21 Juli 2023
JAKARTA – Investasi minyak dan gas Indonesia pada semester pertama tahun ini berjumlah US$5,7 miliar, hanya 36,67 persen dari target tahun ini sebesar $15,54 miliar, menurut Satuan Tugas Pengaturan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Investasi minyak dan gas pada periode Januari-Juni naik 21 persen tahun ke tahun (yoy) karena tren peningkatan investasi hulu minyak dan gas global, menurut Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas.
Nanang Abdul Manaz, Wakil Kepala SKK Migas, menyalahkan tertundanya pengeboran sumur dan penundaan proyek lainnya serta gangguan terkait keamanan atas fakta bahwa investasi minyak dan gas berada di bawah target pada setengah tahun.
Namun, dengan mempertimbangkan perhitungan dan prakiraan saat ini, kami berharap investasi akan mendekati jumlah target pada akhir tahun, kata Nanang dalam konferensi pers, Selasa.
Ia menambahkan bahwa pemerintah bersedia memperbaiki iklim investasi seiring dengan upaya negara tersebut untuk memenuhi meningkatnya permintaan energi.
Baca juga: RI harus segera mendorong investasi migas di tengah target ambisius tahun 2030
Konsumsi minyak di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat menjadi 3,97 juta barel minyak per hari (bopd) pada tahun 2050, menurut data SKK Migas, sementara konsumsi gas alam diperkirakan akan meningkat lebih dari empat kali lipat menjadi 26.000 juta standar kaki kubik per hari. hari (mmscfd).
Lebih lanjut Dwi mengatakan, daya tarik investasi migas Indonesia, khususnya terkait fleksibilitas fiskal, meningkat signifikan berkat keputusan pemerintah yang memperbolehkan produsen memilih kontrak bagi hasil (PSC) dalam tiga tahun terakhir.
“Tetapi masih banyak hal lain yang perlu diperbaiki, terutama dari aspek hukum (…). Revisi UU Migas semoga bisa memperbaiki hal ini,” ujarnya.
Kajian tersebut, yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade, dianggap penting untuk membangun landasan hukum yang stabil bagi investasi minyak dan gas di Indonesia.
Negara ini telah berjuang untuk mendorong aktivitas hulu selama bertahun-tahun. Investasi di sektor ini masih jauh lebih tinggi yaitu sebesar $20,72 miliar pada tahun 2014, namun kemudian turun menjadi $10,17 miliar pada tahun 2017, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Akibatnya, produksi terus menurun, sebagian besar disebabkan oleh penuaan sumur dan kurangnya penemuan baru, dan terakhir tercatat sebesar 615.500 barel per hari pada bulan Juni tahun ini, atau 93 persen dari target, menurut data SKK Migas.
Sementara produksi gas sebesar 5.308 MMSCFD atau 86% dari target.
Dwi memperkirakan harga minyak mentah global akan diperdagangkan antara $75 dan $85 per barel dalam beberapa bulan ke depan karena penurunan pasokan akibat pengurangan produksi OPEC+.
Goldman Sachs memangkas perkiraan harga minyak sekitar 10 persen bulan lalu karena kelebihan pasokan di Rusia dan lemahnya permintaan di Tiongkok. Bank tersebut sekarang memperkirakan harga patokan minyak global Brent berada pada $86 per barel pada bulan Desember, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar $95.
Brent diperdagangkan pada $79,53 per barel sekitar tengah hari waktu Jakarta pada hari Kamis.
“Harga yang relatif baik diperkirakan akan mendorong investasi yang lebih agresif,” kata Dwi, “namun pada saat yang sama, hal ini berarti biaya produksi yang lebih tinggi karena meningkatnya permintaan terhadap komponen-komponen utama rig pengeboran.”