26 Oktober 2022
JAKARTA – Pihak berwenang di Indonesia harus menyetujui penggunaan pelarut yang aman hanya dalam sirup obat oleh produsen obat, kata pakar kesehatan masyarakat pada hari Selasa, ketika otoritas kesehatan menyelidiki dugaan hubungan antara obat cair dan cedera ginjal akut (AKI) pada anak-anak.
Kehadiran etilen glikol dan dietilen glikol sebagai pengotor dalam polietilen glikol, yang digunakan sebagai pelarut dalam sirup demam, batuk dan flu, terungkap setelah kematian lebih dari 100 anak akibat AKI.
Berdasarkan peraturan manufaktur obat di Indonesia, asupan harian yang diperbolehkan untuk kedua zat tersebut adalah 0,5 mg per kg berat badan.
Jumlah kematian meningkat menjadi 143 pada hari Senin, mewakili 56 persen dari 255 kasus AKI pada anak-anak di 26 provinsi sejauh ini pada tahun 2022, menurut kementerian kesehatan.
Dr Windhu Purnomo, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Airlangga, mengatakan untuk menjamin keamanan sirup obat untuk anak-anak, pemerintah harus melarang produsen obat menggunakan bahan-bahan seperti polietilen glikol, propilen glikol, sorbitol, dan gliserin, yang mengandung kotoran beracun. mungkin berisi.
“Langkah paling aman adalah memastikan tidak ada kotoran sama sekali pada bahan obat. Jadi obat-obatan tersebut tidak boleh digunakan sama sekali,” katanya kepada The Straits Times.
Dr Windhu mencatat, konsumsi beberapa obat sekaligus atau penggunaan obat tertentu secara berulang oleh anak-anak dapat meningkatkan kemungkinan terlampauinya “batas aman” pengotor dalam pelarut obat.
Tanpa pengawasan ketat Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), penggunaan bahan-bahan tertentu dapat membuka jalan bagi produsen obat untuk melanggar aturan, katanya.
“Ada kurangnya kontrol kualitas terhadap industri farmasi oleh badan tersebut. Alhasil, kami tidak tahu pengotornya melebihi batas aman,” ujarnya.
Bapak Hermawan Saputra dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia juga mengatakan bahwa penggunaan bahan peningkat kelarutan seperti polietilen glikol harus dihindari.
“Zat seperti itu tidak boleh menjadi bahan pilihan utama yang digunakan dalam pembuatan obat,” ujarnya kepada ST. “Harus ada pengganti yang telah terbukti aman dalam penelitian dan penerapannya juga harus dikontrol.”
Kementerian Kesehatan pada Selasa mengatakan pihaknya mencabut larangan sementara terhadap 156 jenis sirup obat, yang menurut BPOM bebas etilen glikol dan zat serupa yang dapat menyebabkan AKI pada anak.
“Obat-obatan di luar 156 item tersebut untuk sementara masih dilarang digunakan di fasilitas kesehatan dan dijual di apotek sampai ada pengumuman lebih lanjut dari pemerintah,” kata juru bicara kementerian Dr Mohammad Syahril dalam jumpa pers.
Pada hari Senin, Kepala BPOM Penny Lukito mengatakan badan tersebut telah mengidentifikasi dua produsen obat yang produknya melanggar tingkat etilen glikol dan dietilen glikol yang dapat diterima, dan pihaknya bekerja sama dengan polisi untuk mengajukan kasus pidana terhadap mereka.
Untuk menekan angka kematian, pemerintah berupaya memperluas penggunaan suntikan fomepizole pada anak-anak yang sakit parah. Sepuluh vial obat penawar asal Singapura terbukti efektif memperbaiki kondisi 10 pasien yang dirawat di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Awal pekan ini, pemerintah memperoleh lagi 16 vial obat penawar dari Singapura dan 16 vial dari Australia. Mereka juga akan mengimpor 200 botol dari Amerika Serikat dan Jepang.