30 Desember 2022
JAKARTA – Meskipun kejadian bencana alam menurun pada tahun 2022, jumlah korban tewas akibat gempa bumi mematikan di Cianjur, Jawa Barat, yang terjadi pada bulan November, masih merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir, seiring janji pihak berwenang untuk meningkatkan ketahanan terhadap bencana dengan memanfaatkan pembelajaran yang telah diperoleh pada tahun ini.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan pada konferensi pers akhir tahun pada hari Senin bahwa tahun ini, hingga tanggal 25 Desember, telah terjadi total 3.461 bencana alam, meskipun jumlah tersebut masih bisa bertambah karena beberapa pemerintah daerah belum menyelesaikan laporannya. bencana mereka tidak. data.
Sebaliknya, pada tahun 2021 terjadi total 3.514 bencana alam, sedangkan pada tahun 2020 terjadi lebih dari 5.000 bencana alam.
Dari kejadian bencana tahun ini, bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang paling banyak terjadi yaitu sebanyak 3.154 kejadian, dengan rincian 1.493 banjir, 1.033 kasus cuaca ekstrem, dan 628 kasus tanah longsor.
Namun angka kematian tahun ini sebanyak 844 kematian merupakan yang tertinggi sejak tahun 2018. Sekitar 5.000 nyawa hilang pada tahun 2018, yang sebagian besar terjadi di negara-negara tersebut. Gempa bumi berkekuatan 7,4 SR dan tsunami susulan yang melanda PaluSulawesi Tengah, pada bulan September tahun itu.
“Meskipun bencana hidrometeorologi menyumbang 95 persen dari total bencana tahun ini, 80 persen kematian disebabkan oleh gempa bumi,” kata Abdul Muhari, penjabat kepala pusat data dan informasi BNPB.
Itu Gempa bumi level 5,6 yang melanda Kabupaten Cianjur pada bulan November menyumbang angka kematian terbesar tahun ini karena sekitar 602 nyawa hilang dalam insiden mematikan tersebut.
Bencana alam paling mematikan kedua tahun ini adalah gempa berkekuatan 6,1 skala Richter yang mengguncang Pemerintah Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, pada bulan Februari dan menewaskan 27 orang.
Jabar dalam bahaya
Dari bencana alam tahun ini, Abdul mengatakan sebanyak 814 kasus atau sekitar 24,5 persen terjadi di Jawa Barat. Disusul Jawa Tengah dan Jawa Timur masing-masing 474 dan 391 kasus.
Jika dicermati, dari lima kabupaten dan kota dengan kejadian bencana alam tertinggi di Tanah Air, empat di antaranya berada di Jawa Barat. Yaitu Bogor, Sukabumi, Bandung, dan Majalengka.
Salah satu penyebab sering terjadinya bencana alam di Jawa Barat, menurut Abdul, adalah pertumbuhan populasi dan komersial yang mendadak di provinsi tersebut.
“Kalau bicara jumlah penduduk (peningkatan), juga akan ada tekanan tambahan terhadap lingkungan akibat perubahan penggunaan lahan, baik untuk (kegiatan) ekonomi maupun perumahan. Mengurangi daya dukung lingkungan alam,” kata Abdul.
“Kabupaten Bogor misalnya, dalam lima tahun terakhir ini menduduki peringkat teratas (frekuensi bencana alam) (…) Harus ada perhatian lebih dari pemerintah daerah untuk menilai kondisi lingkungan, tata kota dan (kabupaten) . siap menghadapi bencana.”
Pelajaran yang didapat
Mengingat gempa Cianjur menjadi penyumbang korban jiwa terbesar tahun ini, Abdul mengatakan BNPB akan lebih fokus memastikan bangunan tempat tinggal dibangun dengan material tahan gempa, apalagi sebagian besar kematian di Cianjur disebabkan oleh puing-puing yang berjatuhan.
“Setiap ada gempa, kami selalu bilang bukan gempanya yang mematikan, tapi bangunannya yang roboh,” ujarnya. “Tidak ada cara yang lebih mudah untuk mengurangi korban gempa bumi selain memperkuat bangunan.”
Jika dicermati, jumlah korban tewas di Cianjur menunjukkan bahwa jika dilihat dari gender, 66 persen dari total korban adalah perempuan.
Untuk mencapai hal ini, Abdul mengatakan pihak berwenang juga harus memberikan perhatian tambahan untuk memastikan bahwa kelompok rentan mendapatkan pelatihan dan pendidikan yang tepat untuk bersiap menghadapi bencana alam.
Selain mengurangi risiko gempa bumi, Abdul mengatakan pihak berwenang juga berupaya mengurangi frekuensi banjir melalui pengelolaan lingkungan alam yang lebih baik.
“Curah hujan yang tinggi jelas menjadi salah satu faktornya. Namun jika kondisi lingkungan baik, sekalipun terjadi banjir, dampaknya tidak akan terlalu besar. Oleh karena itu, memulihkan lingkungan menjadi tugas besar kami,” tambahnya.