Bencana musim hujan telah melanda kehidupan di beberapa distrik di Nepal

3 Juli 2023

KATHMANDU – Bencana akibat air yang disebabkan oleh hujan monsun lebat mempengaruhi kehidupan sehari-hari di berbagai wilayah negara pada hari Sabtu.

Gangguan transportasi di jalan raya utama dilaporkan terjadi di berbagai tempat dalam 24 jam terakhir, menyebabkan ratusan penumpang terdampar. Ancaman banjir tinggi terjadi di permukiman bantaran sungai akibat hujan yang terus menerus. Provinsi Gandaki dan Lumbini paling terkena dampak kekacauan musim hujan.

Ruas jalan Mugling-Narayanghat, salah satu rute perjalanan tersibuk di negara itu, sering terganggu karena hujan lebat yang memicu tanah longsor sejak Kamis. Pergerakan kendaraan sempat mati-matian akibat longsor sepanjang jalan sepanjang 36 km itu.

Sementara itu, situasi di sepanjang ruas jalan Aryabhanjyang-Ramdi di Palpa juga tidak lebih baik. Lalu lintas terganggu sejak Sabtu dini hari menyusul tanah longsor yang disebabkan oleh hujan terus menerus di daerah tersebut.

Upaya yang dilakukan personel kepolisian setempat dan dinas jalan tidak membuahkan hasil karena aliran lumpur dari bukit terus menumpuk di jalan. Menurut Kepala Dinas Jalan Pradeep Niraula, seluruh ekskavator terus terisi selama musim hujan karena sering terjadi longsor secara bersamaan.

Longsor terus terjadi di beberapa lokasi secara bersamaan, kata Niraula. “Karena unit lokal tidak memberikan dukungan apa pun, kami harus bekerja sendiri untuk membersihkan lalu lintas di semua tempat.”

Hujan membanjiri sawah di kawasan Madiphant Palpa. Menurut Rajesh Kumar Aryal, ketua kelurahan Kota Tansen-9, sekitar 2000 ropani tanah di Madiphant yang terletak di bagian Kotamadya Tansen dan kota pedesaan Baganaskali dan Mathagadhi.

Demikian pula, transportasi di sepanjang ruas jalan Beni-Jomsom terganggu akibat beberapa kali terjadi tanah longsor yang dipicu oleh hujan lebat di musim hujan. Tanah longsor memblokir jalan di Baisari di Kota Pedesaan Raghuganga-2 dan Nagdhunga di Kota Pedesaan Annapurna-2 di distrik Myagdi pada hari Sabtu. Kami kesulitan membersihkan puing-puing dan melanjutkan transportasi karena hujan terus turun di daerah tersebut, kata polisi.

Wilayah barat negara itu telah disiagakan karena curah hujan yang tak henti-hentinya menyebabkan kenaikan permukaan air pada tingkat yang mengkhawatirkan. Di Sungai Tinau dekat Butwal, permukaan air telah mencapai zona bahaya dan masih terus meningkat, sehingga pihak berwenang mengeluarkan peringatan.

Menurut Departemen Hidrologi dan Meteorologi, sungai dianggap telah mencapai tingkat peringatan ketika ketinggian air sungai mencapai 5,3 meter. Melintasi 5,6 meter berarti sudah mencapai zona merah departemen.

Ketinggian air di Sungai Narayani juga meningkat karena wilayah tersebut mengalami curah hujan terus menerus selama 14 jam terakhir. Meski belum ada kejadian yang tidak diinginkan, namun semua orang diimbau untuk tetap waspada.

Distrik Nawalpur menerima curah hujan terbanyak dalam 24 jam terakhir, dengan curah hujan 275,4 mm pada periode tersebut. Hal serupa juga terjadi di Distrik Syangja yang juga mengalami tingkat curah hujan yang mengkhawatirkan, dengan curah hujan mencapai 204,4 mm sejak kemarin.

Sementara itu, Divisi Prakiraan Banjir di bawah Departemen Hidrologi dan Meteorologi pada Sabtu sore memperingatkan adanya banjir di permukiman tepi sungai dan tanah longsor akibat gencarnya hujan di beberapa distrik di provinsi Gandaki dan Lumbini.

Sunil Pokharel, ahli hidrologi senior di divisi tersebut, mengatakan ada risiko tinggi terjadinya tanah longsor akibat hujan lebat yang terjadi secara sporadis selama 24 jam terakhir.

Menurut pembagiannya, dalam 24 jam terakhir curah hujan telah melampaui ambang batas di Kecamatan Syangja, Dang, Nawalpur, Rupandehi, Palpa, dan Tanahun. Dalam 24 jam terakhir, curah hujan maksimum tercatat 220 mm di kawasan Danda di Nawalpur.

Departemen Prakiraan Meteorologi mencatat curah hujan 159 mm di Koilabas di Dang, 167 di Tilottama di Rupandehi, 178 di Gandakot di Palpa, 276 di Deurali Nawal di Nawalpur dan 141 di Malunga di Syangja. Begitu pula dengan Atraulitar di Tanahun yang mendapat curah hujan 187 mm, Tansen di Palpa 169 mm, dan Bhairahawa di Rupandehi 136. Menurut pembagiannya, ada risiko banjir dan tanah longsor di suatu tempat jika curah hujan lebih dari 60 mm tercatat dalam waktu satu jam. menjadi, 80 mm dalam tiga jam, 100 mm dalam enam jam, 120 mm dalam 12 jam, dan 140 mm dalam 24 jam.

Daerah perkotaan, termasuk Kathmandu, dilanda banjir ketika curah hujan lebih dari 60 mm terjadi dalam waktu satu jam, menurut Pokharel. Badan prakiraan banjir meminta masyarakat yang tinggal di permukiman Sungai Tinahu tetap waspada karena ketinggian air sungai sudah melewati batas bahaya.

Ketinggian air juga meningkat di beberapa sungai kecil di provinsi Koshi, Gandaki, Lumbini dan Sudurpaschim. Divisi tersebut juga memperingatkan adanya banjir bandang di sungai yang mengalir melalui wilayah Chure. Divisi tersebut juga memperingatkan adanya banjir bandang di Rupandehi, Kapilvastu, Palpa dan Nawalparasi.

Data Sydney

By gacor88