14 Juni 2023
JAKARTA – Dengan suhu rata-rata yang diperkirakan akan meningkat seiring kembalinya pola iklim El Niño di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah memperingatkan peningkatan ancaman demam berdarah karena cuaca yang lebih panas diperkirakan akan meningkatkan kejadian gigitan nyamuk hingga lima kali lipat. akan meningkatkan rata-ratanya.
Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini menginfeksi ribuan orang dan membunuh ratusan orang di negara ini setiap tahunnya.
Tahun lalu saja, Kementerian Kesehatan melaporkan 143.000 kasus demam berdarah, atau sekitar 52 kasus untuk setiap 100.000 penduduk, dengan Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, dan Jawa Timur menjadi penyumbang terbesar angka nasional tersebut. Kementerian juga mencatat 1.236 kematian akibat demam berdarah, sebagian besar terjadi pada anak-anak di bawah usia 14 tahun.
Hingga Mei tahun ini, setidaknya 35.694 kasus demam berdarah dan 270 kematian telah dilaporkan secara nasional.
Imran Pambudi, direktur pengendalian dan pencegahan penyakit menular di kementerian, mengatakan kasus demam berdarah akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang karena cuaca yang lebih hangat selama El Niño.
Hal ini dapat meningkatkan risiko penularan demam berdarah, karena frekuensi gigitan nyamuk cenderung meningkat tiga hingga lima kali lipat ketika suhu rata-rata di atas 30 derajat Celcius.
“Tahun ini kita harus waspada (terhadap DBD) karena kita akan memasuki musim El Niño pada pertengahan tahun 2023. Oleh karena itu, kami telah mengeluarkan surat edaran pada awal tahun ini untuk mengingatkan seluruh pemerintah daerah agar lebih waspada terhadap (potensi) peningkatan kasus DBD,” kata Imran dalam konferensi pers, Senin.
Dia menambahkan bahwa semakin hangat cuaca, semakin besar kemungkinan genangan air yang besar akan mengering dan membentuk kolam-kolam kecil yang tergenang, yang merupakan tempat berkembang biak yang ideal bagi nyamuk.
“Ini yang harus diwaspadai, karena nyamuk akan semakin agresif dan semakin banyak tempat berkembang biaknya,” imbuh Imran.
Baca juga: El Niño kembali terjadi, dengan risiko sedang di Indonesia
Bekerja sama dengan pemerintah daerah, kementerian berencana untuk meningkatkan pengawasan demam berdarah dan mendistribusikan alat tes cepat demam berdarah agar tersedia lebih luas di Puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) di seluruh negeri.
Pemerintah juga menunggu persetujuan dari Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk memasukkan dua vaksin demam berdarah, Dengvaxia dan Qdenga, ke dalam program imunisasi nasional.
Pemerintah juga berencana untuk mengakhiri kampanye kesadaran masyarakat yang telah berlangsung selama puluhan tahun yang berfokus pada protokol 3M mengubur (mengubur), mengeringkan (tiriskan) dan di dekat (penutup) untuk genangan air.
Kementerian juga mengerahkan Jumantik atau Pemantau Jentik Nyamuk, yaitu relawan yang bertugas melakukan tindakan pengendalian dari pintu ke pintu untuk membatasi jumlah jentik nyamuk. Selain itu, pihaknya telah mengerahkan Pokjanal Posyandu, atau kelompok kerja tingkat desa di pos kesehatan masyarakat, yang bertugas memantau dan memetakan jentik nyamuk, serta memberikan edukasi kepada masyarakat tentang demam berdarah di wilayah yang ditentukan.
Baca juga: Kementerian melepaskan nyamuk yang dimodifikasi untuk memerangi demam berdarah
Sebagai bagian dari proyek percontohan pemberantasan demam berdarah di Semarang, Jawa Tengah, kementerian baru-baru ini melepaskan nyamuk yang terinfeksi bakteri Wolbachia, pesaing alami virus demam berdarah yang membuat nyamuk lebih sulit berkembang biak di dalam tanaman sehingga membantu kemampuan serangga tersebut. untuk menularkan virus tersebut ke manusia.
Rencana sudah ada untuk memperluas proyek percontohan ke empat kota lainnya: Jakarta Barat, Bandung di Jawa Barat, Bontang di Kalimantan Timur dan Kupang di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan kemungkinan El Niño akan tiba di Tanah Air pada bulan ini sebesar 80 persen. Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, mengatakan dalam pernyataannya pada 7 Juni bahwa negaranya harus bersiap menghadapi kemungkinan kekeringan, titik panas, dan kebakaran hutan karena cuaca yang lebih hangat dan curah hujan yang lebih rendah.
Secara terpisah, Organisasi Meteorologi Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bulan lalu bahwa lima tahun dari tahun 2023 hingga 2027 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat karena efek ganda El Niño dan pemanasan global.