10 September 2019
Perusahaan mengalokasikan uangnya untuk investasi.
B Grimm Power Plc telah menyisihkan lebih dari Bt38,5 miliar untuk investasi pada proyek pembangkit listriknya dengan tujuan mencapai 5.000 megawatt pada tahun 2022, Preeyanart Soontornwata, CEO perusahaan tersebut, mengatakan setelah meresmikan pembangkit listrik tenaga surya terbesarnya di Tay Ninh , Vietnam dibuka. di minggu lalu.
“Kami akan fokus pada energi hijau seperti tenaga surya, angin, dan air di Thailand dan negara-negara lain di Asia,” ujarnya.
Perusahaan saat ini sedang mengembangkan energi terbarukan di Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, Korea Selatan dan Filipina melalui 17 pembangkit kogenerasi, 24 pembangkit listrik tenaga surya, tiga pembangkit listrik tenaga air, satu proyek industri limbah menjadi energi, dan satu pembangkit listrik tenaga diesel dengan total kapasitas 2.896 megawatt.
Perusahaan ingin memperluas investasi di Malaysia, Kamboja, Korea Selatan, dan Filipina dengan berfokus pada energi ramah lingkungan seperti angin, surya, dan gas.
Di Vietnam, perseroan berniat memperluas kapasitas produksi tenaga surya dari Dau Tieng 1 dan Dau Tieng 2 menjadi Dau Tieng 3. Pabrik Dau Tieng 3 akan memiliki kapasitas produksi sebesar 120 megawatt. Di Korea Selatan, perusahaan tersebut ingin berinvestasi pada energi angin dengan bermitra dengan perusahaan Korea Selatan untuk berinvestasi pada proyek energi angin, sementara minatnya di Malaysia mencakup investasi pada pembangkit listrik tenaga gas siklus gabungan yang bekerja sama dengan mitranya di Malaysia.
Sementara itu, perusahaan terus memperluas investasi energi ramah lingkungan di Thailand yang mencakup pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan limbah.
Mengikuti rencana investasi tersebut, perusahaan memperkirakan pendapatan dari luar negeri akan meningkat dari 25 persen menjadi 30 persen dari total pendapatan pada tahun 2022, dengan 70 persen berikutnya berasal dari pasar dalam negeri.
Ia menambahkan, investasi perseroan akan berasal dari arus kas perseroan dan pinjaman dari bank umum serta pasar obligasi dengan rasio utang terhadap ekuitas tidak lebih dari 2:1.
“Kami sekarang memiliki rasio utang terhadap ekuitas sekitar 1,6:1 yang memiliki cukup ruang untuk mencari pembiayaan guna mendukung rencana investasi kami,” katanya.
Dengan beroperasinya pabrik di Vietnam, perusahaan yakin pendapatan akan tumbuh antara 15 persen dan 20 persen pada tahun 2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu, katanya.
Perusahaan melaporkan total pendapatan sebesar Bt37,22 miliar dan laba bersih Bt1,86 juta untuk tahun 2018 serta masing-masing Bt21,29 miliar dan Bt1,15 miliar untuk paruh pertama tahun ini.