27 Juli 2022
SINGAPURA – Batuk terus-menerus merupakan salah satu keluhan umum orang yang sudah sembuh dari Covid-19.
Misalnya, Charmaine Yeo (29) mengalami batuk parah sejak sembuh dari Covid-19 pada Mei lalu. “Saya selalu membawa obat batuk karena saya tidak pernah tahu kapan saya akan batuk,” katanya.
Menurut penelitian yang dipimpin oleh Pusat Penyakit Menular Nasional yang dimulai pada Januari 2020, satu dari 10 pasien Covid-19 yang pulih mengalami gejala yang terus-menerus, seperti batuk terus-menerus dan sesak napas, enam bulan setelah terinfeksi.
Studi lain yang diterbitkan pada Juni 2021 di jurnal bertajuk Lung menunjukkan sekitar 2,5 persen dari 1.950 orang di Madrid, Spanyol, masih mengalami batuk setahun setelah terinfeksi Covid-19.
Lalu apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi batuk terus-menerus?
Dr Leong Hoe Nam, spesialis penyakit menular di Klinik Rophi, mengatakan pasien Covid-19 akan mengatakan kepadanya bahwa mereka perlu batuk untuk membersihkan lendir atau menghilangkan rasa gatal yang terus-menerus di tenggorokan mereka.
Namun, lebih baik mencoba menekan batuknya, katanya. “Jika batuk terus-menerus, bagian dalam tenggorokan akan robek dan menyebabkan batuk lebih parah. Sebaliknya, cobalah untuk menekan sebagian batuk Anda. Ini akan membantu batukmu menjadi lebih baik.”
Ia menambahkan, pasien Covid-19 yang sudah sembuh mungkin mengalami batuk terus-menerus akibat sinusitis, refluks gastroesofageal, masalah saluran napas seperti asma dan bronkitis, serta iritasi saraf di tenggorokan.
Untuk batuk yang disebabkan oleh sinusitis, Dr Leong menyarankan masyarakat untuk minum lebih banyak air, menggunakan obat kumur sinus dan menghirup uap. Mereka yang menderita penyakit refluks gastroesofageal harus menghindari minum kopi dan makan makanan berminyak, berlemak, dan pedas, katanya.
Pasien sembuh Covid-19 yang memiliki penyakit bawaan seperti bronkitis dan asma juga rentan mengalami batuk berkepanjangan.
Dr Leong mengatakan: “Dengan bronkitis, saluran udara dapat tersumbat oleh sekresi atau seseorang dapat memiliki kecenderungan asma yang dapat menyebabkan batuk kronis.”
Sindrom hiperreaktivitas bronkial pasca-virus juga dapat terjadi setelah pemulihan dari Covid-19, ujarnya.
Artinya, saluran pernapasan menjadi sangat sensitif setelah terinfeksi Covid-19 sehingga menyebabkan reaksi berlebihan terhadap pemicu seperti asap, udara dingin, dan minuman ringan sehingga dapat menyebabkan batuk berkepanjangan, ujarnya.
Dalam kasus seperti itu, ia menyarankan masyarakat untuk minum lebih banyak air panas.
Saraf di tenggorokan seseorang juga bisa rusak setelah terinfeksi Covid-19 sehingga mengakibatkan batuk neuropatik, katanya.
Berada di suhu dingin dan mengonsumsi makanan pedas atau asam juga bisa memicu batuk seperti itu, tambahnya.
Ia menyarankan menenangkan tenggorokan dengan meminum madu dengan air hangat.
Pada akhirnya, Dr. Leong menyarankan masyarakat untuk menemui dokter untuk mengetahui penyebab batuk dan mendapatkan pengobatan yang tepat sasaran. Rontgen atau pemindaian dada dapat dilakukan jika perlu dan obat-obatan juga dapat diresepkan.