3 Januari 2023
DHAKA – Para penyerang membakar dan merusak setidaknya selusin rumah komunitas Mro di sebuah desa di Lama upazila Bandarban kemarin pagi.
Para korban mengaku penyerangan tersebut dilakukan oleh masyarakat perkebunan karet untuk mengusir mereka dari kawasan tersebut, namun pihak perusahaan perkebunan membantahnya dan mengatakan bahwa masyarakat adat membangun rumah di lahan perusahaan.
Untuk semua berita terkini, ikuti saluran Google Berita The Daily Star.
Para penyerang juga menjarah telepon genggam, peralatan rumah tangga, unggas, ternak dan pakaian dari penduduk desa.
Peristiwa itu terjadi di Rengyan Mro Para dari Persatuan Upazila Sorai sekitar jam 1 dini hari kemarin.
Penduduk desa mengatakan lebih dari 100 orang dengan membawa tongkat mendatangi Mro para dengan beberapa truk dan menyerang desa tersebut.
Rengain Karbari, kepala desa, mengatakan: “Kami tidur di malam hari. Kami dibangunkan oleh tangisan dan tangisan orang-orang. Melalui dinding bambu saya melihat tiga sampai empat rumah terbakar.
“Saya melihat 10-15 warga Bangale datang ke rumah saya dan saya bersembunyi di semak-semak terdekat bersama keluarga saya. Ketika mereka tidak menemukan saya, mereka menggeledah rumah dan pergi,” katanya kepada The Daily Star.
“Tujuh rumah dibakar. Lima hingga enam rumah hancur. Saya mengetahui bahwa lima hingga enam ponsel dijarah,” tambahnya.
“Penyerangan tersebut dipimpin oleh Delwar, Nuru dan Mohsin yang merupakan pemilik Lama Rubber Industries,” klaim Rengain Karbari.
Warga desa lainnya, Chamrul Mro, mengatakan: “Beberapa keluarga dari desa kami sedang membangun rumah baru di daerah tersebut. Orang-orang perusahaan karet memperhatikan hal ini dan selama beberapa hari terakhir mereka berusaha menghentikan orang-orang Mro untuk membangun bangunan baru.
“Bahkan pada hari Minggu sore, beberapa orang dari perusahaan karet datang ke desa kami dan meminta penduduk desa kami untuk tidak membangun rumah baru. Kemudian serangan dilancarkan pada malam itu juga,” imbuhnya.
Kamal Uddin, manajer Lama Rubber Industries Limited, membantah tuduhan tersebut.
“Saya tidak tahu apa-apa tentang pembakaran di kota itu. Saya mendengar penduduk desa sedang membangun rumah baru di lahan kami yang seluas 400 hektar. Tempat itu milik kita, bukan milik mereka.”
Saat dihubungi, Officer-in-Charge (OC) Kantor Polisi Lama Shahidul Islam Chowdhury mengatakan, “Masyarakat komunitas Mro memberi tahu saya tentang kejadian tersebut. Polisi sudah mengunjungi tempat itu. Kami sedang menyelidiki. Tindakan hukum akan diambil terhadap mereka yang terlibat.”
Wakil komisaris Bandarban Yasmin Parvin Tibrizi mengatakan kepada The Daily Star: “Sudah lama terjadi perselisihan antara penduduk desa dan perusahaan karet. Kami akan menyelidiki masalah ini.”
“Jika ada keterlibatan perusahaan karet dalam kejadian tersebut, kami akan menindak tegas mereka,” tambahnya.
Tiga desa – Rengyan Mro Para, Langkom Mro Para dan Joychandra Tripura Para – berdekatan satu sama lain dan masyarakat adat dari ketiga desa tersebut sebagian besar bergantung pada budidaya jhum.
Penduduk desa menuduh Lama Rubber Industries Limited berusaha mengusir masyarakat adat dari daerah tersebut untuk merampas tanah mereka.
Dalam pernyataan bersama, tiga organisasi yang bekerja untuk menegakkan hak-hak masyarakat adat mengutuk serangan tersebut dan menuntut hukuman bagi para penyerang.
Organisasi-organisasi tersebut adalah: Forum Gonotantrik Jubo, Federasi Wanita Bukit, dan Parbatya Chattogram Pahari Chhatra Parishad.
Pada tanggal 26 April tahun lalu, karyawan Lama Rubber Industries Limited diduga membakar tanaman di lahan seluas lebih dari 300 hektar milik masyarakat adat di tiga kota tersebut.
Peristiwa tersebut menuai banyak kritik. Warga negara dan badan hak asasi manusia terkemuka di negara tersebut menyatakan keprihatinan atas insiden tersebut dan menuntut agar pelakunya dihukum. Penduduk desa juga menuduh bahwa penjahat meracuni Jhiri (aliran air kecil di perbukitan) di Rengyan Mro Para pada tanggal 6 September, menurut laporan media.