26 Juni 2018
Tiga kota di Asia – Mumbai, New Delhi dan Hanoi – termasuk dalam lima kota dengan pekerja paling keras di dunia.
Ibu kota komersial India, Mumbai, menduduki puncak daftar global orang yang bekerja paling keras. Mumbaikar mencatat rata-rata jam tahunan 3.315 jam.
Hanoi berada di urutan kedua sementara New Delhi di urutan keempat.
Survei tersebut – yang dilakukan di 71 kota di seluruh dunia – dirilis awal bulan ini oleh Swiss Bank UBS.
Survei menunjukkan bahwa di India tidak ada batasan jam kerja maksimum dan tidak ada jaminan cuti tahunan minimum. Hal ini juga berkaitan dengan perbedaan hak liburan di seluruh dunia.
Penduduk pekerja keras di Mumbai termasuk di antara mereka yang mengambil cuti paling sedikit, dengan hanya 10,4 hari libur dalam setahun.
Mereka yang lebih memilih istirahat yang lebih tenang sebaiknya pergi ke Riyadh, yang rata-rata memiliki 37 hari setahun, atau Rusia. Pekerja di Moskow dan Sankt Peterburg masing-masing mendapat libur tahunan masing-masing 33,3 dan 32,3 hari, kata Forum Ekonomi Dunia dalam laporan yang dikutip dalam survei tersebut.
Sementara itu, The Independent mengutip Expert Market pasar bisnis-ke-bisnis online yang memberi peringkat kota-kota global dengan keseimbangan kehidupan kerja terburuk.
Situs web tersebut mengumpulkan informasi tentang kota-kota terbesar dan terpenting di seluruh dunia dan kemudian mengurutkannya berdasarkan total rata-rata jam kerja setiap tahun, menggunakan data dari grup perbankan Swiss UBS. Dalam daftar ini, pekerja asal Hong Kong mempunyai jam kerja paling banyak, disusul Mumbai.
Pekerja di Jakarta bekerja 40,4 jam – 9,99% lebih banyak dibandingkan rata-rata dunia dan hanya mengambil libur 12 hari per tahun. Pekerja di Taipei bekerja 41,2 jam – 11,6% lebih tinggi dari rata-rata global. Pekerja di Bangkok bekerja dalam waktu 42,1 jam. New Delhi mencatat waktu 42,6 jam – 14,56% lebih lama dibandingkan rata-rata jam kerja di seluruh dunia.
Laporan tersebut, yang dikutip oleh Forum Ekonomi Dunia, juga menyebutkan Korea Selatan di mana, setelah “tingkat kelahiran yang rendah dan produktivitas yang melambat,” Presiden Moon Jae-in memimpin upaya untuk mengurangi jam kerja di negara tersebut dan “hak untuk beristirahat” bagi para pekerja.
Hebatnya, meskipun ada istilah yang menggambarkan kematian karena terlalu banyak bekerja (“karoshi”), rata-rata pekerja Jepang bekerja 1.713 jam per tahun – di bawah rata-rata OECD, menurut laporan tersebut.
Kebetulan, Mumbai juga tercatat sebagai kota terkaya ke-12 di dunia – mengungguli Toronto dan Paris. Total kekayaan Mumbai adalah US$950 miliar, sedangkan kekayaan Toronto adalah US$944 miliar dan Paris US$860 miliar masing-masing berada di peringkat ke-14 dan ke-15, lapor Financial Express.
Mumbai juga merupakan salah satu kota real estat termahal – menyewa kantor di gedung bertingkat tinggi di Mumbai bisa menghabiskan biaya lebih mahal daripada Dubai, atau bahkan Los Angeles.