12 Mei 2022
TOKYO – Penyebaran mikroplastik tidak hanya di laut dan sungai, tetapi juga di udara menimbulkan kekhawatiran, sehingga para peneliti di Jepang meluncurkan survei faktual terhadap atmosfer.
Para peneliti mulai memantau udara di Jepang dan berencana melakukan observasi di Asia Tenggara pada awal musim panas ini, karena polusi plastik telah menjadi masalah serius di wilayah tersebut.
Mikroplastik didefinisikan sebagai partikel plastik berukuran 5 milimeter atau lebih kecil. Degradasi botol plastik, kantong plastik, dan produk plastik lainnya menghasilkan pecahan-pecahan ini, yang juga merupakan komponen bubuk abrasif.
Dana penelitian publik mendukung para peneliti, yang berasal dari entitas termasuk Universitas Waseda, Universitas Hiroshima dan Institut Penelitian Meteorologi Badan Meteorologi Jepang.
Para peneliti juga akan mempelajari dampak negatif mikroplastik pada tubuh manusia untuk mempertimbangkan langkah ke depan.
Mikroplastik telah ditemukan di lautan dan sungai di seluruh dunia, dan terdapat kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap ekosistem. Mereka juga telah terkonfirmasi di atmosfer negara-negara seperti Jepang, Tiongkok, dan Prancis.
Survei tahun 2019 oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Prof. Hiroshi Okochi dari Universitas Waseda menemukan 5,2 mikroplastik per meter kubik di atmosfer kawasan Shinjuku Tokyo. Sebagian besar mikroplastik yang ditemukan berukuran 0,03 milimeter atau lebih kecil, terutama partikel polietilen tereftalat (PET), yang digunakan dalam pembuatan wadah plastik.
Untuk survei terbaru, Kementerian Lingkungan Hidup menyediakan ¥100 juta selama tiga tahun sejak tahun fiskal mulai April 2021. Melalui dana tersebut, para peneliti memasang perangkat yang mengumpulkan mikroplastik di udara di lebih dari 10 lokasi, termasuk Tokyo, Osaka, Hokkaido, dan Gunung Fuji.
Studi pendahuluan menemukan bahwa daerah perkotaan cenderung memiliki lebih banyak mikroplastik di udara. Sejumlah kecil juga ditemukan di dekat puncak Gunung Fuji.
Para peneliti berencana memasang perangkat tersebut di beberapa lokasi lagi, termasuk di negara seperti Indonesia dan Vietnam.
Eksperimen dengan hewan juga sedang dilakukan di Universitas Hiroshima dan entitas lain dalam upaya mempelajari dampak negatif pada makhluk hidup ketika mikroplastik dikonsumsi.
“Kami ingin mempromosikan pengamatan lokal dan internasional dan menggunakannya untuk merancang tindakan melawan penyebaran mikroplastik,” kata Okochi, seorang profesor kimia lingkungan.
Universitas Kyushu Prof. Atsuhiko Isobe yang ahli di bidang mikroplastik menilai pengamatan ini penting karena masih sedikit survei mengenai mikroplastik di udara.
“Mengumpulkan berbagai macam data akan membantu kita memahami bagaimana mikroplastik bergerak di atmosfer,” kata pakar fisika kelautan tersebut.