6 Mei 2022
DHAKA – Pada 7 Februari tahun ini, sebuah artikel oleh Mostafa Shabuj masuk Bintang Harian Bangla berjudul “Mengapa pemerintah tidak dapat mengirimkan informasi cuaca tepat waktu kepada para petani?” membuatku berhenti. Artikel tersebut menyebutkan sebuah insiden hujan lebat awal tahun ini yang menggenangi sebagian besar wilayah Joypurhat, Bogura dan Dinajpur dan merusak tanaman kentang. Diasumsikan bahwa jika para petani telah menerima informasi tentang curah hujan sebelumnya, mereka dapat menghemat sekitar 25 persen dari hasil jerih payah mereka. Episode seperti itu cukup umum, dan Biro Statistik Bangladesh (BBS) menunjukkan bahwa bencana dalam berbagai tingkat menyebabkan sekitar 30.000 crore kerusakan properti di seluruh negeri setiap tahunnya, di mana 40 persennya adalah tanaman, unggas, dan perikanan. Kerugian seperti itu dapat diminimalkan dengan memberikan informasi cuaca yang tepat waktu kepada para petani. Ini sangat penting untuk pertanian kita, sektor yang memberi makan seluruh negeri dan menyediakan lebih dari sepertiga dari total lapangan kerja kita.
Mekanisme peramalan cuaca Bangladesh meniru teknologi Amerika, yang mampu memprediksi peristiwa cuaca 16 hari sebelumnya. Artikel Mostafa Shabuj menimbulkan pertanyaan penting: Mengapa petani harus menerima kerugian seperti itu di zaman keunggulan teknologi? Salah satu tujuan utama dari sistem manajemen bencana adalah untuk memperingatkan massa tentang bencana yang akan datang. Secara tradisional, saluran radio dan televisi melayani tujuan itu, tetapi dengan munculnya smartphone, penggunaan teknologi lama tersebut telah menurun. Informasi cuaca jangka panjang dan jangka pendek kini tersedia di berbagai situs web, tetapi banyak petani akar rumput tidak memiliki telepon pintar atau akses ke Internet. Untuk mengatasi kemacetan ini, layanan pesan singkat (SMS) dapat digunakan pada ponsel, karena tidak bergantung pada perangkat pintar atau internet, dan oleh karena itu dapat menjangkau setiap warga negara jika mereka menggunakan ponsel.
Ada dua cara untuk menyiarkan SMS: a) “tipe Push”, di mana pesan dikirim ke pelanggan tanpa diminta (Info Pemerintah adalah salah satu layanan yang mendistribusikan informasi penting kepada masyarakat umum); dan b) “Trek-type,” di mana pengguna ponsel berlangganan layanan transmisi informasi (Kereta Api Bangladesh memiliki sistem yang mengirim SMS sesuai permintaan dengan informasi tentang lokasi dan waktu kedatangan kereta api.” Pelanggan ponsel menerima empat rata-rata lima SMS push setiap hari dari penyedia layanan mereka, yang sebagian besar bersifat informasi atau promosi. Tidak ada informasi atau peringatan cuaca yang saat ini dikirim melalui SMS.
Sistem peringatan elektronik adalah strategi komunikasi yang memberikan peringatan dini kepada orang-orang tentang semua bahaya dan bencana alam untuk mengejar tindakan respons yang efektif untuk mengatasi bencana sebelum dampak, sehingga mengurangi dampaknya terhadap kehidupan, properti, dan, dalam kasus petani, secara dramatis mengurangi tanaman-tanaman. dan produk pertanian. Agar efektif di Bangladesh, a) Sistem harus gratis, tanpa memerlukan registrasi atau langganan apa pun; b) Pengguna tidak perlu perangkat pintar atau internet — ponsel biasa sudah cukup; dan c) Informasi harus diberikan tanpa diminta. Sistem informasi cuaca berbasis SMS dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut.
Sekarang, siapa yang dapat menyediakan layanan ini? Pemerintah India meluncurkan peringatan topan berbasis SMS pada awal 2014. Pemerintah kita dapat memperkenalkan sistem serupa tetapi saya menyarankan penyedia layanan seluler menyediakan fasilitas seperti itu sebagai bagian dari tanggung jawab sosial mereka. Penyedia ini adalah tempat terbaik untuk mengembangkan sistem seperti itu, karena mereka memiliki informasi tentang lokasi pelanggan mereka dan dapat melacaknya secara real time. Data ini adalah inti dari keseluruhan sistem. Singkatnya, aplikasi akan mengumpulkan informasi cuaca jangka pendek dan panjang dari Met Office atau mendapatkannya dari berbagai situs prakiraan cuaca. Data tersebut kemudian akan disortir dan diproses menurut lokasi (misalnya berbasis upazila) dan SMS akan dicetak dengan peringatan dan data cuaca sesuai dengan lokasi pelanggan. Sistem ini dapat ditenagai oleh kecerdasan buatan (AI) dan sepenuhnya otomatis, mengurangi biaya pengoperasian seminimal mungkin.
Mungkin ada argumen yang menentang sistem seperti itu, dengan alasan bahwa tidak semua petani memiliki ponsel yang paling sederhana sekalipun. Namun dengan jumlah langganan ponsel di atas 170 juta (2020), argumen seperti itu sangat sia-sia, jika tidak sepenuhnya salah. SMS telah diadopsi secara luas di Bangladesh, sehingga sistem e-alert berbasis SMS dapat menjadi salah satu solusi terbaik. Secara budaya, pedesaan Bangladesh masih merupakan masyarakat yang erat. Jika satu pemilik ponsel di seluruh kota menerima pesan teks peringatan tentang badai yang akan datang, informasi itu pasti akan menyebar dalam beberapa menit.