2 Juni 2023
JAKARTA – Seruan untuk persatuan nasional, pembangunan inklusif, dan sikap tegas terhadap politik identitas menjadi pusat perhatian dalam pidato Hari Pancasila Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada hari Kamis, ketika mesin politik negara bersiap menghadapi pemilihan presiden dan legislatif tahun 2024.
Tahun ini, acara resmi peringatan lahirnya Pancasila, ideologi negara, diadakan di Monumen Nasional (Monas) Jakarta Pusat, dengan mengusung tema “gotong royong dalam membangun peradaban dan pertumbuhan global”.
Mengenakan pakaian Kesultanan Deli beraksen emas asal Sumatera Utara, Jokowi mengatakan masyarakat yang kuat dilandasi oleh persatuan.
“Toleransi, persatuan dan gotong royong adalah kunci membangun bangsa yang kuat. Oleh karena itu, saya mengajak kita semua untuk menolak ekstremisme, politik identitas, dan politisasi agama,” kata Jokowi dalam pidatonya di Hari Lahir Pancasila, yang akan menjadi pidato terakhirnya sebelum masyarakat Indonesia memilih presiden baru pada Februari tahun depan. Mari kita sambut pemilu mendatang dengan kedewasaan, kegembiraan dan dengan menjunjung tinggi asas Pancasila.
Komentar Jokowi muncul di tengah kekhawatiran bahwa pemilu presiden dan legislatif tahun 2024 dapat kembali mempolarisasi negara seperti yang terjadi pada dua pemilu sebelumnya, di mana sentimen pro-Islam, agama yang dianut sebagian besar masyarakat Indonesia, digunakan untuk memobilisasi pemilih.
Dengan kepemimpinan baru yang akan segera tiba, Jokowi juga mencatat bahwa sejalan dengan ideologi kesetaraan Pancasila, pembangunan negara yang merata dan berkelanjutan harus ditempatkan di garis depan agenda nasional, dengan mencontohkan beberapa proyek andalannya.
“Pemerintah bisa berubah, tapi perjuangan (untuk Indonesia yang lebih baik) harus terus berlanjut. Keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan adalah nilai-nilai yang kita perjuangkan melalui reformasi struktural, peningkatan sumber daya manusia, perampingan industri, dan pengembangan ibu kota nusantara,” ujarnya.
“Kami ingin masyarakat yang tinggal di luar Jawa juga mendapat manfaat besar dari pembangunan negara.”
Hadir dalam acara Kamis tersebut Wakil Presiden Ma’ruf Amin, mantan Presiden Megawati Sukarnoputri yang juga Ketua Pengurus Badan Pendidikan Ideologi Pancasila (BPIP), serta mantan Wakil Presiden Hamzah Haz dan Boediono. Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Laksamana. Yudo Margono, Ketua DPR Puan Maharani, dan Ketua MPR Bambang Soesatyo juga tampak turut hadir.
Pemerintahan Jokowi menjadikan Hari Pancasila sebagai hari libur umum pada tahun 2016 dan mengukuhkan tanggal 1 Juni sebagai hari lahir ideologi negara.
Pada tahun lalu, ketika berbagai krisis terjadi di seluruh dunia, Jokowi mengatakan bahwa Indonesia telah berhasil mengatasi badai ini dengan perekonomian yang relatif stabil dan inflasi yang terkendali. Namun dengan tingginya ketegangan geopolitik yang menjadi latar belakang dunia saat ini, Jokowi menyatakan bahwa Indonesia harus dianggap “sederajat” dengan negara-negara besar lainnya dan diberi ruang untuk bekerja sama tanpa diskriminasi.
Kehadiran global yang setara, menurut Jokowi, merupakan bagian dari ideologi Pancasila.
“Inilah Indonesia. Indonesia adalah Indonesia yang tidak bisa didikte oleh siapapun, tidak bisa diperintah oleh negara lain. Namun kami selalu siap berkontribusi,” ujarnya.
Para pakar dan politisi telah menentang politik identitas menjelang pemilu 2024, sambil mengungkapkan harapan bahwa kampanye tersebut akan bebas dari strategi yang memecah belah.
Polri membentuk satuan tugas khusus untuk memerangi provokasi dan ujaran kebencian menjelang pemilu tahun depan, sementara ketua dua organisasi Islam paling berpengaruh di tanah air, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, saling bergandengan tangan. untuk menentang penggunaan politik identitas yang memecah belah.