7 November 2022
JAKARTA – Pemerintah akan mempertahankan tingkat pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sebanyak empat tingkat di tengah peningkatan baru kasus COVID-19 dan transmisi lokal strain baru XBB varian Omicron.
“Saya tegaskan kembali bahwa pemerintah akan tetap menjadikan level PPKM sebagai dasar penetapan batas aktivitas warga, yang juga akan terus kami evaluasi,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dalam postingan Instagramnya, Jumat.
Menteri yang mengawasi penanganan pandemi pemerintah di Jawa dan Bali ini mengatakan, dalam rapat peninjauan PPKM pada Jumat pagi, ia mendesak kehati-hatian dan evaluasi ulang karena dalam sepekan terakhir terlihat munculnya kasus harian baru yang melampaui angka 5.000.
Sebanyak 5.303 kasus dilaporkan pada hari Jumat – pertama kalinya kasus harian mencapai 5.000 sejak 19 Agustus – dan 4.717 pada hari Sabtu.
Luhut mengatakan, saat ini Jawa dan Bali mengalami peningkatan kasus baru terkonfirmasi setiap harinya dan peningkatan kematian yang signifikan di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Pada hari Kamis, kasus baru yang dilaporkan sebanyak 4.951 lebih dari dua kali lipat dari 2.457 kasus baru yang tercatat pada hari Senin. Negara ini mencatat 4.873 dan 4.707 kasus baru masing-masing pada hari Rabu dan Selasa.
Menteri juga mengatakan bahwa berdasarkan data dan lintasan kasus COVID-19 di masa lalu, varian virus baru apa pun akan mencapai puncaknya dalam satu hingga dua bulan ke depan.
Ia menambahkan, strain baru XBB diperkirakan akan mencapai gelombang puncaknya lebih rendah dibandingkan gelombang varian Omicron awal tahun ini.
Pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah mitigasi, seperti memperbanyak suntikan vaksinasi booster, serta mengimbau masyarakat untuk terus menaati protokol kesehatan, terutama memakai masker di dalam ruangan.
Saya rasa, saya tidak akan bosan-bosannya mengingatkan seluruh masyarakat untuk terus menaati protokol kesehatan untuk mencegah terjadinya hal yang lebih buruk, kata Luhut.
Kasus terkonfirmasi pertama yang disebabkan oleh subvarian XBB yang terdeteksi pada 22 Oktober adalah seorang wanita berusia 29 tahun yang tinggal di Surabaya, Jawa Timur, yang melakukan perjalanan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. XBB dikatakan sebagai subvarian yang paling mengelak dari antibodi hingga saat ini, meskipun tidak ada bukti bahwa XBB dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah pada orang yang memiliki kekebalan dari infeksi atau vaksin sebelumnya. Beberapa ilmuwan percaya XBB lebih menular daripada BA.5, subvarian Omicron lainnya yang menyebabkan gelombang infeksi di Indonesia pada bulan Juli dan Agustus.
‘Dalam batasan’
Muhammad Syahril, Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dalam jumpa pers, Jumat, mengatakan peningkatan jumlah kasus tidak terlalu memprihatinkan.
Peningkatan kasus masih dalam batas dan tidak signifikan atau terlalu tinggi dibandingkan strain varian Omicron sebelumnya, BA 4 atau BA 5, kata Syahril, Jumat.
Kementerian menyatakan, hingga Jumat, Indonesia mencatat 12 kasus strain XBB, dua di antaranya merupakan pelancong internasional, dan 10 kasus merupakan penularan lokal.
Syahril mengatakan, dari 28 negara yang mencatat kasus strain XBB, hal tersebut belum tentu diikuti dengan peningkatan angka kematian dan rawat inap, serta sebagian besar negara mengalami penurunan kasus baru.
Meski demikian, Syahril mengimbau warga tetap mematuhi protokol kesehatan, menghindari aktivitas keramaian, dan melakukan vaksinasi, termasuk suntikan booster, karena saat ini angka vaksinasi booster baru mencapai 27,62 persen.
“Kami berharap warga bisa mendapatkan vaksin booster atau suntikan ketiga sehingga kita bisa mencapai 50 persen (angka vaksinasi booster) dan terus memakai masker,” kata Syahril.
Ia menambahkan, pemerintah juga telah menyiapkan langkah mitigasi lainnya, termasuk memastikan kesiapan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, serta meningkatkan upaya tracing dan tes.