24 Agustus 2023
JAKARTA – Di bawah kepemimpinan Indonesia, ASEAN menggunakan pertemuan puncak perdagangan dan investasi untuk mempromosikan dirinya sebagai kawasan yang berkembang pesat dan bersedia mengambil posisi pragmatis di dunia yang terpecah belah karena perbedaan geopolitik.
Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN Satvinder Singh mengatakan pada hari Selasa bahwa ASEAN selalu memiliki hubungan yang sangat kuat dengan semua negara besar di dunia, meskipun ada ketegangan saat ini.
“Alam semesta kita saat ini masih merupakan alam semesta yang utuh di mana kita bekerja sama dengan semua orang,” kata Singh kepada wartawan pada Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) ke-55 di Semarang, Jawa Tengah.
Singh menegaskan bahwa kawasan ini telah membina hubungan timbal balik yang kuat selama puluhan tahun dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, Tiongkok dan Rusia dalam perdagangan dan investasi, terlepas dari situasi geopolitiknya.
Netralitas, kata Singh, adalah sikap yang diadopsi secara universal oleh negara-negara anggota ASEAN dengan mengingat tujuan jangka panjang untuk “tetap relevan dengan dunia”.
“Demi kepentingan masyarakat kita, kita perlu terhubung dengan semua pasar, semua komunitas,” kata Singh setelah konferensi pers terakhir dari acara enam hari tersebut.
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan Jakarta menganut pandangan yang sama, mengingat prinsip negara dalam menjalankan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif.
“Sepanjang menguntungkan kepentingan nasional, (…) Saya kira tidak ada masalah, asalkan tetap dalam koridor politik luar negeri kita,” kata Jerry kepada wartawan di sela-sela acara yang sama, Jumat.
Ia menjelaskan, Indonesia juga mengambil posisi yang sama dalam hubungan bilateral dan multilateral. Hal terakhir ini telah terwujud, misalnya, di ASEAN, Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan di Kelompok 20.
Pada ketiganya, Indonesia menekankan kerja sama dan kolaborasi yang berkeadilan dan memenuhi kepentingan nasional, tegas Jerry.
“Hanya karena (Tiongkok dan AS) berselisih, apakah kita sudah menutup pintu terhadap Tiongkok? TIDAK. Sudahkah kita (menutup) mereka ke AS? Tidak,” kata Jerry sambil menambahkan, “Karena mereka berkonflik, keduanya akan berpaling kepada kita. Siapa yang menuai hasilnya? Indonesia.”
Jerry misalnya mencontohkan surplus perdagangan bilateral Indonesia dengan AS.
Indonesia mengekspor barang senilai US$39,6 miliar ke AS dari Januari 2022 hingga Juni 2023, jauh melebihi impor sebesar $16,6 miliar pada periode yang sama.
Jerry memuji hal ini karena aset sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia memberikan negara ini “posisi tawar yang jelas” yang tidak hanya berlaku bagi Amerika Serikat tetapi juga negara-negara ASEAN dan Asia-Pasifik lainnya, “dan mungkin juga negara-negara Asia Timur.” .
Ketua Dewan Penasihat Bisnis ASEAN (ASEAN-BAC) Arsjad Rashid menggemakan pandangan ini, dengan mengatakan pada hari Jumat bahwa dunia usaha ASEAN terbuka untuk melakukan bisnis tanpa perbedaan.
“Dari sisi bisnis ASEAN, kami selalu ingin berbisnis dengan siapa pun, dari negara mana pun, baik itu Rusia, India, atau negara mana pun,” Arsjad yang juga Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. kata wartawan sehari sebelum pertemuan dengan AEM di Semarang.
Perwakilan Dagang AS Katherine Tai menolak berkomentar secara spesifik mengenai posisi otoritas dan dunia usaha ASEAN. Sebaliknya, sang duta besar menekankan bahwa perekonomian dunia sedang mengalami perubahan seperti krisis iklim dan transformasi digital, yang memerlukan rantai pasokan yang lebih tangguh dan aman, serta meningkatnya ketegangan geopolitik.
“Ini semua adalah hal-hal yang perlu kita perhatikan agar perekonomian global dapat bekerja lebih baik bagi masyarakat kita,” kata Tai kepada The Jakarta Post pada pertemuan AEM pada hari Senin.
Inklusivitas merupakan salah satu nilai yang disoroti ASEAN pada KTT tahun ini, baik dalam konteks perdagangan, investasi, maupun kerja sama bisnis, diwujudkan dengan mengundang dan mengadakan pembicaraan dengan negara-negara yang berdaulat berkonflik seperti AS, Rusia, Tiongkok, dan India.
Pertemuan AEM memberikan masing-masing sesi konsultasi dua arah kepada keempat negara, dengan konsensus yang dicapai dalam keempat pertemuan tersebut. Perwakilan dari keempat pihak duduk bersama dalam Pertemuan Tingkat Menteri Ekonomi East Asia Summit (EAS) pada hari Senin.
Tidak mengherankan jika forum tersebut terpecah dan tidak mencapai konsensus, terutama karena Washington dan Tokyo menentang Moskow, menurut Menteri Perdagangan Indonesia Zulkifli Hasan.