Dampak AI pada Bisnis

20 Juli 2023

DHAKA – Hadirnya ChatGPT telah memicu antusiasme yang besar terhadap teknologi kecerdasan buatan (AI) dan potensinya yang sangat besar. Beberapa ahli menyebutnya sebagai penemuan paling menakjubkan setelah internet belakangan ini. Bill Gates, salah satu pendiri Microsoft, berkata: “Ini akan mengubah dunia kita.”

Tidak mengherankan jika para pemimpin bisnis juga merasa gembira karena mereka melihatnya sebagai alat yang mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi sehingga menghemat biaya. Hasilnya, AI generatif berkembang dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menjadi salah satu sumber daya penting bagi perusahaan di berbagai industri.

Sebuah survei yang dilakukan oleh majalah bisnis terkenal Forbes mengungkapkan bahwa perusahaan sudah menggunakan teknologi AI di berbagai bidang seperti keamanan siber, manajemen penipuan, produksi konten, dan layanan pelanggan.

Perusahaan telah mulai menggunakan AI untuk pesan instan, email, panggilan telepon, dan rekomendasi produk guna meningkatkan pengalaman pelanggan. Mereka juga menerapkan teknologi ini untuk meningkatkan proses produksi dan otomatisasi proses. Selain itu, AI digunakan untuk agregasi data, pembangkitan ide, komunikasi internal, persiapan presentasi dan laporan, dan penulisan kode.

Menurut Goldman Sachs, selama 10 tahun ke depan, AI berpotensi meningkatkan produktivitas sebesar 1,5 persen per tahun, yang pada gilirannya akan membantu bisnis meningkatkan keuntungan sebesar 30 persen. Peningkatan produktivitas angkatan kerja mempunyai dampak positif yang luas terhadap perekonomian global dan PDB global tahunan akan meningkat sebesar 7 persen selama satu dekade.

Dunia sedang melihat investasi besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan untuk memasukkan teknologi AI ke dalam operasi mereka. Pada tahun 2021, investasi swasta global pada AI mencapai $94 miliar. Namun belakangan, semakin banyak investasi di bidang ini terjadi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Analis memperkirakan total investasi AI bisa mencapai $300 miliar pada tahun 2030.

Namun, ada juga beberapa kekhawatiran.

Salah satu kekhawatiran yang jelas adalah AI akan mengurangi jumlah tenaga kerja. Laporan terbaru dari Goldman Sachs mengungkapkan beberapa kemungkinan besar terkait AI dan tenaga kerja. Laporan tersebut menunjukkan bahwa sekitar 300 juta posisi di seluruh dunia dapat terkena otomatisasi dari kemajuan AI yang baru.

Laporan tersebut juga menyatakan bahwa seperempat dari seluruh pekerjaan yang dilakukan dapat digantikan oleh AI generatif.

Kekhawatiran penting lainnya adalah potensi memberikan informasi yang salah kepada bisnis atau pelanggan mereka yang dapat merugikan perusahaan. Para pemimpin bisnis juga mengungkapkan kekhawatirannya mengenai keamanan data dan privasi di era AI.

Kekhawatiran ini sangatlah wajar. Sejak revolusi industri pertama, dunia telah menyaksikan perubahan signifikan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menyebabkan perubahan radikal dalam cara kerja.

Setiap kali teknologi baru muncul, ada ketakutan akan berkurangnya tenaga kerja. Namun, dunia juga mengalami bahwa perpindahan pekerja dari otomatisasi secara historis diimbangi dengan penciptaan lapangan kerja baru. Penciptaan lapangan kerja baru sebagai akibat kemajuan teknologi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan lapangan kerja.

Penghematan biaya tenaga kerja, penciptaan lapangan kerja baru, dan produktivitas yang lebih tinggi diasumsikan meningkatkan kemungkinan terjadinya ledakan ekonomi, meskipun para analis tidak begitu yakin mengenai waktunya.

Penulis adalah ketua dan direktur pelaksana BASF Bangladesh Limited. Pandangan yang diungkapkan di sini bersifat pribadi.

pengeluaran sdy hari ini

By gacor88