14 Juli 2023
JAKARTA – Ketegangan antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang berkuasa dan berbagai kelompok pimpinan Presiden Joko “Jokowi” Widodo pendukung akar rumput Hal ini dapat menempatkan Ganjar Pranowo dalam posisi yang sulit, terutama pada saat Gubernur Jawa Tengah membutuhkan semua bantuan yang bisa diperolehnya untuk mendapatkan kembali kepemimpinannya dalam survei elektabilitas.
Saat Presiden memasuki tahun terakhir masa jabatan keduanya, menyukai telah meningkat antara partai yang berkuasa dan beberapa pihak Pendukung Jokowi kelompok yang telah mendukungnya sejak pencalonannya pada tahun 2014.
Pertemuan pekan lalu antara pendukung Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dan dua kelompok pro-Jokowi, ProJo dan Bara JP, memicu spekulasi bahwa presiden cenderung mendukung mantan rivalnya dalam pemilu dibandingkan calon presiden dari PDI-P, Ganjar.
ProJo, yang merupakan basis dari mantan anggota PDI-P yang tidak puas dengan kepemimpinan ketua partai Megawati Soekarnoputri, angkat bicara setelah pertemuan pekan lalu, yang menurut para analis sebagai pukulan bagi partai yang berkuasa. Kelompok ini memuji Gerindra karena tidak menggunakan “dikotomi antara partai politik dan non-partai” yang kaku ketika bekerja dengan kelompok pendukungnya.
PDI-P telah berulang kali menarik garis batas antara partai politik dan kelompok pendukung, dengan mengatakan bahwa partai politik, dan bukan partai pendukung, mempunyai hak konstitusional untuk berpartisipasi dan mengajukan kandidat dalam pemilu.
Megawati juga mengklarifikasi posisi partainya pada bulan Juni ketika ia menekankan bahwa partai politik telah dan akan memimpin upaya calon presidennya untuk memenangkan pemilu.
Analis Agung Baskoro dari Trias Politika Strategis mengatakan pendekatan defensif partai berkuasa terhadap kelompok pendukungnya dapat menimbulkan tantangan bagi Ganjar, yang telah berjuang untuk mendapatkan kembali keunggulannya dalam pemilu.
Ganjar menduduki puncak jajak pendapat selama 18 bulan hingga bulan April, ketika ia harus bergulat dengan dampak politik dari keberatannya terhadap partisipasi tim Israel di Piala Dunia U-20. Hal ini mengakibatkan dia kehilangan keunggulan elektabilitasnya dari Prabowo, yang memposisikan dirinya sebagai alternatif yang layak untuk Ganjar.
Jajak pendapat terbaru dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), yang dilakukan pada tanggal 1 hingga 8 Juli, menunjukkan bahwa Prabowo memimpin dalam simulasi persaingan tiga kandidat dengan elektabilitas 35,8 persen. Survei yang sama menunjukkan Ganjar dan Anies menyusul dengan masing-masing 32,2 persen dan 21,4 persen.
“Akan lebih baik bagi PDI-P jika bisa merangkul kelompok pendukung tersebut dan berusaha mencari titik temu. Konsolidasi dukungan akar rumput menjadi penting ketika masyarakat lebih banyak berhubungan dengan tokoh dibandingkan partai politik,” kata Agung.
“Cara PDI-P menanggapi aspirasi akar rumput (pendukungnya) terlalu defensif dan dapat menimbulkan tantangan bagi Ganjar, yang elektabilitasnya (peringkatnya) diambil alih oleh saingannya, Prabowo, serta tujuannya untuk mengamankan pemilu ketiga berturut-turut. kemenangan pada tahun 2024,” ujarnya.
Ketika ditanya tentang potensi tantangan ini, Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal PDI-P, menjawab bahwa pendukung non-anggota PDI-P “bebas menentukan siapa yang mereka dukung” dan tidak ada kekhawatiran bagi partai tersebut jika pendukung Jokowi beralih ke mendukung Prabowo dan bukannya mendukung PDI-P. Ganjar.
“Kami sudah punya sekretariat bersama (pendukung akar rumput), sedangkan calon lain belum,” tambah Hasto.