan dan anak-anak yang terkena dampak perang yang sedang berlangsung di Ukraina sejak Rusia menginvasi negara itu pada Februari lalu. Acara tersebut menampilkan karya seni seniman amatir Ukraina Varvara Hamianin dan Vitalii Kornezenko.
Dipandu oleh ayah Varvara, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin dan Puri, pameran ini tampak seperti pesta besar korps diplomatik Jakarta. Tamu penting lainnya termasuk Duta Besar Australia Penny Williams dan Duta Besar Jepang Kenji Kanasugi. Namun Hamianin menepis anggapan tersebut.
“Perempuan dan anak-anak merupakan 85 persen dari lebih dari 20 juta warga Ukraina yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka atau terpaksa mengungsi ke luar negeri sebagai pengungsi. Hal ini membuat penderitaan mereka menjadi masalah transnasional dan kemanusiaan,” katanya pada pembukaan pameran pada tanggal 8 Oktober.
Wakil Ketua Kedua Parlemen Ukraina Olena Kondratiuk mengamini hal tersebut. “Sampai saat ini, perang tersebut telah menewaskan 421 anak-anak, seiring dengan semakin intensifnya serangan Rusia, antara lain dengan meluncurkan lebih dari 3.800 rudal ke wilayah Ukraina,” jelasnya.
“Perang telah merampas masa kecil anak-anak (jutaan warga Ukraina). Mereka akan memerlukan terapi psikologis untuk trauma yang disebabkan oleh pengalaman mereka selama konflik.”
Membangkitkan emosi yang mendalam
Howl (Hole) In My Soul karya Varvara, dan gambaran jeritan heningnya dari karya besar pelukis Norwegia Edvard Munch tahun 1893, The Scream, mencerminkan rasa sakitnya dan rasa sakit orang-orang sebangsanya. Permainan kata-kata di judul tersebut mencerminkan penderitaan dan ketidakberdayaannya serta dampak perang yang menimpa rakyat Ukraina.
“Saya mengalami gejolak emosi saat membuat (Howl (Hole) In My Soul) Maret lalu. Perasaannya antara lain ketidakbahagiaan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap keluarga dan teman-teman saya,” ujarnya tentang lukisan akrilik di atas kanvas.
Emosi yang intens dan sentuhan aneh dari karya ini mirip dengan lukisan Study after the Portrait of Pope Innocent X karya pelukis Inggris Francis Bacon tahun 1953.
“Emosi lainnya antara lain rasa tercabut, teror, ngeri, takut dan marah serta kehilangan. Perasaan ini menjadi lebih nyata setelah serangan Rusia menghancurkan sebagian besar kota di luar Kiev, tempat tinggal nenek saya.”
Karya Varvara Do You Still Remember How to Cry juga sama pedihnya. Aliran air mata di laut bisa melambangkan curahan kesedihan di dunia yang acuh tak acuh dan kesadaran global akan apa yang disebutnya “krisis kemanusiaan yang terjadi di Ukraina.”
Koneksi ke tanah
Sebaliknya, Kornezenko menggambarkan keindahan alam Ukraina dalam lukisan cat minyak seperti Tanah Air. Pada pandangan pertama, gambaran sebuah rumah pertanian dengan pohon-pohon cemara tampak seperti versi kerinduannya yang indah. Namun jika dilihat lebih dekat, terungkaplah kerusakan perbatasan Ukraina. Ini termasuk semenanjung Krimea, yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada tahun 2014. Kornezenko memperjelas posisinya dengan karyanya Krimea adalah Ukraina. Komunitas internasional mempunyai sentimen yang sama, karena sebagian besar negara tidak mengakui klaim Rusia atas wilayah tersebut.
Dubes Hamianin berharap pemikiran dan perasaan di balik lukisan tersebut dapat menyampaikan sentimen yang sama kepada masyarakat Indonesia.
“Kami berharap kisah-kisah di balik (Heart Through Art) dapat mengingatkan masyarakat Indonesia akan perjanjian di balik Perang Kemerdekaan Indonesia (melawan Belanda) dan perjuangan Ukraina melawan agresi Rusia, meskipun sebagian besar masyarakat Indonesia masih terlalu muda untuk mengingat konflik terdahulu. Yang terpenting, kami berharap dapat mengingatkan mereka bahwa hanya berdiam diri saja tidak cukup,” katanya.
“(Konflik di Ukraina) bukan tentang memihak atau mendukung bangsa Ukraina. Ini tentang membela keadilan, demokrasi dan kemanusiaan melawan kejahatan perang dan jenis agresi yang dilakukan oleh Rusia.”
Dubes berharap acara amal yang pertama kali diadakan di Indonesia atas nama korban perang Ukraina ini dapat memberikan gambaran lebih jelas kepada masyarakat Indonesia mengenai konflik tersebut.
“Saya yakin banyak orang (di Indonesia) akan membantu jika mereka memahami dampak perang terhadap kehidupan mereka. Kalau mereka memahami penyebabnya dengan lebih baik, mereka akan memprotes kenaikan harga BBM di depan kedutaan Rusia, bukan di depan Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo,” klaim Hamianin.
Varvara setuju ketika dia melihat bahwa upaya Kedutaan Besar Ukraina untuk menjangkau masyarakat Indonesia mulai membawa perubahan.
“Saya melihat sikap (terhadap konflik di Ukraina) di Indonesia telah berubah secara signifikan sejak awal konflik. Saya diintimidasi secara online oleh orang Indonesia pro-Rusia yang dipengaruhi oleh propaganda Rusia,” katanya. “Saya ingin menekankan bahwa perang di Ukraina telah menimbulkan krisis kemanusiaan, dan Rusialah yang menyebabkannya sebagai agresor.”
Kesamaan sikap tersebut tak luput dari perhatian Puri Hadiprana yang bertepatan dengan momentum Heart Through Art dalam rangka Hari Batik Nasional Indonesia.
“(Heart Through Art) menunjukkan bahwa tradisi gotong royong (kerja sama) Indonesia berlaku melampaui batas negara Indonesia dalam berbagai bentuk,” ujarnya. “Dalam hal ini, ini adalah seni untuk anak-anak Ukraina yang terkena dampak perang di sana.”
Dubes Hamianin menambahkan, pihaknya akan melanjutkan acara amal untuk masyarakat Ukraina di Bali pada akhir bulan Oktober. Lukisan-lukisan dalam pameran Heart Through Art akan dilelang dengan harga mulai Rp 1 juta (US$64), dengan kelipatan Rp 500.000. Hasilnya akan disumbangkan ke badan amal untuk membantu anak-anak Ukraina yang terkena dampak perang.
Pameran seni hati
Hingga 30 Oktober
Studio, lantai 1
Mal Butik Mitra Hadiprana
Alamat : Jl. Kemang Raya No.30, Jakarta Pusat 12730
Jam buka: 10 pagi – 9 malam
Website: www.hadipranagallery.com