14 Oktober 2022
DHAKA – Sebuah pusat data iklim regional di wilayah Hindu Kush Himalaya untuk berbagi data non-sensitif demi kerja sama yang lebih baik dalam melawan dampak perubahan iklim sangatlah penting, kata para pembicara pada konferensi kemarin.
Pernyataan tersebut mereka sampaikan pada hari penutup konferensi regional iklim Hindu Kush Himalaya selama dua hari, bertajuk “Data Iklim: Peluang untuk Pembangunan Berketahanan”, yang diadakan di sebuah hotel di Dhaka.
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Hutan dan Perubahan Iklim, Departemen Penyuluhan Pertanian (DAE), dan Komisi Perencanaan menyelenggarakan konferensi tersebut.
Gyanendra Karki dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) mengatakan data yang saat ini dimiliki negara-negara di kawasan sudah cukup untuk memulai inisiatif apa pun.
“Setiap negara yang memiliki strateginya masing-masing dapat memiliki rencana adaptasi yang saling melengkapi yang akan membantu menjembatani kesenjangan dalam kerja sama. Sangat mudah untuk mendiskusikan masalahnya. Namun solusi praktis tidak akan muncul sampai ada komitmen politik yang menekankan perlunya pembentukan pusat kerja sama regional antar negara di kawasan HKH,” ujarnya.
Mandira Singh Shrestha dari Pusat Internasional untuk Pengembangan Pegunungan Terpadu (ICIMOD), mengatakan peningkatan kapasitas merupakan bagian penting dalam memahami data.
“Data tersebar di seluruh wilayah sehingga memerlukan pengembangan platform di wilayah tersebut. Apa pun yang kita miliki, kita perlu mewujudkannya dengan cara yang dapat menghubungkan masyarakat lokal dan membantu mereka dalam perjuangan melawan dampak iklim,” katanya.
Dia mengatakan ICIMOD dapat memimpin pusat serupa yang dibangun untuk koordinasi dan kerja sama di seluruh wilayah Hindu Kush Himalaya.
Anuj Sharma, salah satu pendiri Earth Analytics, mengatakan: “Membentuk akademi geospasial untuk menghasilkan data iklim dapat membantu kita memahami dampak perubahan iklim.”
“Wilayah ini juga memerlukan database perubahan iklim untuk memandu dan memitigasi upaya mitigasi nasional. Kita perlu memiliki tujuan yang realistis serta kerja sama lintas batas,” tambahnya.
Malik Fida A Khan, direktur eksekutif Pusat Layanan Informasi Lingkungan dan Geografis (CEGIS), menekankan perlunya kebijakan khusus untuk berbagi data.
“Sistem terpadu untuk berbagi data iklim dapat menjadi sebuah langkah maju dalam proses kerja sama regional. Kita bisa mulai membagikan data yang tidak sensitif,” katanya.
Anggota Dewan Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) Asia Selatan dan Timur Hasna Jamiuddin Moudud mengatakan Bangladesh harus memprioritaskan mendapatkan prakiraan banjir dari India terlebih dahulu untuk bersiap mengurangi kerusakan akibat banjir.
Ia juga menekankan perlunya pembagian air yang adil dari sungai lintas batas sesuai dengan konvensi internasional.
Dalam pidato utamanya, Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup Farhina Ahmed mengatakan berbagi data dan kerja sama regional sangat penting bagi semua negara di kawasan Hindu Kush Himalaya.
Beliau juga mengungkapkan harapannya bahwa konferensi ini akan mampu menciptakan perjalanan pembuatan data yang sangat dibutuhkan di kawasan ini.