Seorang menteri senior Indonesia menimbulkan keributan dengan mengatakan orang kaya harus menikah dengan orang miskin untuk membantu mengurangi kemiskinan.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan ajaran Islam yang menghimbau umat Islam untuk memilih pasangan yang jodoh sering disalahartikan sebagai jodoh dalam arti kesetaraan status ekonomi.
“Jika pengantin pria dari keluarga miskin menikah dengan pengantin wanita dari keluarga miskin lain, maka akan tercipta keluarga miskin baru,” ujarnya.
Ia menyayangkan jika orang tua di Indonesia malu jika anaknya menikah dengan orang dari keluarga miskin. “Pola pikir ini harus diubah. Sebaliknya, mereka harus bangga karena hal ini mulia karena dapat mengentaskan kemiskinan.”
Tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai 9,4 persen dari total 57.116.000 rumah tangga, atau sekitar lima juta rumah tangga, kata Muhadjir, mengutip data pemerintah pada bulan September lalu. Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia, dengan 260 juta orang.
Tiga dari 10 perempuan Indonesia saat ini melahirkan bayi yang menderita stunting, suatu kondisi yang membuat mereka cenderung tidak mencapai tinggi fisik dan potensi kognitif maksimal saat dewasa. Banyak dari mereka berasal dari keluarga miskin, kata Pak Muhadjir.
Menteri kemarin menjelaskan bahwa pernyataannya tentang pernikahan lintas ekonomi hanya sekedar anjuran dan tidak wajib.
Pada konferensi sehari sebelumnya, Tn. Muhadjir dikutip menyarankan agar rekannya, Menteri Agama Fachrul Razi, mengeluarkan dekrit yang mengatakan bahwa “orang miskin harus mencari orang kaya untuk dinikahi dan orang kaya harus mencari orang miskin”.
Pak Muhadjir mengatakan kepada wartawan kemarin bahwa pemerintah akan menawarkan program pranikah untuk membantu pasangan yang belum siap secara ekonomi. Ia mengutip statistik resmi yang menyebutkan bahwa rata-rata terdapat 2,5 juta pernikahan di Indonesia setiap tahunnya, dan 10 persen di antaranya berpotensi menjadi keluarga miskin.
“Kalau pasutri tidak punya pekerjaan, kami akan berikan pelatihan. Jika mereka berbisnis, kami akan memberikan pinjaman kecil. Kalau mereka punya keterampilan, harusnya diberi kesempatan,” kata Pak Muhadjir.
Bapak Muhadjir, 63 tahun, memiliki gelar sarjana di bidang pendidikan, gelar master di bidang kebijakan publik, dan gelar PhD di bidang ilmu sosial. Dia menjabat Menteri Pendidikan antara 2016 dan tahun lalu.
Dia sebelumnya juga pernah melontarkan komentar kontroversial lainnya seperti mengatakan kepada guru-guru di Indonesia yang merasa mereka tidak pantas untuk tidak khawatir karena mereka akan masuk surga.