15 Juli 2022
KUALA LUMPUR : Pendaftaran produk cannabidiol (CBD) kemungkinan akan dimulai tahun depan dan kerangka pendaftaran produk ganja untuk keperluan pengobatan diharapkan akan dirilis pada tahun ini, kata Khairy Jamaluddin.
“Saya menargetkan kita bisa mulai mendaftarkan beberapa produk CBD tahun depan,” kata Menteri Kesehatan, seraya menambahkan bahwa Badan Pengatur Farmasi Nasional (NPRA) akan menganalisis usulan penerapannya.
Khairy mengatakan faktor-faktor seperti keaslian produk, keamanan dan efektivitas terhadap kondisi tertentu harus ditentukan.
Selain itu, dia mengatakan praktisi medis juga perlu dilatih untuk meresepkan CBD untuk penggunaan pengobatan.
“Setelah tersedia, CBD harus diresepkan dan tidak dapat dibeli tanpa resep.
“Untuk saat ini, saya sedang mencari CBD yang diresepkan dan bukan untuk pengobatan sendiri. Penggunaan ganja untuk rekreasi adalah hal yang buruk. Ini akan terbatas pada CBD saja,” katanya kepada wartawan di sela-sela peluncuran laporan Studi Persepsi Narkoba dari Pusat tersebut kemarin.
“Ini adalah langkah pertama. Sebaiknya kita mengambil langkah hati-hati sesuai dengan standar internasional dan data ilmiah.”
Khairy juga mengatakan kementerian akan menyelidiki kondisi di mana CBD dapat diresepkan.
Mengenai budidaya tanaman ganja, katanya, saat ini belum ada rencana.
“Masih jauh. Kami akan melakukan langkah demi langkah,” katanya, seraya menambahkan bahwa penting untuk terlebih dahulu melihat reaksi terhadap produk tersebut.
“Jika penerimaannya bagus dan aman serta efektif, barulah kita bisa memikirkan tentang kultivasi.”
Dia mengaku yakin dengan bukti penggunaan CBD untuk tujuan pengobatan.
Dia mengatakan produk tersebut harus menjalani uji klinis mengenai penggunaannya untuk kondisi medis tertentu, dan menambahkan bahwa diskusi akan diadakan dengan peneliti dari universitas lokal, termasuk Universiti Malaya.
Mengenai hal lain, Khairy mengatakan Kabinet menyetujui rancangan RUU Pengendalian Tembakau dan Merokok pada hari Rabu.
“Jadi, saya akan kirimkan ke DPR untuk rapat mendatang,” ujarnya.
RUU yang diusulkan tersebut memiliki ketentuan yang melarang penjualan rokok, tembakau, dan produk vape kepada mereka yang lahir setelah tahun 2005.
Dewan Rakyat akan bertemu dari 18 Juli hingga 4 Agustus.
Sementara itu, Presiden Persatuan Pengasih Malaysia Ramli Abd Samad mengatakan meskipun pengumuman Kementerian Kesehatan untuk merilis kerangka pendaftaran produk CBD tahun depan disambut baik, namun masyarakat harus terlebih dahulu mendapat informasi yang benar tentang hal tersebut.
“Pendidikan kita saat ini tentang narkoba menciptakan stigma terhadap narkoba itu sendiri dan para pecandu, termasuk keluarganya.
“Ketika orang mendengar ‘ganja’, hal pertama yang mereka pikirkan adalah dampak negatifnya, padahal sebenarnya ada bukti ilmiah mengenai manfaatnya,” katanya.
Misalnya morfin, meski berbahaya jika digunakan secara tidak benar, namun tetap memiliki manfaat sebagai pereda nyeri.
Ramli mengatakan CBD akan bermanfaat bagi sebagian kelompok masyarakat, terutama mereka yang menderita penyakit mematikan dan gangguan kesehatan mental.
Dr Rusdi Abd Rashid, direktur Pusat Ilmu Kecanduan Universiti Malaya, mengatakan pemerintah harus mempercepat persetujuan untuk memasukkan ganja ke negara tersebut untuk tujuan penelitian.
Dr Rusdi, yang penelitiannya mengenai penggunaan ganja bagi penyandang autis dengan masalah perilaku, mengatakan penundaan tersebut akan memperpanjang waktu dirinya untuk menyelesaikan studinya.
“Saya membutuhkan bahan yang sudah jadi. Jika pemerintah tidak mengizinkan produk jadi dibawa masuk, saya tidak bisa melanjutkan penelitian.
“Dan penelitiannya akan memakan waktu dua tahun lagi sebelum bisa diresepkan untuk pasien,” tambahnya.