Jokowi menganggap perombakan kabinet adalah upaya PDI-P untuk semakin menekan NasDem

27 Desember 2022

JAKARTA – Presiden Joko “Jokowi” Widodo membiarkan pintu terbuka untuk perombakan kabinet, sehingga memicu rumor bahwa para menteri dari Partai NasDem yang pro-pemerintah – yang mendukung tokoh oposisi Anies Baswedan – akan diberhentikan, sebuah gagasan yang mendukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang berkuasa.

“(Reshuffle) bisa saja terjadi. Kita lihat saja nanti,” kata Jokowi di Bogor, Jawa Barat, pada Jumat, menjawab pertanyaan pers mengenai apakah ia akan merombak kabinetnya setelah jajak pendapat publik baru-baru ini.

Jajak pendapat tersebut diterbitkan oleh Charta Politika pada hari Jumat dan menemukan bahwa meskipun 60,5 persen responden menyetujui kinerja Kabinet saat ini, 61,8 persen setuju dengan gagasan reshuffle.

Anggota Dewan Pimpinan Pusat PDI-P Djarot Saiful Hidayat juga menyatakan dukungannya terhadap langkah tersebut, khususnya menyalahkan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, karena gagal menjamin swasembada beras Indonesia. tidak mempertahankan.

“Sepertinya kami harus mengimpor beras begitu harga mulai naik. (…) Jokowi harus mengevaluasi kinerja para menteri dan melihat apakah mereka mampu mencapai program-programnya seiring dengan mendekati akhir masa jabatan Jokowi,” kata Djarot, seperti dilansir Antara. Kompas.

Namun analis politik Bawono Kumoro dari Indikator Politik berpendapat bahwa motif politik, bukan masalah kinerja, berada di balik komentar Djarot.

“Kalau kita lihat pernyataan-pernyataan di dalam koalisi pemerintah, khususnya PDI Perjuangan, ada tekanan terhadap NasDem. (…) Kini setelah Jokowi mengisyaratkan ide reshuffle, PDI Perjuangan kembali mengobarkan api dengan menunjuk dua menteri yang kebetulan dari NasDem,” kata Bawono.

Baik Syahrul maupun Siti serta Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate merupakan kader NasDem. Meskipun NasDem adalah bagian dari koalisi pro-pemerintah yang dipimpin oleh PDI-P, di mana Jokowi menjadi salah satu anggotanya, ketegangan antara kedua partai tersebut meningkat sejak NasDem menyatakan dukungannya terhadap mantan Gubernur Jakarta Anies pada pemilihan presiden tahun 2024.

Hubungan yang tegang

Meskipun NasDem masih menjaga hubungan dekat dengan Jokowi, ketua partai tersebut, Surya Paloh, mengatakan bahwa partainya “tetap menjadi teman sejati Jokowi dalam segala suka dan duka” pada acara ulang tahun NasDem pada bulan November, namun Jokowi melontarkan beberapa komentar yang diterima oleh para analis sebagai kritik terhadap NasDem.

Saat acara HUT Partai Golkar pada bulan Oktober, Jokowi berpesan agar partai tersebut “sembrono” dalam memilih calon, tiga minggu setelah NasDem menyatakan dukungannya kepada Anies dan di hadapan Surya yang juga hadir.

Begitu pula dengan PDI-P yang vokal mengkritik NasDem saat itu.

“Bayangkan, saat Presiden sedang konsentrasi mempersiapkan G20 dan menyelesaikan permasalahan perekonomian negara, ada anggota koalisi pemerintah yang malah memilih mendukung pihak yang selama ini menentang pemerintah,” kata Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto pada Oktober lalu. , seperti dikutip oleh Laju.

Namun analis politik Adi Prayitno dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menilai reshuffle yang bermotif politik bisa menjadi kesalahan strategis bagi Jokowi, karena masyarakat mungkin malah bersimpati kepada NasDem.

“NasDem akan terlihat dianiaya oleh Jokowi, padahal mereka tetap loyal kepada beliau,” kata Adi.

Menjelang akhir masa jabatan keduanya, presiden tersebut dituduh mencoba mempengaruhi kandidat calon penggantinya, namun ia dengan tegas membantahnya dalam pidatonya di perayaan ulang tahun Partai Hanura pekan lalu.

“Mereka mungkin nantinya akan menyalahkan istana atas kegagalan koalisi (pembangunan untuk pemilu 2024), meskipun itu (sebenarnya) antar ketua partai. (…) Mungkin juga ada calon yang tidak dicalonkan lalu menyalahkan Istana. Apa hubungannya denganku?” kata Jokowi, Rabu.

Pada acara yang sama, Ketua Hanura Oesman Sapta Odang membantah rumor dirinya mendukung Anies pada 2024.

“Saya tidak pernah menyatakan dukungan kepada siapa pun, bahkan kepada Anies khususnya,” kata Oesman.

Meskipun NasDem telah secara resmi menyatakan dukungannya kepada Anies, partai tersebut masih perlu membentuk koalisi dengan partai-partai lain untuk memenuhi apa yang disebut ambang batas presiden, yang mengharuskan koalisi pencalonan untuk menguasai setidaknya 20 persen kursi di Dewan Perwakilan Rakyat. berhak mencalonkan seorang calon. Saat ini, NasDem sedang melakukan pembicaraan dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dua partai oposisi yang tersisa di DPR, untuk membentuk koalisi tersebut.

Result SGP

By gacor88