27 Januari 2022
PETALING JAYA – Suatu hari bisa panas terik dan hujan kucing dan anjing di hari berikutnya.
Jadi apa yang bisa diharapkan masyarakat Malaysia pada Tahun Baru Imlek?
Menurut para ahli cuaca, perubahan iklim telah menyebabkan perubahan pola cuaca yang mengejutkan dalam beberapa tahun terakhir dan masyarakat harus bersiap menghadapinya.
Meskipun Tahun Baru Imlek biasanya dikaitkan dengan cuaca panas di Malaysia yang biasanya berakhir pada akhir Februari dengan musim antar musim yang membawa badai petir, namun pakar cuaca ekstrem dan petir Hartono Zainal Abidin mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, badai petir sudah dimulai lebih awal.
“Tahun lalu dimulai sebelum pertengahan Februari dan tahun ini dimulai beberapa hari lalu.
“Ini adalah perubahan pola cuaca yang mengejutkan dan mungkin disebabkan oleh perubahan iklim,” katanya.
Ia mengatakan musim kemarau yang diperkirakan terjadi antara bulan Juni dan Agustus tahun lalu juga tidak terjadi, dan malah sering terjadi badai petir sepanjang periode tersebut.
Malaysia, kata Hartono, saat ini sedang menuju akhir musim timur laut dan diperkirakan musim antar musim akan dimulai pada pertengahan Maret.
“Musim hujan akan berlanjut hingga Maret, namun badai petir mungkin terjadi sesekali.
“Masyarakat harus waspada karena badai hebat yang terjadi pada minggu ini tidak hanya membawa petir tetapi juga angin puting beliung kecil yang menumbangkan pohon dan merusak atap di kawasan Hulu Kelang.
“Mereka sebaiknya tetap berada di dalam rumah saat terdengar guntur dan bersiap menghadapi angin kencang saat berada di dalam mobil,” ujarnya.
Presiden S. Piarapakaran dari Asosiasi Penelitian Air dan Energi di Malaysia juga memperingatkan potensi risiko perubahan iklim dan dampaknya terhadap pola cuaca kita.
“Malaysia memang mendapat curah hujan sepanjang tahun. Pola musiman ada yang meningkatkan curah hujan dan ada pula yang menurunkannya.
“Pola cuaca yang tidak menentu saat ini menjadi pedoman bagi kita untuk selalu waspada.
“Beberapa waktu lalu, kami memperingatkan tentang pola cuaca yang tidak menentu dan dampaknya terhadap keamanan air,” katanya, sambil menambahkan bahwa hal yang paling penting adalah memiliki perencanaan dan persiapan yang tepat untuk skenario terburuk.
Dia mengatakan penting bagi pemerintah untuk memperbarui dan meningkatkan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi di tingkat pemerintah federal, negara bagian, dan lokal.
“Air sangat penting bagi kita semua. Curah hujan yang terlalu banyak menyebabkan banjir dan terlalu sedikit menyebabkan kekeringan.
“Pihak berwenang juga harus mewaspadai aktivitas mencurigakan di dekat sungai yang dapat mencemari air dan menyebabkan gangguan pasokan,” katanya.
Mengenai banjir bandang di Taman Sri Muda pada bulan Desember yang menyebabkan beberapa korban jiwa, ia mengatakan: “Ada banyak penyebab terjadinya banjir bandang, seperti saluran air yang tersumbat, kapasitas drainase yang lebih kecil dibandingkan pembangunan di sekitarnya, serta intensitas curah hujan yang tinggi. Harus ada rencana jangka panjang untuk Taman Sri Muda, apalagi pasca banjir besar,” imbuhnya.
Terkait longsor Seri Kembangan, Piarapakaran mengatakan pihak berwenang harus berbuat lebih banyak untuk mencari tahu apa yang terjadi.
“Aliran limpasan permukaan dengan kecepatan tinggi, terutama saat hujan deras, dapat mempengaruhi stabilitas tanah dan struktur drainase.
“Pihak berwenang harus melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab sebenarnya dari insiden ini dan memastikan struktur bangunan lainnya aman,” tambahnya.