19 Juni 2023
SEOUL – Transaksi garam online melonjak lebih dari 800 persen dalam seminggu karena konsumen Korea khawatir pembuangan air limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang dinonaktifkan ke laut dapat mempengaruhi keamanan pangan, menurut analisis terbaru yang dilakukan oleh perusahaan pelacakan online.
Jumlah transaksi online produk garam meningkat sebesar 817 persen antara tanggal 7 dan 13 Juni, dibandingkan periode yang sama minggu sebelumnya, menurut penyedia layanan perbandingan harga online Danawa.
Penjualan garam di toko offline juga meningkat.
Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, penjualan garam di E-mart meningkat 55,6 persen dari 1 hingga 14 Juni, sementara penjualan garam laut melonjak 118,5 persen, menurut data dari jaringan hipermarket di negara tersebut.
Di Lotte Mart, penjualan barang asin naik 30 persen pada periode yang sama, sementara penjualan di mal online SSG.com naik enam kali lipat.
Di tengah meningkatnya permintaan, harga garam pun ikut naik.
Harga eceran 5 kilogram garam laut kasar mencapai 12,942 won ($10,13) pada hari Kamis, 64,2 persen lebih tinggi dari harga rata-rata garam Korea sebesar 7,883 won, menurut Korea Agro-Fisheries & Food Trade Corp.
Meski terjadi peningkatan penjualan dan harga, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui siaran pers menyatakan belum ada tanda-tanda penimbunan garam secara nasional, karena yang terjadi hanya peningkatan transaksi langsung di tingkat konsumen. Menurut kementerian, transaksi tersebut hanya mencakup sekitar 7 hingga 8 persen dari total transaksi garam di seluruh negeri.
“Kami percaya bahwa peningkatan pembelian pribadi tidak akan mempengaruhi keseluruhan pasokan dan permintaan serta harga garam laut,” kata seorang pejabat Kementerian Perikanan.
“(Tetapi) jika transaksi dan harga terus meningkat, kami akan mempertimbangkan untuk mengadakan diskon nasional, setelah pemerintah melakukan pembelian garam sendiri,” tambahnya.
Kementerian menambahkan bahwa alasan kenaikan harga garam laut baru-baru ini kemungkinan besar disebabkan oleh musim hujan, bukan karena meningkatnya permintaan, karena hujan akhir-akhir ini menyebabkan penurunan produksi garam laut.
“Karena jumlah hari curah hujan berkurang dan jumlah sinar matahari meningkat, produksi garam laut diperkirakan akan pulih ke tingkat rata-rata mulai bulan Juni,” kata pejabat tersebut.
Kementerian Perikanan berupaya meyakinkan konsumen Korea bahwa garam dan garam laut yang dijual di pasaran aman.
Badan pemerintah tersebut mengatakan telah melakukan uji radiasi di 10 ladang garam setiap bulan sejak April, dan sejauh ini tidak ada zat radioaktif yang terdeteksi.
“Bahkan selama kecelakaan nuklir (Fukushima) tahun 2011, uji radioaktif garam laut dilakukan sebanyak 286 kali, dan itupun tidak ada zat radioaktif yang terdeteksi dalam garam laut kita,” kata pejabat tersebut.
Pejabat tersebut menambahkan bahwa mulai bulan Juli hingga akhir tahun ini, pemerintah berencana memperluas cakupan pemeriksaan radioaktif ke 150 tambang garam, yang menyumbang 50 persen produksi garam negara tersebut.
Di tengah pembelian panik, Badan Konsumen Korea mengeluarkan peringatan pada hari Jumat yang mendesak agar berhati-hati. Dikatakan bahwa pihaknya telah mendeteksi kasus penjual di platform e-commerce yang menggunakan informasi yang belum dikonfirmasi untuk meningkatkan penjualan, seperti mengatakan bahwa garam akan terkontaminasi jika air limbah dari Fukushima dibuang.
“Kami mengeluarkan peringatan karena menilai bahwa undang-undang penjualan yang tidak tepat telah menyesatkan konsumen dengan rumor yang belum dikonfirmasi dan informasi palsu,” kata seorang pejabat dari Badan Konsumen Korea.
Pemerintah Jepang telah mengumumkan bahwa mereka mungkin mulai membuang air yang terkontaminasi dari pabrik tersebut pada musim panas ini. Perusahaan ini akan menggunakan metode penyaringan untuk menghilangkan isotop radioaktif dan mengencerkan air yang terkontaminasi.
Air tersebut diperkirakan akan keluar selama sekitar 30 tahun mulai tahun 2023 hingga 2051.