25 Mei 2022
JAKARTA – Infeksi adenovirus dan infeksi pasca-COVID-19 adalah beberapa hipotesis kerja yang sedang diselidiki pemerintah mengenai penyebab misterius wabah yang telah menginfeksi anak-anak di seluruh dunia. Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan pada hari Senin bahwa salah satu kemungkinan penyebab wabah hepatitis akut adalah infeksi adenovirus pada anak-anak. Adenovirus adalah patogen umum yang menyebar dari orang ke orang dan biasanya menyebabkan penyakit pernapasan. “Tetapi kenapa (infeksi adenovirus) tiba-tiba muncul pada anak-anak, kami masih menyelidikinya. Kita tahu sekitar 70 persen anak-anak (yang menderita hepatitis akut) tertular adenovirus,” kata Dante saat rapat dengan Komisi IX DPR yang membidangi urusan kependudukan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
Kemungkinan lainnya, kata Dante, wabah hepatitis bisa jadi merupakan infeksi pasca-COVID-19 atau akibat dari varian COVID-19 yang sama sekali baru. Hipotesis ini berbeda dengan pernyataan pejabat Kementerian Kesehatan sebelumnya yang menyatakan bahwa tidak ada satupun pasien terduga hepatitis akut di Indonesia yang dinyatakan positif mengidap virus corona.
Pejabat kementerian mengatakan Dante mengatakan ada total 614 kasus yang diduga terkait hepatitis akut dari 31 negara di dunia.
Indonesia sedang menyelidiki total 33 kasus pada hari Jumat. Namun hanya satu kasus yang diklasifikasikan sebagai kasus probable berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dengan 13 kasus lainnya masih menunggu klasifikasi dan 19 kasus lainnya dikesampingkan. Selain kondisi medis terkait COVID-19, Dante mengatakan hepatitis akut juga dapat disebabkan oleh patogen atau virus yang tidak diketahui identitasnya dari hewan yang menginfeksi anak-anak. “Kami masih melakukan penelitian.. Saat ini, penyelidikan terhadap jaringan hati anak-anak yang terinfeksi sedang berlangsung,” kata Dante. Menurut catatan Kementerian Kesehatan, sebagian besar kasus hepatitis yang mungkin terjadi atau yang masih dalam proses di negara ini adalah anak-anak di bawah usia lima tahun, dengan sebagian besar anak-anak menunjukkan gejala demam dan kehilangan nafsu makan.
Dante mengatakan pemerintah telah menyusun pedoman bagi klinik kesehatan dan rumah sakit setempat untuk menangani anak-anak yang diduga terinfeksi hepatitis akut, dan bahwa pemerintah akan terus memperkuat upaya pengawasan di negara tersebut setelah wabah misterius tersebut. “Kami akan terus mengikuti perkembangan global dan aktif berkomunikasi dengan masyarakat agar masyarakat mengetahui sejak dini jika (anaknya) mulai menunjukkan gejala (terkait hepatitis akut),” kata Dante. Karena masih banyak yang belum diketahui mengenai penyakit ini, WHO belum mengidentifikasi indikator yang jelas untuk memastikan penyakit tersebut, dan malah mengklasifikasikan beberapa kasus yang dianggap sebagai hepatitis akut sebagai kasus yang mungkin terjadi. Menurut WHO, pasien harus memiliki hasil tes negatif terhadap virus umum yang menyebabkan hepatitis A, B, C, D, dan E agar suatu kasus dapat dianggap probable. Pasien juga harus berusia di bawah 16 tahun. Pakar kesehatan sebelumnya telah mendesak pemerintah untuk segera membuat protokol lengkap untuk masyarakat, dan melakukan penelitian lebih luas terhadap wabah misterius ini.
Kementerian Kesehatan pekan lalu melaporkan total enam kematian akibat wabah hepatitis, namun kemudian merevisi angka tersebut menjadi empat kematian. Mohammad Syahril, juru bicara Kementerian Kesehatan, mengatakan kepada The Jakarta Post pada hari Senin bahwa dua kematian lainnya dihilangkan karena kedua kasus tersebut tidak memenuhi kriteria klasifikasi WHO.