18 Februari 2022
KUALA LUMPUR – Membuat kaca menjadi karya seni adalah sebuah kerajinan tangan yang terampil dan peniup kaca setempat Kamarul Faizy Roslan (52) dengan senang hati berbagi ilmunya kepada siapa pun yang tertarik mempelajari kerajinan tersebut.
Pria yang tinggal di Langkawi ini adalah salah satu dari segelintir pembuat kaca lokal yang berspesialisasi dalam peniupan kaca. Dia berlatih produksi kristal di Orrefors Glass di Swedia dan Politeknik Komunitas Regional Whanganui di Whanganui, Selandia Baru.
Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun di bidang manufaktur kaca, ia dianggap sebagai orang terbaik untuk kerajinan kaca.
Dan ayah tiga anak ini dengan senang hati mewariskan apa yang dia ketahui tentang teknik pembuatan kaca kuno ini kepada generasi mendatang.
“Hampir tidak ada paparan terhadap kerajinan ini di sini, dan sepengetahuan saya tidak ada lembaga lokal yang menawarkan kursus pembuatan kaca, khususnya peniupan kaca.
“Ini merupakan keahlian khusus dimana pengrajinnya harus terampil mengolah api untuk menghasilkan produk kaca tanpa membuatnya pecah,” kata pengrajin asal Kuah di Langkawi ini. Ia adalah penerima Penghargaan Jaminan Mutu Malaysia dari Kementerian Pariwisata untuk kerajinan kacanya.
Perajin kelahiran Batu Pahat ini mengatakan banyak anak muda yang tidak tertarik mempelajari keterampilan tersebut karena mereka mencari prospek pekerjaan yang lebih baik dengan gaji yang lebih tinggi.
“Butuh waktu bertahun-tahun untuk menguasai kerajinan unik ini. Kebanyakan generasi muda lebih suka mempelajari keterampilan yang memungkinkan mereka menghasilkan uang dengan cepat daripada membuat kaca. Dibutuhkan banyak kesabaran dan dedikasi untuk memahami elemen di balik seni kaca,” kata Kamarul, pemilik Crystal Langkawi yang terkenal dengan suvenir kacanya, terutama di kalangan wisatawan.
Ciptakan peluang
Seniman kaca ternama Raja Azhar Idris (70) menilai pemerintah harus mengambil inisiatif untuk mendorong generasi muda merambah dunia kerajinan kaca.
“Bahkan jika generasi muda ingin mencoba kerajinan seperti itu, tidak ada pusat yang mengizinkan mereka pergi dan belajar atau berlatih kerajinan kaca kapan pun mereka mau. Tidak ada tempat untuk seni kaca di Malaysia,” ujarnya.
Untuk terjun ke bidang kaca atau memulai bisnis seni kaca, seseorang perlu berinvestasi pada banyak peralatan, termasuk pemotong berlian, pemecah kaca, penggosok kepala berlian, dan tempat pembakaran (oven berinsulasi). Dan sayangnya, barang-barang tersebut dibanderol dengan harga yang lumayan mahal.
Selain itu, ini adalah keterampilan khusus dan kursus di bidang ini sangat sedikit. Biaya untuk menjalani pelajaran semacam itu juga bisa berkisar antara RM500 hingga RM7,000.
“Saya telah melatih banyak anak muda di galeri seni saya. Mereka menyukainya, namun biayalah yang membuat mereka mundur. Misalnya, kaca float impor (warna merah dan ungu) berharga sekitar R12.000 per kg. Harga pemotong berlian bervariasi antara R80 dan R2 000. Oven berkualitas baik bisa berharga sekitar R60 000 hingga seperempat juta ringgit.
“Bagaimana generasi muda mampu mengambil risiko dalam bisnis mahal seperti itu?” Raja Azhar menjelaskan apa yang membuatnya tertarik pada kerajinan ini karena “kompleksitas pengerjaan kaca”.
“Kaca berbeda dengan media lainnya. Saya selalu tertarik dengan materi ini, dan saya masih mempelajari apa yang menyebabkannya retak, melengkung, atau berubah bentuk.
“Setiap kali saya memanggang benda kaca di oven, saya terkejut dengan hasilnya. Seringkali hasilnya adalah sesuatu di luar imajinasi saya,” katanya.
Seni kaca sudah ada sejak zaman kekaisaran Romawi, dan telah digunakan secara luas di berbagai era. Diantaranya adalah jendela kaca patri untuk penghias bangunan atau rumah, peninggalan kaca berbahan enamel, dan kaca Venesia yang dihias dengan berbagai teknik pembentukan kaca.
Ada banyak teknik seni kaca seperti peniupan, pengecoran kiln, pengerjaan lampu, dan peleburan. Raja Azhar menjelaskan, tidak mungkin menguasai berbagai proses dalam waktu singkat.
“Saya masih mempelajari hal-hal baru tentang kaca, meskipun saya telah mengerjakan materi ini selama 22 tahun. Itulah yang saya sukai dari kaca. Setiap benda yang diciptakan unik dan itulah yang membuatnya begitu istimewa,” ungkap seniman modern dan kontemporer pemenang penghargaan ini.
Menurutnya kerajinan kaca mempunyai banyak potensi, dan dia ingin memperkenalkan keahlian khususnya kepada lebih banyak masyarakat Malaysia. Rencananya pada tahun 2022 adalah mendirikan studio bengkel kaca di sebidang tanah yang baru diakuisisinya di Kuah, Langkawi.
“Pulau Langkawi adalah pusat seni kaca. Jadi saya bersedia pindah ke luar Kuala Lumpur untuk mendirikan bengkel di sana. Tujuan saya adalah untuk mengajarkan kerajinan khusus ini kepada masyarakat Malaysia, mahasiswa dan wisatawan. Yang saya butuhkan hanyalah dana untuk memulai proyek saya,” katanya.
PBB telah mencanangkan tahun 2022 sebagai Tahun Kaca Internasional.
Baik Kamarul maupun Raja Azhar berharap hal ini akan membawa lebih banyak perhatian pada pembuatan kaca karena mereka berupaya mempromosikan kerajinan tersebut di sini.
“Bisnis saya terpukul selama pandemi ini,” kata Kamarul. Harapannya, dengan lebih menekankan pada pembuatan kaca, saya bisa mempromosikan kerajinan kaca dan membawa Langkawi ke dalam peta dunia kerajinan kaca buatan tangan,” tutupnya.