31 Mei 2023
KUALA LUMPUR – Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah meminta Kementerian Perdagangan untuk mengeluarkan izin impor bawang putih yang telah lama ditunggu-tunggu, karena pembelian dan pengiriman komoditas terhenti, membatasi pasokan dan menaikkan harga.
I Gusti Ketut Astawa, Wakil Menteri Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan di Bapanas, memperkirakan pada hari Senin bahwa permintaan bawang putih dalam negeri tahun ini akan mencapai 669.354 ton, dimana sekitar 600.000 akan dipasok melalui impor.
Namun, hampir lima bulan setelah tahun berjalan, izin impor yang dikeluarkan sejauh ini hanya berjumlah 176.000 ton, dan 73 persen dari kuota gabungan tersebut telah terealisasi, menurut Bapanas.
“Kementerian Perdagangan harus mempercepat (penerbitan) izin impor untuk memastikan pasokan pada Juni dan seterusnya,” kata Ketut, seperti dikutip Kompas.
Importir yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Sayuran Bawang dan Wortel Indonesia (Pusbarindo) mengatakan pada tanggal 25 Mei bahwa mereka telah mengajukan izin sejak bulan Februari, namun sebagian besar permohonan terhenti di kementerian.
“Seharusnya izin impor antara 250.000 hingga 300.000 ton sudah dikeluarkan (pada saat itu),” kata Reinhart Antonius Batubara, Ketua Pusbarindo, kepada hadirin dalam perbincangan di Jakarta, seperti diberitakan Kompas.
Asosiasi tersebut menegaskan bahwa perusahaan tersebut telah memenuhi semua persyaratan izin, namun kementerian belum mengeluarkannya.
Indonesia biasanya mengimpor antara 90 dan 95 persen pasokan bawang putihnya. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), 99 persen impor bawang putih Tanah Air pada tahun 2022 berasal dari Tiongkok atau sekitar 613.804 ton, sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
Dengan persediaan menipis, harga melonjak. Menurut data Kementerian Perdagangan, bawang putih dijual dengan harga Rp 37.600 (US$2,51) per kilogram pada tanggal 30 Mei, naik 35 persen sepanjang tahun ini.
Bawang putih dan bahan makanan lainnya termasuk penyumbang inflasi bulanan terbesar di bulan April, menurut BPS.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meremehkan kekhawatiran mengenai izin impor, dan mengatakan bahwa negara perlu mengurangi ketergantungan pada barang impor, termasuk bawang putih.
“Kami ingin ekspor. Jangan sampai kita terbiasa mengimpor barang. Kita harus mengurangi impor yang dapat melumpuhkan perekonomian kita,” kata Zulkifli kepada wartawan seperti dikutip Tempo.
Aryo Dharma Pala, peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengatakan pada tanggal 25 Mei bahwa impor bawang putih tidak dapat dihindari karena produksi dalam negeri hanya memenuhi 5 persen dari permintaan nasional.
Aryo mendesak kementerian untuk lebih terbuka mengenai penerbitan izin impor, dengan alasan bahwa kurangnya transparansi dalam sistem dapat menimbulkan masalah, termasuk menciptakan peluang untuk pelanggaran yang disengaja.