14 Maret 2022
PETALING JAYA – Setelah kemenangan telak Barisan Nasional dalam pemilihan umum di negara bagian Johor, para analis politik memperkirakan jajaran berpengaruh di UMNO akan menuntut agar pemilihan umum segera diadakan.
Mereka mengatakan sidang umum UMNO, yang dimulai pada hari Rabu, akan menjadi platform sempurna untuk seruan mereka.
Prof Dr Sivamurugan Pandian dari Universiti Sains Malaysia memperkirakan tekanan akan meningkat terhadap Perdana Menteri Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob untuk membubarkan Parlemen untuk pemilihan umum lebih awal.
“Dia mungkin mempunyai tugas berat untuk menolak seruan pemilihan umum, terutama jika seruan itu datang dari akar rumput UMNO di majelis umum partai.
“Akan diketahui terlebih dahulu apakah hal ini akan terjadi, karena Dewan Tertinggi UMNO akan bertemu terlebih dahulu untuk menyusun agenda rapat umum,” ujarnya kemarin.
Sivamurugan mengatakan meskipun Ismail Sabri memegang jabatan perdana menteri, dia menjabat sebagai wakil presiden UMNO di bawah presiden partai Datuk Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi dan wakil presiden Datuk Seri Mohamad Hasan.
“Akan berbeda jika Ismail Sabri menjadi presiden UMNO karena dialah yang akan mengambil keputusan akhir mengenai masalah ini,” katanya.
Ahmad Zahid dan Mohamad sebelumnya menyerukan pemilihan umum dini tetapi kemudian sepakat untuk tidak memaksakannya karena pandemi Covid-19.
Sivamurugan mengatakan kinerja buruk Parti Pribumi Bersatu Malaysia dalam pemilu Melaka dan Johor juga menjadi faktor yang mendorong diadakannya pemilu dini.
Mengenai MOU yang ditandatangani dengan Pakatan Harapan pada September lalu, antara lain, bahwa Parlemen tidak boleh dibubarkan hingga 31 Juli 2022, dia mengatakan seruan agar pemilu cepat tidak sepenuhnya bertentangan dengan kesepakatan.
“Parlemen dapat dibubarkan pada bulan Mei atau lebih lambat lagi karena mereka masih memiliki waktu 60 hari untuk mengadakan pemilihan umum.
“Hal ini akan menempatkan rentang waktu pemilu setelah Hari Raya Aidifitri dengan peluang datangnya pada masa liburan sekolah. Ini semua tentang waktu dalam politik,” katanya.
Barisan memenangkan mayoritas dengan 40 kursi dari 56 kursi di Johor, dengan Pakatan memenangkan 13 kursi dan Perikatan Nasional hanya tiga kursi.
Pada pemilu di negara bagian Melaka tanggal 20 November lalu, Barisan menang telak dengan meraih 21 dari 28 kursi.
Prof James Chin dari Universitas Tasmania mengatakan Barisan, khususnya UMNO, ingin menjaga momentum kemenangan pemilu mereka.
“Koalisi Barisan tidak bisa menunggu lama jika ingin menang. UMNO ingin memanfaatkan momentum kemenangan pemilu negara bagian untuk mendorong terselenggaranya pemilu. Malah saya kira mereka menginginkannya lebih awal dari Juni,” imbuhnya.
Chin, yang secara akurat memperkirakan hasil pemilu di negara bagian Johor, mengatakan Perikatan akan menghadapi kesulitan menjelang pemilu berikutnya.
“Jelas masyarakat Melayu tidak terlalu tertarik dengan Parti Pribumi Bersatu Malaysia yang dianggap tiruan UMNO. Jadi orang Melayu malah memilih partai asli,” imbuhnya.
Chin juga mengatakan Pakatan kemungkinan besar akan kalah dalam pemilihan umum jika pemimpin oposisi Datuk Seri Anwar Ibrahim terus memimpinnya.
“Tetapi masih ada waktu bagi pihak oposisi untuk melakukan sesuatu mengenai hal ini,” katanya.
Prof Dr Nik Ahmad Kamal Nik Mahmod dari Universitas Islam Internasional Malaysia mengatakan sidang umum UMNO mendatang mungkin akan memberikan indikasi apakah pemilihan umum akan diadakan tahun ini.
“Saya yakin hal ini akan diangkat oleh akar rumput UMNO pada rapat umum. UMNO yakin akan merebut kekuasaan jika pemilu diadakan tahun ini,” katanya.
Namun, ia memperingatkan bahwa hasil pemilu di Melaka dan Johor bisa menjadi “positif palsu” bagi UMNO dan Barisan.
“Hal ini terjadi karena jumlah pemilih yang lebih rendah pada kedua pemilu dibandingkan dengan jumlah pemilih yang jauh lebih tinggi pada pemilu,” katanya.
Selain meningkatnya tekanan untuk mengadakan pemilihan umum dini, ia mengatakan Ismail Sabri mungkin juga menghadapi tekanan terkait susunan kabinet di bawah pemerintahan Perikatan Federal dan mereka yang memegang posisi di perusahaan-perusahaan terkait negara.
Analis politik Universiti Technologi Malaysia Dr Mazlan Ali merasa Barisan tidak akan menikmati kemenangan besar di Johor jika Pakatan dan Perikatan bekerja sama.
“Di Parit Yaani saja, calon Barisan menang dengan mayoritas tipis yakni 294 suara dengan perolehan 9.070 suara. Tapi kalau digabung suara Perikatan dan Pakatan, mereka memperoleh 14.211 suara dan meraih kursi mayoritas hampir 5.000 suara,” ujarnya saat ditanya.
Dia mengatakan jika partai-partai oposisi tidak menemukan jalan tengah dan bersatu, skenario serupa bisa terulang dalam pemilu di mana Barisan memenangkan dua pertiga mayoritas.
Dengan diadakannya GE14 pada bulan Mei 2018, pemilihan umum berikutnya harus diadakan pada atau sebelum Juli 2023.