30 Mei 2023
BANGKOK – Dengan persentase besar warga Thailand yang aktif di media sosial, TikTok telah muncul sebagai alat yang ampuh bagi politisi untuk memengaruhi opini publik dan mengamankan suara.
The Nation mengkaji pengaruh platform yang berkembang dalam politik Thailand, melihat kesuksesan Move Forward berikutnya, dan menyoroti dampak yang lebih luas dari fenomena media sosial ini.
Popularitas TikTok semakin meningkat di Thailand
Data terbaru dari datareportal.com menunjukkan bahwa 85,4% orang Thailand yang mengesankan terhubung ke Internet, dan 52,25 juta secara aktif terlibat dalam platform media sosial. Meskipun Facebook tetap menjadi platform paling populer di Thailand, TikTok dengan cepat mendapatkan daya tarik dari generasi muda dan membangun pengaruh yang semakin besar dalam wacana politik. Dari lebih dari satu miliar penggunanya di seluruh dunia, TikTok memiliki 40,3 juta pengguna di Thailand saja.
Kemenangan TikTok Maju Maju
Di antara partai politik yang menggunakan TikTok untuk kampanyenya, Move Forward menonjol sebagai yang paling sukses. Dengan akun yang memiliki sekitar 3 juta pengikut dan 41,8 juta suka, partai tersebut secara efektif memanfaatkan potensi platform untuk melibatkan pengguna melalui video pendek yang menarik.
Dari 200+ video TikTok yang dibagikan selama periode kampanye pemungutan suara, penawaran Move Forward mengumpulkan jutaan penayangan, dengan beberapa klip mencapai hampir 10 juta penayangan. Hanya dalam tiga bulan, video mereka secara kolektif telah ditonton lebih dari 300 juta kali, dengan konten dari kandidat partai, staf, dan pendukung yang mengumpulkan hampir 4 miliar penayangan.
TikTok di luar Thailand
Penggunaan TikTok dalam kampanye politik tersebar luas. Tokoh-tokoh seperti Senator Demokrat Carolina Utara Jeff Jackson dan mantan kandidat presiden AS Andrew Yang telah secara efektif menggunakan platform tersebut untuk mengomunikasikan pesan politik mereka. Namun, keberhasilan kampanye TikTok bervariasi antar negara, seperti yang ditunjukkan oleh terbatasnya pengikut Perdana Menteri India Narendra Modi dan kurangnya konten yang menarik.
Platform untuk Aktivisme Politik
Larangan TikTok pada iklan kampanye berbayar mungkin tampak menantang bagi partai politik pada awalnya. Namun fokus platform pada komunitas dan kolaborasi menjadikannya saluran yang ideal untuk mengekspresikan opini politik. Aktivis politik melihat TikTok sebagai alat yang ampuh untuk menyebarkan ide mereka ke khalayak luas, terutama di kalangan demografis muda, yang merupakan bagian penting dari calon pemilih.
Dampak pada peristiwa global
Dampak politik TikTok melampaui kampanye pemilu. Dalam pembunuhan George Floyd oleh polisi pada tahun 2020, TikTok berfungsi sebagai platform untuk meningkatkan kesadaran melalui video pendek, yang memicu gerakan #BlackLivesMatter. Tagar telah mengumpulkan lebih dari 30 miliar tampilan.
Basis pengguna platform yang sangat besar, yang sebagian besar terdiri dari kaum muda, mencerminkan generasi yang bersemangat untuk berubah dan bertekad untuk menggunakan pengaruh TikTok untuk membuat konten yang resonan.
Seperti yang ditunjukkan oleh pemilihan 14 Mei di Thailand, TikTok telah muncul secara politis sebagai platform pengubah permainan, menawarkan kesempatan unik kepada partai-partai untuk terhubung dengan audiens yang lebih luas. Dengan kemampuannya menayangkan video pendek dan menarik secara visual, TikTok telah menjadi saluran utama bagi aktivisme politik, baik di Thailand maupun di seluruh dunia.
Meskipun platform media sosial seperti TikTok menawarkan potensi yang luar biasa, pengguna tetap perlu menumbuhkan keterampilan berpikir kritis untuk memilih informasi yang akurat dari lautan konten untuk mencegah manipulasi opini publik.
Dengan pengaruh TikTok yang semakin besar, tidak dapat dipungkiri bahwa politisi dan partai politik akan merangkul platform ini untuk menjangkau dan melibatkan generasi pemilih berikutnya secara efektif.