Ketidakpastian membayangi seiring memanasnya persaingan politik di Indonesia pada tahun 2023

4 Januari 2023

JAKARTA – Indonesia bersiap menghadapi tahun politik yang penuh gejolak pada tahun 2023 seiring dengan persiapan partai-partai untuk mengadakan pemilihan umum tahun depan, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya ketidakpastian yang menurut para analis dapat menggagalkan pemulihan ekonomi negara.

Para pemilih diperkirakan akan memilih presiden baru pada tahun 2024, dan Presiden Joko “Jokowi” Widodo secara konstitusional dilarang untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga. Namun, partai politik mempunyai waktu hingga tanggal 25 November untuk memutuskan kandidat mana yang akan mereka dukung untuk menggantikan Jokowi, yang mana para elit partai diperkirakan akan terlibat dalam tarik-menarik politik dan jual beli kuda dalam upaya mereka membangun aliansi untuk kontestasi pemilu.

Sebagian besar partai dalam koalisi yang berkuasa belum mengumumkan nama calon presiden mereka, sementara partai yang sudah mengumumkannya masih membiarkan pintu terbuka untuk adanya perubahan.

Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) telah resmi mencalonkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebagai calon presiden mereka, namun belum jelas apakah aliansi politik tersebut akan bertahan hingga hari terakhir pendaftaran pemilu presiden. Gerindra membuka kemungkinan menjodohkan Prabowo dengan calon non-PKB.

Sementara itu, Partai NasDem telah mendeklarasikan mantan gubernur Jakarta dan tokoh oposisi Anies Baswedan sebagai calon presidennya, sebuah langkah politik yang dapat membuatnya kehilangan beberapa kursi di kabinet. Partai tersebut kini berupaya membangun aliansi dengan partai oposisi, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), untuk bisa mencalonkan Anies, yang bergantung pada pilihan mereka terhadap calonnya.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Golkar, partai terbesar dalam koalisi berkuasa, belum mengumumkan calon presiden mereka. Mereka mengutarakan niatnya mendukung Prabowo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, atau Ketua DPR Puan Maharani.

Konflik intra-elit

Pengamat politik Adi Prayitno dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah memperkirakan situasi politik baru akan memanas pada tahun 2023 karena sudah ada tanda-tanda konflik pada tahun 2022.

“Elite PDI-P dan NasDem sudah mulai terang-terangan berkonflik, PDI-P meminta NasDem mundur dari koalisi dan berharap Presiden mencopot menteri-menteri NasDem dari kabinet,” kata Adi.

Baca juga: Pemilu 2024 Akan Dibayangi Ketidakpastian: JokowiSayaMeskipun NasDem awalnya merupakan bagian dari koalisi pemerintah yang dipimpin oleh PDI-P, partai tersebut kemudian terpecah belah dengan mendukung Anies. Presiden Jokowi telah mengisyaratkan akan adanya perombakan kabinet, sehingga memicu spekulasi bahwa ia pada akhirnya akan membuka pintu bagi anggota kabinet NasDem.

Namun, konflik intra-elit lebih dari sekadar persaingan PDI-P-NasDem.

Ketegangan rupanya terjadi antara Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri terkait siapa yang akan diusung partai tersebut pada 2024. Presiden telah mengisyaratkan preferensinya terhadap sesama anggota PDI-P Ganjar sebagai calon penggantinya, sementara Megawati tampaknya enggan memberikan dukungannya kepada gubernur Jawa Tengah meskipun angka elektabilitasnya tinggi. Ganjar disebut-sebut akan bersaing dengan Puan dan Prabowo untuk mendapatkan restu Megawati dan pencalonan PDI Perjuangan.

Ketika para elit berselisih mengenai nominasi presiden, komunitas online menjadi semakin terpecah mengenai dua kandidat paling populer menurut lembaga survei politik: Anies dan Ganjar.

Namun, Adi melihat polarisasi semacam ini, terutama di media sosial, adalah hal yang wajar dalam demokrasi elektoral. “Yang penting adalah bagaimana menghindari narasi-narasi yang berdasarkan kebohongan, kebencian, dan permusuhan. Asal kompetisinya berdasarkan (prestasi) mereka, itu bagus,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menambahkan, masyarakat cenderung rasional dan lebih sadar politik, sehingga meski para buzzer politik terus mencoba menyebarkan perpecahan di media sosial, Adi berharap hal tersebut tidak akan merambah ke kehidupan nyata.

Ketidakpastian

Ketidakpastian pada tahun pemilu tentu akan berdampak pada perekonomian, terutama dalam hal investasi menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Mohammad Faisal.

“Pada tahun menjelang pemilu, perusahaan akan menunda keputusan besar apa pun sampai ada kejelasan siapa presiden berikutnya,” kata Faisal. Namun dampaknya tidak akan sama, dimana Faisal mengatakan bahwa investasi jangka panjang tertentu, terutama investasi yang berada jauh dari pusat populasi seperti pertambangan dan pabrik peleburan, tidak akan terlalu terpengaruh oleh ketidakpastian ini.

Tauhid Ahmad, Direktur Institute for Development Economics and Finance (Indef), mengamini hal tersebut dan mengatakan bahwa ketidakpastian dalam suatu tahun politik, baik terkait kandidat maupun di kalangan masyarakat, akan mendorong pelaku pasar untuk menunda keputusan investasi atau bisnis apa pun. . “Pasar mewaspadai meningkatnya ketidakpastian, belum lagi situasi dunia dan inflasi saat ini,” kata Tauhid.

Kebijakan ekonomi pemerintahan mendatang, potensi konflik antar masyarakat di tahun politik, dan bagaimana pasar memandang masing-masing kandidat adalah beberapa pertanyaan yang menurut Tauhid akan membebani pikiran investor.

Ketika para elit partai bersaing untuk mendapatkan jabatan tertinggi di negara ini, pemilihan presiden kemungkinan akan menentukan suhu politik pada tahun 2023. “Mereka cukup asik dengan pemilu legislatif. Tapi kalau bicara pemilu presiden, (partai-partai) sangat terbuka untuk pertarungan politik”. (uh)

agen sbobet

By gacor88