7 Agustus 2023
JAKARTA – Dengan dimulainya musim kampanye secara resmi kurang dari empat bulan lagi, calon presiden sudah mulai menyusun rencana dan terlibat dalam percakapan dengan pemilih muda dengan harapan membuat diri mereka lebih menarik bagi kelompok usia yang secara luas dipandang sebagai kunci dalam pemilu tahun depan. pemilu yang harus dimenangkan.
Menurut Komisi Pemilihan Umum (GEC), 106 juta pemilih, atau sekitar 52 persen dari total 204 juta pemilih yang memenuhi syarat, merupakan generasi muda, atau mereka yang berusia di bawah 40 tahun. Jika dilihat lebih dekat pada daftar pemilih, terlihat bahwa sepertiga dari seluruh pemilih terdaftar pemilihnya adalah kaum milenial, sementara 22 persen lainnya adalah generasi Z, atau mereka yang lahir pada akhir tahun 1990an dan seterusnya.
Dengan jajak pendapat publik yang hanya menunjukkan kesenjangan elektabilitas yang kecil antara calon presiden terdepan Ganjar Pranowo dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra, kubu mereka, serta partai politik yang mencakup tokoh oposisi Anies mendukung Baswedan, memulai upayanya untuk merebut hati generasi muda Indonesia.
Untuk mencapai tujuan ini, PDI-P mengadakan sesi pelatihan bagi 100 pemuda juru kampanyenya di “sekolah partai politik” milik PDI-P di Jakarta Selatan pada hari Sabtu. Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tim ahli kampanye yang dijuluki “Tim Tujuh” oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo sebagai salah satu instruktur untuk sesi pelatihan dua hari tersebut ikut serta.
“Jokowi akhirnya mengutus orangnya (untuk mendidik para pejuang kita). Ini adalah hasil (dari mandatnya untuk memberikan edukasi yang lebih baik kepada para pegiat kami tentang) gaya kepemimpinan, sejarah, dan nilai-nilai pribadi Ganjar,” kata Hasto, Sabtu.
Baca juga: Berbagai pihak menyusun strategi untuk menarik generasi milenial, Gen Z
Meski belum jelas siapa ketujuh anggota tim tersebut, Hasto mengatakan ada pakar merek, pakar komunikasi, dan pakar humor yang berperan dalam menata gaya komunikasi Jokowi sendiri.
Diskusi remaja
Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Anies dan Partai Demokrat, juga sempat berbincang dengan anak muda di Bandung, Jawa Barat pada Sabtu dalam acara bertajuk Ngobrol dengan Kaum Muda (percakapan dengan pemuda). Hal itu disampaikan oleh Partai Demokrat, anggota aliansi tripartit yang mendukung pencalonan Anies sebagai presiden.
Ketika ditanya oleh seorang mahasiswa tentang pandangannya terhadap generasi muda Indonesia, Anies, mantan menteri pendidikan, secara terselubung mengecam pemerintahan Jokowi – yang dikenal karena fokusnya pada proyek infrastruktur – atas permasalahan pendidikannya, termasuk keluhan baru-baru ini mengenai kebijakan zonasi yang kontroversial dan rendahnya kesejahteraan guru.
“(Kita) tidak boleh melihat belanja (negara) untuk pendidikan sebagai belanja, tapi sebagai investasi untuk masa depan. (Pemerintah) membangun tol dan bandara karena melihat (proyek-proyek itu) sebagai investasi. Investasi pada kualitas masyarakat kita harus dilihat secara sama,” kata Anies.
Baca juga: Kaum muda yang ‘apatis’ merupakan mayoritas pemilih
Tak mau ketinggalan dalam unjuk rasa pemuda, Prabowo pun sempat berbincang dengan sejumlah influencer media sosial di kantornya Kementerian Pertahanan, Kamis. Di antara pesertanya adalah Bintang Emon yang terkenal dengan konten satir politiknya, serta komika Coki Pardede dan Tretan Muslim yang tak segan-segan mengangkat topik kontroversial dalam sketsanya.
Meskipun rincian mengenai diskusi tersebut masih belum jelas, foto-foto yang dibagikan oleh Prabowo di akun Instagram-nya sendiri menunjukkan mantan jenderal tersebut mengajak para influencer media sosial berkeliling ke gedung Kementerian Pertahanan.
“Saya sangat bangga bisa bertemu dengan anak-anak muda Indonesia yang kreatif dan inovatif. Kita saling bertukar pikiran agar kreativitas dan demokrasi di negeri ini bisa terus maju,” kata Prabowo.
Tidak ada lagi keberatan kampanye
Menurut analis politik Firman Noor, upaya awal yang dilakukan para calon presiden dan kubu mereka adalah bukti fakta bahwa ada perubahan mentalitas dalam cara pandang calon pemilu terhadap pemilih muda.
“Semakin besar kesadaran akan pentingnya (suara generasi muda) sejak pemilu 2019. Namun pada saat itu, dukungan terhadap generasi muda masih dianggap sebagai ‘daftar hal yang harus dilakukan’. Makanya (kampanye yang fokus pada generasi muda) terasa dibuat-buat dan lebih mengandalkan gimmick,” kata Firman, Minggu.
Dia mencontohkan masuknya beberapa generasi milenial ke dalam staf ahli presiden yang beranggotakan 12 orang tak lama setelah Jokowi memenangkan pemilu kembali pada tahun 2019 sebagai contoh.
“Tetapi karena (calon presiden) sudah mulai fokus pada pemuda, saya pikir pemuda akan diberi lebih banyak ruang, waktu dan upaya selama musim kampanye mendatang, yang harus diwujudkan dalam kebijakan nyata (berorientasi pada pemuda) oleh siapa pun di pemilu. dipilih untuk menjabat,” kata Firman.