Level selanjutnya: Pengembang game Indonesia memasuki pasar global dengan bantuan pemerintah

6 Oktober 2022

JAKARTA – Setelah mendapatkan kesepakatan senilai setidaknya US$100.000 melalui pameran dagang besar baru-baru ini di Jerman, para pengembang game Indonesia berupaya mencapai tingkat berikutnya dalam upaya mereka untuk mendapatkan peran yang lebih besar dalam industri yang sedang booming ini.

“Sejauh ini ada kesepakatan senilai US$100.000 yang dikonfirmasi (dari Gamescom); kami berharap lebih banyak transaksi yang bisa terwujud,” kata Ketua Asosiasi Game Indonesia (AGI) Cipto Adiguno, Selasa.

Diadakan di Cologne pada akhir Agustus tahun ini, Gamescom merupakan kesempatan bagi pengembang dari seluruh dunia untuk bertemu dengan penerbit yang memiliki mesin pemasaran dan kekuatan finansial untuk meluncurkan game di seluruh dunia dan terhubung dengan pengiklan.

Niji Games, iOTA, dan Satriver Studio termasuk di antara 13 delegasi Indonesia yang berpartisipasi dalam Gamescom tahun ini, yang pertama menghadiri acara tersebut secara langsung dan dua lainnya menghadiri secara virtual.

“Beberapa penerbit di Gamescom telah menyatakan minatnya untuk meninjau lebih lanjut game Niji untuk mengetahui potensi kerja sama,” kata CEO Niji Games Nikko Soetjoadi kepada The Jakarta Post, Senin.

Cipto menyebutkan, selain Gamescom, para pengembang juga mengandalkan acara bisnis internasional penting lainnya, seperti Tokyo Game Show yang diadakan bulan lalu dan Indonesia Game Developers Exchange (IGDX) yang sedang berlangsung di Bali dan Level Up Kuala Lumpur, serta Gamescom Asia. yang akan diadakan pada paruh kedua bulan Oktober.

“Ekosistem satwa liar di Indonesia menjadi lebih baik berkat dukungan pemerintah seperti pengiriman delegasi ke acara-acara bisnis di luar negeri,” kata Cipto, sambil menekankan bahwa menghadiri acara-acara tersebut merupakan unsur penting dalam membina industri ini.

Pengembang game telah memastikan bahwa ekosistem game di Indonesia telah berkembang berkat dukungan pemerintah. Namun, kata mereka, komunitas yang erat serta solidaritas dalam industri ini sama pentingnya.

“Ekosistem pengembang game kini mulai tumbuh berkat dukungan asosiasi, komunitas, dan pemerintah. Beberapa tahun lalu, pengembang harus mempelajari semuanya sendiri, tanpa dukungan apa pun,” kata Nikko.

iOTA, salah satu pengembang Indonesia yang menghadiri Gamescom tahun ini, mengatakan bahwa pengembang game yang lebih mapan selalu terbuka untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka, dan hal ini sangat membantu.

“Para pengembang berpengalaman, komunitas pengembang game daerah, asosiasi, pemerintah dan lembaga pendidikan, masing-masing memiliki peran penting masing-masing,” kata Manajer Pemasaran iOTA Arya Wiryawan Wibowo.

Meskipun kemajuan sudah jelas terlihat, pengembangan game di Indonesia, menurut orang dalam industri, juga memiliki beberapa tantangan besar yang harus diatasi, yang pertama dan paling utama adalah kurangnya sumber daya manusia dan keuangan.

“Investasi masih kurang, terutama untuk proyek game berskala relatif besar (di atas $500.000), dan (ada) kurangnya talenta senior dengan keahlian khusus,” kata Cipto.

Meski demikian, Cipto mengatakan pemerintah sudah berada di jalur yang tepat untuk menyelesaikan masalah sumber daya manusia tersebut dengan mencari dan menginkubasi talenta-talenta baru, seperti menyelenggarakan IGDX dan Piala Presiden Esports, serta menjadi tuan rumah Kejuaraan Esports Dunia tahun ini.

Direktur dan pendiri Satriver Studio, Dalih Sugih Pangerti Septiaji, mencatat bahwa prasangka yang meluas terhadap game berdampak serius pada pertumbuhan bakat di tanah air.

“Sumber daya manusia sangat kurang, orang-orang tidak berpikiran terbuka mengenai pekerjaan pengembangan game, meskipun pekerjaan yang ditawarkan sangat menyenangkan,” kata Dalih kepada Post, dan Arya dari iOTA setuju.

“Media juga berperan dalam pengembangan permainan nasional, terutama dalam menangkap pasar lokal. Dengan semakin populernya game, persaingan untuk mendapatkan pangsa pasar domestik semakin ketat. Kami berharap prestasi pengembang lokal mendapat eksposur media, sehingga pertumbuhan industri lokal didorong oleh masyarakat Indonesia sendiri,” kata Arya.

“(Ini juga bermasalah) dari sudut pandang penjualan atau pemasaran. Indonesia banyak sekali orang-orang bertalenta yang bisa membuat game bagus, tapi tidak banyak yang bisa membuat game yang laku,” imbuhnya.

Saat ditanya mengenai strategi penjualan mereka untuk go internasional, Dalih berkata, “Entahlah, brand kami itu setan. Game yang kami buat lahir dari percakapan yang dilakukan sambil minum. Mungkin hanya sebuah keberuntungan.”

Cipto mengatakan kepada Post bahwa membuat kesepakatan dengan penerbit asing adalah cara terbaik bagi pengembang game Indonesia untuk go internasional, mengingat mereka lebih berpengalaman dalam segmentasi pasar dan strategi promosi.

Kursus pelatihan bisnis yang diadakan oleh kementerian atau lembaga pemerintah lainnya sangat membantu, kata Cipto, sementara sistem pemeringkatan permainan di Indonesia serta peraturan pemerintah no. 24/2022 tentang Ekonomi Kreatif menstimulasi ekosistem game.

Pengeluaran SGP hari Ini

By gacor88