Memanfaatkan kekuatan ekonomi Indonesia untuk Pasifik

15 Desember 2022

JAKARTA – Indonesia sukses menjadi tuan rumah Forum Pembangunan Indonesia-Pasifik di Bali minggu lalu. Negara-negara Pasifik menjadi fokus forum yang menghasilkan Bali Message for Development Cooperation di Pasifik.

Pesan tersebut memberikan sinyal kuat bahwa Indonesia akan memainkan peran penting – namun rincian lebih lanjut perlu diselesaikan untuk mengetahui secara pasti apa yang perlu dilakukan.

Indonesia dapat memanfaatkan kekuatan ekonominya untuk mencapai tujuan geopolitik di Pasifik, terutama melalui preferensi perdagangan unilateral dan dana kekayaan negara. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya.

Pertama, mari kita mulai memahami betapa pentingnya Samudera Pasifik bagi Indonesia berdasarkan alasan geopolitik. Negara-negara Pasifik telah melakukan penyelidikan internasional terhadap situasi hak asasi manusia di Papua Barat. Peristiwa terakhir terjadi pada bulan lalu pada sesi ke-41 Tinjauan Berkala Universal. Vanuatu dan Kepulauan Marshall meminta Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia dan Organisasi Negara-negara Afrika, Karibia dan Pasifik (ACP) untuk mengunjungi dan menilai situasi di Papua Barat.

Ada juga tantangan-tantangan umum yang dihadapi Indonesia dan Pasifik. Ancaman keamanan non-tradisional yang umum terjadi antara lain perubahan iklim, penangkapan ikan ilegal, tidak diatur dan tidak dilaporkan (IUU), dan polusi plastik. Secara lebih strategis, kawasan Pasifik kini dan harus menjadi lebih menonjol sebagai bagian dari pandangan Indo-Pasifik yang lebih luas.

Tiongkok secara proaktif membangun kehadiran regionalnya dengan mendanai proyek-proyek infrastruktur besar. Negara-negara besar yang dipimpin oleh Amerika Serikat telah memperbarui fokus mereka di kawasan ini melalui inisiatif-inisiatif baru seperti Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik dan Kemitraan Blue Pacific, yang oleh banyak orang dilihat sebagai tantangan langsung terhadap Tiongkok.

Indonesia, termasuk ASEAN, merupakan bagian integral dalam menyeimbangkan keseimbangan ini, terutama melalui ASEAN Outlook on Indo-Pacific.

Kedua, mari kita pelajari lebih dalam apa yang bisa dilakukan Indonesia dengan kekuatan ekonominya. Total nilai perdagangan antara Indonesia dan grup ACP pada tahun 2021 adalah sekitar US$11,2 miliar. Namun, hal ini mencakup negara-negara di kawasan Afrika dan Karibia, sehingga pangsa di Pasifik akan lebih kecil. Jumlah ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan total perdagangan dengan mitra dagang utama seperti Tiongkok, yang mencapai $123 miliar pada tahun yang sama.

Lebih banyak hal yang bisa dilakukan di kawasan Pasifik. Indonesia dapat memulai dengan mempertimbangkan pemberian preferensi perdagangan unilateral dengan persyaratan khusus yang terkait dengan tujuan geopolitik Indonesia, seperti penghormatan terhadap integritas wilayah Indonesia. Ini adalah pendekatan yang diambil oleh AS dan Uni Eropa melalui Generalized System of Preferences (GSP). AS bahkan secara tegas mewajibkan penerima GSP-nya bukan negara-negara komunis, dan tidak memasukkan negara-negara seperti Vietnam dalam daftar.

Preferensi perdagangan unilateral menawarkan lebih banyak fleksibilitas dan pengaruh dibandingkan pengaturan perdagangan bilateral atau multilateral, karena preferensi unilateral tersebut tidak memerlukan persetujuan parlemen dan dapat dicabut oleh Indonesia kapan saja. Preferensi perdagangan unilateral juga dapat menjadi langkah awal sebelum perjanjian perdagangan.

Indonesia juga harus mempertimbangkan penggunaan dana kekayaan negara yang baru dibentuk, Otoritas Investasi Indonesia (INA), untuk mencapai tujuan geopolitik. Dana kekayaan negara mempunyai potensi untuk membentuk perilaku negara lain dan menawarkan lebih banyak manfaat dibandingkan pinjaman atau hibah.

Investasi asing langsung (FDI) memungkinkan investor untuk melakukan manajemen dan kontrol terhadap perusahaan-perusahaan di negara tuan rumah, dan negara-negara tuan rumah juga dapat membuka sektor-sektor sensitif yang dilindungi oleh hambatan tarif atau non-tarif yang tinggi. Baik pinjaman maupun hibah tidak dapat mencapai hal ini. Misalnya, dana kekayaan negara Uni Emirat Arab, Mubadala, secara aktif berinvestasi di bidang kedirgantaraan dan pertahanan dengan pemain penting seperti Boeing dan Airbus.

Indonesia harus mempertimbangkan investasi di sektor-sektor penting di Pasifik, seperti industri maritim, yang secara langsung berdampak pada penghidupan mereka. Hal ini tentunya akan memberikan pengaruh bagi Indonesia di masa depan.

Ketiga, kerangka kelembagaan. Secara internal, Kementerian Luar Negeri merupakan lembaga terbaik untuk merumuskan kombinasi kebijakan tersebut dan mengkoordinasikan proses antarlembaga dengan Kementerian Perdagangan untuk memberikan preferensi perdagangan unilateral dan INA untuk keputusan investasi di Pasifik. Secara eksternal, Indonesia harus mempertimbangkan untuk mengusulkan negara-negara Pasifik sebagai mitra dialog ASEAN.

Langkah ini akan membantu mengintegrasikan mereka ke dalam ASEAN Outlook on Indo-Pacific. Indonesia bisa memimpin sebagai ketua ASEAN berikutnya tahun depan. Preseden ini terjadi ketika Indonesia, yang memegang jabatan presiden G20, mengundang Fiji, ketua Forum Kepulauan Pasifik, ke pertemuan puncak kelompok tersebut bulan lalu.

Data Sidney

By gacor88