28 Februari 2022

JAKARTA – Orang Indonesia dengan nama unik menceritakan bagaimana hal tersebut berdampak pada kehidupan dan kebahagiaan mereka.

Banyak orang Indonesia yang memiliki nama yang sangat unik sehingga menjadi terkenal di internet – meski hanya untuk satu atau dua hari. Bagi sebagian orang, nama unik tersebut merupakan lelucon untuk dibagikan dan ditertawakan ringan bersama teman-teman.

Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial Indonesia dihebohkan dengan ID individu dengan nama mulai dari Mati (kematian), Tuhan (Tuhan), Aneh (aneh), Satria Baja Hitam (superhero Jepang Kamen Rider Black), Kanjut (pakaian dalam) , Jashujan (jas hujan), Pajero Sport (merek mobil), Y (huruf), F (juga huruf), Saiton (Setan), Andy Go To School, Dontworry, Royal Jelly (makanan ringan), Es Bon Bon ( es krim cone), Slamet Hari Natal (Selamat Natal), Anti Ketombe, Pangeran Ganteng (pangeran tampan) — Anda pasti mengerti gambarannya.

Ini mungkin tampak seperti lelucon, tetapi bagi orang yang benar-benar hidup dengan nama itu, itu adalah kenyataan yang harus mereka jalani setiap hari, baik atau buruk.

Asal

Polisi merupakan satpam di Polres Pasuruan, Jawa Timur. Namanya kalau belum jelas artinya polisi dalam bahasa Indonesia. Pada tahun 2017, Polisi sempat sedikit terkenal di internet ketika cerita tentang petugas polisi yang menyuruhnya mengemudi tanpa SIM menjadi viral. Ceritanya berakhir bahagia. Pihak kepolisian menawarkan kepada Polisi sebuah pos keamanan karena namanya yang unik.

“Menurut apa yang saya dengar dari orang tua saya, saya sangat lemah ketika masih bayi dan mudah sakit. Orang-orang menyarankan agar mereka mengganti nama saya,” kata Polisi.

Nasib Acak: Seorang pria bernama Polisi bekerja di Polres Pasuruan, Jawa Timur. (Koleksi Pribadi/Atas Izin Polisi) (Koleksi Pribadi/Atas Izin Polisi)

Ia menceritakan bahwa orang tuanya mengganti namanya setidaknya lima kali (hal ini biasa terjadi di banyak orang Indonesia ketika anak mereka masih kecil – meski mungkin tidak lima kali). Nama-nama sebelumnya yang bernuansa keagamaan, seperti Ikhsan dan Musoffak, namun hal tersebut tidak menghalanginya untuk jatuh sakit sehingga orang tuanya terus mengganti namanya. Polisi entah apa yang ada di benak orang tuanya saat akhirnya memilih nama kelima. Yang dia tahu pasti adalah dia tidak pernah bermimpi menjadi satpam.

Apakah nama Polisi menentukan kariernya pada akhirnya?

“Yah, aku tidak tahu. Saya tidak pernah percaya pada hal-hal seperti itu. Saya tidak pernah bermimpi untuk bekerja sebagai security, tapi mungkin saya hanya beruntung,” kata Polisi.

Pintu Pemberitahuan adalah seorang pria berusia 23 tahun yang tinggal di Yogyakarta, yang bekerja sebagai desainer grafis paruh waktu dan staf makanan dan minuman di sebuah hotel.

“Orang tuaku memberitahuku bahwa ayahku menamaiku dengan nama salah satu lukisannya. Mereka percaya nama itu membawa banyak keberuntungan. Tahun 1998, saat ayah saya mengadakan pameran, beliau tidak mempunyai ekspektasi yang tinggi karena krisis uang, namun lukisannya yang berjudul Pintu Pemberitahuan terjual,” kata Pintu.

Kebudayaan dan pergaulan

Yunike Balsa Rhapsodia, psikolog yang tinggal di Jakarta, berpendapat bahwa bagi sebagian orang, nama mereka secara tidak sadar memengaruhi pilihan hidup mereka.

“Kami sebenarnya nyaman dikaitkan dengan sesuatu yang kami kenal, termasuk nama kami. Jadi terkadang hal itu dapat mempengaruhi pengambilan keputusan kita atau bahkan karir yang kita pilih. Kami menyebutnya ‘egoisme implisit’. Namun, jika egoisme implisit kita tetap berjalan, hal itu bisa menjadi determinisme nominatif,” kata Yunike mengacu pada teori bahwa orang cenderung tertarik pada bidang pekerjaan yang sesuai dengan namanya.

Misalnya, penelitian yang dipublikasikan di Amerika Serikat pada tahun 2002 menunjukkan bahwa orang dengan nama Dennis atau Denise lebih cenderung menjadi dokter gigi dibandingkan orang dengan nama lain yang sama populernya.

Roro Ningrum, seorang konselor yang tinggal di Malang menambahkan, ada faktor budaya yang menentukan mengapa orang tua biasanya memilih nama yang unik untuk anaknya. Dalam beberapa kepercayaan, seperti dalam budaya Jawa, masyarakat berharap bahwa nama positif dapat memberikan kehidupan yang lebih baik bagi seseorang.

“Sebagai (orang) Jawa sendiri, saya merasa terkadang mereka punya kecenderungan memberi nama pada anaknya yang terinspirasi dari doa. Mereka berharap anak-anaknya mempunyai masa depan cerah. Dan seringkali nama-nama itu akan (meneguhkan keyakinan tersebut),” katanya.

Kebetulan masa kini

Pandemi COVID-19 saat ini tentu tak terlintas di benak orang tua Corona Rintawan. Dr. Corona yang memimpin gugus tugas COVID-19 di RS Muhammadiyah Lamongan, Jawa Timur, menjadi pemberitaan nasional bukan karena kontribusinya melainkan karena namanya. Dia bercanda menceritakan bahwa orang tuanya bukanlah penjelajah waktu, dan mengungkapkan bahwa namanya sebenarnya terinspirasi oleh sebuah mobil dari tahun 1970-an. “Saya juga tahu kalau corona artinya mahkota dalam bahasa latin,” imbuhnya.

Corona bercita-cita menjadi dokter ketika dia masih muda.

Kebetulan yang beruntung: Dr. Orang tua Corona bukanlah ‘penjelajah waktu’ yang menjadikan pandemi COVID-19 sebagai inspirasi nama putranya. (Koleksi Pribadi/Sumber Corona Rintawan) (Koleksi Pribadi/Sumber Corona Rintawan)

“Saya tertarik dengan topik kesehatan sejak saya masih di sekolah dasar. Saya beberapa kali memenangkan kompetisi ‘dokter muda’ di sekolah,” tambahnya.

“Saya percaya bahwa nama memiliki implikasi bagi kehidupan kita, karena nama adalah doa yang diberikan oleh orang tua kita. Jadi itu sangat tergantung pada diri kita sendiri. Ada kalanya orang punya nama yang begitu berarti, tapi tidak bertindak berdasarkan itu,” lanjutnya.

Tapi determinisme normatif tidak hanya berlaku untuk orang-orang dengan nama unik. Balsa menambahkan, hal itu bisa terjadi pada siapa saja karena setiap orang mempunyai keunikannya masing-masing.

“Orang mungkin tidak memiliki nama yang terlalu jelas kaitannya dengan pekerjaannya. Misalnya saja jika saya menggunakan nama saya sendiri, Yunike berasal dari kata ‘unik’ dan ‘Juni’, karena orang tua saya selalu menggunakan unsur bulanan pada nama anaknya. Sebagai seorang psikolog, saya juga bertanya-tanya apakah sebuah nama bisa memberikan gambaran tentang kepribadian seseorang,” lanjutnya.

Tentu saja, nama tidak selalu menjamin seseorang bisa mendapatkan profesi tertentu. Arielle Mamahit, lulusan psikologi dari Miriam College Manila, mengatakan ada faktor lain yang menentukan masa depan seseorang, seperti keluarga dan lingkungan tempat seseorang dibesarkan.

Tentu saja, nama tidak selalu menjamin seseorang bisa mendapatkan profesi tertentu. Arielle Mamahit, lulusan psikologi dari Miriam College Manila, mengatakan ada faktor lain yang menentukan masa depan seseorang, seperti keluarga dan lingkungan tempat seseorang dibesarkan.

“Secara pribadi, saya pikir determinisme normatif lebih relevan di masa lalu. Saat ini hasil hidup kita ditentukan oleh usaha kita,” tambahnya.

Efek perilaku

Selain itu, nama yang unik dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Balsa menjelaskan, nama yang unik bisa menjadi sumber bullying oleh teman sebaya.

“Kita tidak bisa menyalahkan (mereka yang sensitif soal namanya) karena ada orang yang merasa tidak nyaman ketika ditanya keaslian namanya. Beberapa orang akan menggunakannya sebagai lelucon. Misalnya, orang-orang menggodaku dengan memanggilku ‘Balm’. Jadi, ada faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, dan nama salah satunya,” tambah Balsa.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh psikolog Amerika Jean Twenge, orang yang tidak menyukai namanya cenderung memiliki penyesuaian psikologis yang lebih buruk karena memiliki harga diri yang lebih rendah.

Pintu menceritakan, memang ada kalanya orang-orang menempatkannya dalam situasi yang janggal, termasuk saat KTP-nya dibagikan di platform online.

“Ada suatu masa ketika orang bertanya kepada saya apakah saya akan memberi nama anak saya ‘Jendela’ (jendela) di masa depan. Tapi menurutku sisi positif dari nama yang unik adalah orang mudah mengingatku karena namaku yang unik,” ungkap Pintu.

sbobet88

By gacor88