16 September 2022
WASHINGTON – Menteri Pertahanan Yasukazu Hamada bertemu dengan mitranya dari AS Lloyd Austin di Amerika Serikat pada hari Rabu, di mana ia menyampaikan niat Jepang untuk mempertimbangkan memiliki “kemampuan serangan balik” untuk menghancurkan pangkalan peluncuran rudal musuh dan target lainnya untuk pertahanan diri.
Austin menyatakan dukungan kuatnya terhadap upaya ini. Kedua menteri mengadakan pembicaraan tatap muka untuk pertama kalinya sejak Hamada memangku jabatannya saat ini.
Hamada dan Austin sepakat untuk lebih memperkuat kerja sama Jepang-AS, mengingat kondisi keamanan di Asia Timur menjadi serius akibat meningkatnya tekanan militer Tiongkok terhadap Taiwan dan faktor lainnya.
Dalam pertemuan tersebut, Hamada mengatakan, “Kemauan dan kemampuan membela negara sendiri lebih penting dari apapun.”
Ia menyampaikan niat Jepang untuk secara drastis memperkuat kemampuan pertahanannya dan berupaya menuju “peningkatan signifikan” dalam belanja pertahanan seiring dengan rencana pemerintah Jepang untuk merevisi tiga dokumen keamanan utama, termasuk Strategi Keamanan Nasional, pada akhir tahun ini.
Austin menekankan “komitmen Washington yang tak tergoyahkan terhadap pertahanan Jepang” dan mengacu pada kekuatan militer AS, termasuk kemampuan nuklirnya, yang memberikan pencegahan ekstensif terhadap sekutu AS, Jepang. Menteri Pertahanan AS menegaskan kembali bahwa Pasal 5 Perjanjian Keamanan Jepang-AS, yang menetapkan kewajiban pertahanan AS kepada Jepang, berlaku di Kepulauan Senkaku di Prefektur Okinawa.
Kedua menteri menegaskan bahwa mereka akan memperdalam diskusi di tingkat menteri untuk memastikan bahwa upaya pencegahan yang diperluas tetap kredibel.
Hamada dan Austin juga mengecam keras latihan militer skala besar yang dilakukan Tiongkok di dekat Taiwan, termasuk penembakan rudal balistik yang berada di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang.
“Tindakan koersif Tiongkok di Selat Taiwan dan di perairan sekitar Jepang bersifat provokatif, mengganggu stabilitas, dan belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Austin.
Mengingat invasi Rusia ke Ukraina juga, kedua menteri sepakat bahwa Jepang dan Amerika Serikat akan bekerja sama secara erat tanpa menoleransi perubahan sepihak terhadap status quo dengan kekerasan.
Mereka sepakat bahwa Tokyo dan Washington akan bersama-sama menganalisis citra dan data lain yang dikumpulkan oleh drone MQ-9 milik militer AS, yang dijadwalkan akan dikerahkan sementara mulai akhir Oktober di Pangkalan Udara Kanoya milik Pasukan Bela Diri Maritim di Prefektur Kagoshima. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat pengawasan terhadap ekspansi maritim Tiongkok yang semakin meningkat di Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan.
Mengenai kerja sama teknis di bidang alutsista, kedua menteri sepakat untuk mulai mempertimbangkan penelitian bersama mengenai teknologi dan komponen yang dapat mengarah pada pengembangan rudal pencegat di masa depan untuk melawan senjata hipersonik yang sedang dikembangkan oleh Tiongkok dan Rusia.