5 Juni 2023
Kolombo – Dalam kunjungannya baru-baru ini ke Jepang, Presiden Ranil Wickremesinghe menyoroti kecenderungan negara tersebut terhadap Asia, yang menandakan perubahan strategis dalam kebijakan luar negerinya. Berdasarkan visi pemerintah untuk mengangkat Asia sebagai pusat integrasi ekonomi global, pidato Presiden Wickremesinghe di Forum Nikkei, Masa Depan Asia, menguraikan visinya untuk kawasan ini.
Kecenderungan terhadap Asia bukanlah suatu perkembangan baru karena Presiden sebelumnya telah melakukan pendekatan ke Jepang ketika ia menjabat, mengikuti jejak mantan Presiden JR Jayewardene, yang sangat menekankan pada pengembangan hubungan yang kuat dengan Jepang. Melalui kunjungan ini, Presiden Wickremesinghe dengan tegas mengukuhkan niat Sri Lanka untuk secara aktif membentuk masa depan Asia daripada hanya berdiam diri dan membiarkan kekuatan global menentukan nasib kawasan ini.
Kecenderungan yang besar terhadap Asia ini dipandang sebagai perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri Sri Lanka, yang menempatkan negara tersebut sebagai partisipan aktif dalam proses pengambilan keputusan di wilayah tersebut.
Dalam pidatonya di Tokyo, Presiden Wickremesinghe menegaskan kembali bahwa Asia tidak boleh terseret ke dalam persaingan kekuasaan antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Ia menekankan bahwa peran kawasan Asia dalam politik global harus diputuskan melalui dialog multilateral antar negara anggotanya.
Berbicara setelah Presiden Wickremesinghe di Forum Nikkei, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengungkapkan sentimen serupa. Perdana Menteri Kishida menekankan upaya Jepang untuk menerapkan kebijakan “Indo-Pasifik Bebas dan Terbuka” (FOIP), yang menjamin kedaulatan dan pengambilan keputusan setiap negara terlepas dari ukurannya.
Pesan Presiden tersebut selaras dengan para pemimpin Asia lainnya yang hadir di forum tersebut, termasuk mantan Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohammed, Presiden Laos, dan Wakil Perdana Menteri Singapura, Vietnam dan Thailand. Mereka semua mempunyai keyakinan yang sama bahwa Asia harus mendapat tempat di meja kekuatan global.
Salah satu aspek utama yang disoroti oleh Presiden Wickremesinghe dan Perdana Menteri Kishida adalah perlunya kerja sama multilateral antar negara-negara Asia. Meskipun mengakui kemajuan Tiongkok, India dan Jepang, kedua pemimpin menekankan pentingnya melibatkan negara-negara Asia lainnya, termasuk negara-negara ASEAN dan Samudra Hindia, dalam membentuk masa depan kawasan. Hal ini sejalan dengan “Rencana Baru untuk Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka” (FOIP) Jepang, yang menekankan konektivitas berlapis di seluruh Asia.
Arah kebijakan luar negeri Presiden Wickremesinghe disambut baik oleh kelompok kepentingan lokal dan regional di Sri Lanka. Negara ini hanya menjadi pengamat pasif seiring kemajuan Asia di kancah dunia, dan visi presiden untuk merebut kembali peran Sri Lanka dalam politik regional dan global dipandang sebagai langkah maju yang positif. Setelah setahun mengalami krisis ekonomi dan ketidakstabilan politik, Sri Lanka berkeinginan untuk kembali membangun kehadirannya di kancah internasional.
Dalam kunjungannya, Presiden Wickremesinghe mengadakan pertemuan penting dengan Perdana Menteri Jepang Kishida, Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi dan Menteri Transformasi Digital Taro Kono. Diskusi tersebut mencakup berbagai topik, termasuk pembicaraan mengenai restrukturisasi utang, kerja sama di berbagai bidang di luar ekonomi, target perubahan iklim, perlucutan senjata nuklir, dan upaya digitalisasi di Sri Lanka.
Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Kishida, Presiden Wickremesinghe menyampaikan terima kasih atas dukungan Jepang selama krisis ekonomi dan pembicaraan restrukturisasi utang Sri Lanka. Dia meyakinkan Jepang bahwa keterlibatan Tiongkok dalam perundingan tersebut hanya terbatas pada perundingan bilateral dan bahwa Sri Lanka juga telah terlibat dengan Dana Moneter Internasional (IMF). Presiden meminta keanggotaan penuh Tiongkok dalam pembicaraan kreditor dan menguraikan rencana untuk melanjutkan proyek-proyek Jepang, yang akan didiskusikan lebih lanjut.
Perdana Menteri Kishida menyatakan komitmen Jepang untuk mendukung pemulihan ekonomi Sri Lanka dan menyatakan kesediaannya untuk mencari jalan bagi peningkatan kerja sama. Para pemimpin membahas bidang-bidang kerja sama yang potensial, termasuk pembangunan infrastruktur, transfer teknologi, promosi investasi dan peningkatan kapasitas.
Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Hayashi, Presiden Wickremesinghe menekankan pentingnya memperkuat hubungan bilateral antara Sri Lanka dan Jepang. Mereka membahas perlunya peningkatan pertukaran antar masyarakat, kerja sama budaya dan peluang pendidikan. Presiden Wickremesinghe menyatakan keinginannya untuk memperluas investasi Jepang di Sri Lanka dan menarik wisatawan Jepang untuk meningkatkan sektor pariwisata negara tersebut.
Pertemuan dengan Menteri Transformasi Digital Taro Kono berfokus pada pemanfaatan teknologi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan transformasi digital di Sri Lanka. Presiden Wickremesinghe menyoroti inisiatif pemerintah untuk mempromosikan inovasi dan kewirausahaan dan mencari keahlian Jepang di berbagai bidang seperti e-governance, infrastruktur digital dan kota pintar. Selain pertemuan resmi, Presiden Wickremesinghe juga berinteraksi dengan perwakilan Liga Persahabatan Parlemen Jepang-Sri Lanka dan Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang (JETRO).
Interaksi ini bertujuan untuk memperkuat hubungan parlemen, menjajaki peluang perdagangan dan investasi, serta memperkuat kerja sama di berbagai sektor termasuk perdagangan, pariwisata, pertanian, dan perikanan.
Kunjungan tersebut juga menjadi saksi penandatanganan beberapa perjanjian dan nota kesepahaman (MoU) antara kedua negara. Hal ini termasuk perjanjian kerjasama ekonomi, promosi pariwisata, pertukaran budaya dan kerjasama akademik. Perjanjian tersebut bertujuan untuk memfasilitasi kerja sama yang lebih besar dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perdagangan dan investasi bilateral.
Secara keseluruhan, kunjungan Presiden Ranil Wickremesinghe ke Jepang merupakan tonggak penting dalam memperkuat hubungan bilateral antara Sri Lanka dan Jepang. Diskusi dan kesepakatan yang dicapai selama kunjungan tersebut membuka jalan bagi peningkatan kerja sama di berbagai bidang dan menunjukkan komitmen Sri Lanka untuk secara aktif membentuk masa depan Asia. Kunjungan ini memberikan kesempatan bagi Sri Lanka untuk memanfaatkan keahlian, teknologi dan investasi Jepang untuk mendorong pemulihan ekonomi dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.