11 Oktober 2022
HONGKONG – Pengembangan vaksin COVID-19 Indonesia sendiri akan memastikan bahwa negara tersebut mandiri dan mampu mengendalikan pandemi, kata para ahli.
Program vaksinasi Indonesia kini bergantung pada vaksin impor, tetapi memproduksi vaksin buatan sendiri selalu menjadi bagian dari upaya antipandemi.
Pada 30 September, Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia mengumumkan persetujuan Indo-Vac, vaksin COVID-19 pertama yang dikembangkan secara lokal, untuk penggunaan darurat. Kepala BKPM, Penny Lukito, mengatakan penerbitan otorisasi penggunaan darurat untuk IndoVac akan mendukung “kemandirian vaksin” Indonesia.
IndoVac, vaksin protein rekombinan, sedang dikembangkan oleh perusahaan farmasi milik negara Bio Farma dan Baylor College of Medicine di Houston, Texas. Dengan otorisasi penggunaan darurat yang sekarang diberikan, IndoVac sekarang dapat digunakan sebagai dosis utama untuk orang dewasa yang tidak divaksinasi atau divaksinasi sebagian di Indonesia. Bio Farma juga melakukan uji coba vaksin booster.
Keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan vaksinnya sendiri merupakan “fase penting bagi bangsa”, kata Riris Andono Ahmad, profesor dan direktur Pusat Kedokteran Tropis di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dengan adanya Indo-Vac dalam program vaksinasinya, kata Ahmad, Indonesia akan terjamin “kemandirian dan kemampuannya mengendalikan pandemi”.
Dicky Budiman, seorang ahli epidemiologi di Universitas Griffith di Australia, mengatakan memiliki vaksin buatan sendiri akan memastikan orang Indonesia selalu dapat menggunakan suntikan. Hal ini penting karena varian virus masih dapat muncul dari waktu ke waktu dan mungkin perlu beberapa waktu bagi COVID-19 untuk mencapai fase endemik.
Meskipun tersedia vaksin impor, kata Budiman, ketergantungan impor dapat merugikan posisi fiskal pemerintah Indonesia karena akan membutuhkan banyak sumber daya untuk mengimunisasi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia itu.
Tanggapan pandemi
Penggunaan IndoVac juga akan mendorong pengembangan lebih lanjut dalam pembuatan vaksin lokal, ujarnya. Ini tidak hanya akan berkontribusi pada respons pandemi saat ini, tetapi juga membantu Indonesia mengelola wabah penyakit di masa depan.
Jumlah kasus COVID-19 Indonesia termasuk yang tertinggi di Asia, dengan jumlah total orang yang terinfeksi mencapai lebih dari 6,4 juta pada hari Rabu.
Pada Juli tahun lalu, Indonesia menjadi episentrum pandemi, dengan sebanyak 50.000 kasus baru tercatat dalam satu hari, akibat varian Delta yang sangat menular yang melanda nusantara.
Program vaksinasi telah membantu mengendalikan pandemi di negara itu, dengan sekitar 80 persen vaksin sekarang digunakan oleh Sinovac China. Kurang dari 2.000 kasus baru per hari telah dicatat dalam dua minggu terakhir.
Target Indonesia memvaksinasi 234,6 juta orang tahun ini. Hingga Kamis, lebih dari 87 persen orang Indonesia telah menerima dosis pertama mereka, dan hampir 73 persen mendapatkan dua dosis, menurut angka resmi. Kurang dari 30 persen menerima sengatan ketiga.
Tjandra Yoga Aditama, direktur studi pascasarjana di Universitas YARSI di Jakarta, mengatakan penggunaan IndoVac dapat membantu pemerintah memenuhi target vaksinasi.
“Kalau teknologinya ada, Indonesia bisa mengembangkan vaksin apapun yang dibutuhkan.”
IndoVac, yang menerima otorisasi untuk penggunaan darurat pada 24 September, telah menunjukkan tingkat keefektifan sebesar 92 persen, kata Lukito.
Leonardus Jegho adalah jurnalis lepas untuk China Daily.