9 Juni 2023
BANGKOK – Kondisi ketahanan pangan di Thailand saat ini sedang menghadapi beberapa tantangan akibat kekurangan pangan global. Untuk memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan, Kerajaan Arab Saudi harus mengatasi empat masalah utama yang diidentifikasi oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
Ketersediaan pangan merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup manusia. Kelangkaan pangan dapat berdampak besar pada kesehatan dan produktivitas, sehingga menimbulkan potensi konflik, dan kecukupan pangan dipandang sebagai aspek penting dalam stabilitas.
Menyadari pentingnya hal tersebut, maka Persatuan negara-negara menetapkan ketahanan pangan sebagai tujuan kedua dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)yang bertujuan untuk memberantas kelaparan, mencapai ketahanan pangan, meningkatkan gizi dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.
FAO telah melaporkan semakin parahnya kekurangan pangan global sejak tahun 2014. Faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap tren ini termasuk meningkatnya perubahan iklim, yang mengakibatkan pemanasan global, bencana alam, kelangkaan air dan dampak buruknya terhadap produksi pertanian. Selain itu, pertumbuhan populasi, menyusutnya lahan pertanian, dan meningkatnya epidemi serta konflik antar negara semakin memperkuat ketidakstabilan ketahanan pangan.
Meningkatnya kekurangan pangan global
Menurut FAO Laporan Global tentang Krisis Pangan 2022, hampir 193 juta orang di 53 negara di seluruh dunia menghadapi kerawanan pangan pada tahun 2022. Jumlah ini meningkat sekitar 40 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya akibat kenaikan harga pangan. Kenaikan harga pangan khususnya berdampak pada negara-negara dengan populasi berpendapatan rendah, karena pengeluaran untuk makanan biasanya mencapai setidaknya setengah dari total pengeluaran mereka.
Bank Dunia juga menyoroti bahwa kenaikan harga pangan sebesar 1% akan mendorong tambahan 10 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menerapkan langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini dan memastikan ketahanan dan kelangsungan hidup populasi di setiap negara.
Thailand menempati peringkat ke-64 dalam hal ketahanan pangan
Thailand berada di peringkat ke-64 dalam ketahanan pangan global menurut Indeks Ketahanan Pangan Global (GFSI) tahun 2022, yang menilai dan melaporkan situasi ketahanan pangan di 113 negara di seluruh dunia. Skor Thailand sebesar 60,1 dari 100 menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan skor tahun sebelumnya. Di kawasan Asia-Pasifik, Thailand berada di peringkat ke-9 di antara negara-negara dalam kelompok Asia-Pasifik dan ke-15 di antara negara-negara dengan tingkat pendapatan menengah-tinggi, yang menunjukkan situasi ketahanan pangan yang relatif baik.
Terlepas dari peringkat ini, berdasarkan definisi ketahanan pangan FAO, yang terdiri dari empat komponen: ketersediaan, aksesibilitas, pemanfaatan dan stabilitas, masih ada permasalahan penting yang perlu ditangani oleh Thailand. Berikut ini adalah isu-isu terpenting yang harus menjadi fokus Thailand dalam perjuangannya mencapai ketahanan pangan:
Ketersediaan makanan: Hal ini melibatkan peningkatan produksi pangan di Thailand untuk memastikan jumlah pangan yang cukup dan konsisten. Rasio Kemandirian (SSR) adalah ukuran yang digunakan untuk mengukurnya, yang menunjukkan rasio pangan yang diproduksi di dalam negeri dibandingkan dengan jumlah total yang dikonsumsi di negara tersebut sepanjang tahun. Thailand mencapai SSR lebih dari 100% untuk makanan pokok dan bahan makanan penting yang umum dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Thailand, termasuk beras, telur ayam, ayam, babi, dan udang budidaya. Selain itu, Thailand juga dapat mengekspor produk pangan tertentu untuk menghasilkan pendapatan bagi negaranya.
Akses Pangan: Hal ini mengacu pada kemampuan memperoleh sumber pangan yang berkualitas dan bergizi, yang mencerminkan permasalahan kelaparan. Berdasarkan Indeks Kelaparan Global (GHI) Laporan tahun 2023, Thailand memiliki tingkat kelaparan sedang, berada di peringkat 53 dari 116 negara. Sekitar 8,8% dari total penduduk Thailand, setara dengan sekitar 6,2 juta jiwa, tidak memiliki gizi yang cukup.
Pemanfaatan pangan: Pemanfaatan pangan meliputi pemahaman dan pemanfaatan pangan dengan cara yang tepat, termasuk penyiapan pangan yang higienis dan memperhatikan prinsip gizi. Di Thailand, masih kurangnya pengetahuan, pemahaman dan praktik perilaku yang konsisten dengan gizi yang baik, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi penting. Rasa diprioritaskan oleh 22,5% masyarakat Thailand dalam hal konsumsi makanan, menurut Survei Perilaku Kesehatan dari Kantor Statistik Nasional pada tahun 2023.
Stabilitas pangan: Hal ini mengacu pada kemampuan untuk mengakses pangan yang cukup bahkan pada saat krisis, tanpa risiko kekurangan pangan. Kondisi perekonomian global dan tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim sangat mempengaruhi stabilitas pangan. Thailand telah mengembangkan sistem pengelolaan pangan dan air darurat, pencegahan bencana, peringatan dini, mitigasi dan promosi pertanian berkelanjutan. Selain itu, kemandirian di tingkat rumah tangga dan komunitas memainkan peran penting dalam menjamin akses terhadap pangan dan air di berbagai krisis. Dampak pandemi Covid-19 terhadap ketahanan pangan di Thailand tidak terlalu parah karena peran penting yang dimainkan oleh masyarakat.
Berdasarkan survei Kantor Statistik Nasional mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap rumah tangga di Thailand pada tahun 2022, rumah tangga menghadapi tantangan terkait pangan, seperti terbatasnya variasi pangan dan kurangnya konsumsi makanan bergizi dan bermanfaat. Rumah tangga berpendapatan rendah mengalami masalah pangan yang lebih parah di semua dimensi dibandingkan dengan rumah tangga berpendapatan tinggi.
Meskipun Thailand saat ini memiliki produksi pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduknya, terdapat tantangan dan kendala dalam produksi pangan di masa depan, khususnya di sektor pertanian. Selain itu, terdapat keterbatasan akses terhadap pangan yang berkualitas dan aman, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, dan mereka yang menghadapi produksi pangan yang tidak aman. Selain itu, permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan gizi, kebiasaan makan yang buruk, dan sampah makanan menimbulkan tantangan yang signifikan bagi Thailand.