17 Oktober 2022
JAKARTA – Presiden Joko “Jokowi” Widodo secara resmi meluncurkan vaksin COVID-19 Indovac yang pertama kali dikembangkan di Indonesia untuk suntikan primer bagi orang dewasa, dan menginstruksikan pemerintahannya untuk mencari cara untuk mencapai swasembada vaksin.
Sekelompok orang dewasa mendapatkan suntikan pada hari Kamis di acara di perusahaan farmasi milik negara Bio Farma di Bandung, Jawa Barat, menandai peluncuran vaksin baru.
Perusahaan diperkirakan akan memproduksi sekitar 20 juta dosis per tahun untuk tahap awal produksi. “
Berikutnya bisa memproduksi 40 juta (dosis vaksin IndoVac), dan jika pasar membutuhkan lebih banyak, (produksinya) bisa mencapai sekitar 120 juta dosis,” kata Jokowi dalam acara tersebut.
IndoVac – yang sebelumnya disebut vaksin Badan Usaha Milik Negara (BUMN) – merupakan vaksin subunit rekombinan yang dikembangkan oleh Bio Farma bekerja sama dengan Baylor College of Medicine yang berbasis di Texas pada Juni tahun lalu.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menyetujui IndoVac untuk penggunaan darurat akhir bulan lalu. Vaksin buatan sendiri juga telah mendapat sertifikat halal, artinya dapat diberikan sesuai dengan keyakinan Islam di Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim.
“Ini adalah hasil kerja keras generasi muda kita yang berhasil mengembangkan vaksin baru,” kata Jokowi.
Ia menginstruksikan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara untuk terus mendorong dan mendukung Bio Farma dalam produksi dan pengembangan lebih banyak vaksin berbagai penyakit dan pada akhirnya mengekspor lebih banyak vaksin ke negara lain.
“Sehingga bisa menambah pendapatan negara dan kita bisa swasembada vaksin,” ujarnya.
Pemerintah telah menyadari pentingnya mengembangkan vaksin COVID-19 dalam negeri sejak awal pandemi, namun saat ini pemerintah bergantung pada langkah mRNA Sinovac Tiongkok dan Moderna serta Pfizer-BioNTech buatan Barat.
Kini setelah Indonesia memproduksi vaksin COVID-19 sendiri, pemerintah berencana untuk berhenti mengimpor vaksin dari negara lain dan akan mulai mengandalkan produksi lokal untuk memenuhi kebutuhan vaksin Indonesia.
Namun, dengan menurunnya permintaan vaksinasi COVID-19 meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong peluncurannya dan pandemi akan segera berakhir, masih belum jelas apakah otoritas kesehatan dapat secara efektif mendistribusikan vaksin baru tersebut kepada masyarakat.
Para ahli epidemiologi mengatakan vaksin buatan sendiri dan suntikan booster tetap penting bagi Indonesia, bahkan ketika virus corona telah menjadi endemik. Mereka mengatakan orang-orang dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya dan orang lanjut usia kemungkinan memerlukan setidaknya satu suntikan booster dalam setahun untuk mempertahankan kekebalan mereka terhadap virus.
BPOM diperkirakan akan segera mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin buatannya lainnya yang disebut InaVac, yang sebelumnya diberi nama vaksin Merah Putih yang diambil dari warna bendera Indonesia. Vaksin ini telah dikembangkan oleh Universitas Airlangga di Jawa Timur sejak awal pandemi dan akan diproduksi oleh perusahaan lokal Biotis Pharmaceuticals Indonesia.
Regulator obat juga menyetujui vaksin mRNA yang dikembangkan di Tiongkok oleh Abogen-Yuxi Walvax, menjadikan Indonesia negara pertama yang melakukannya. Vaksin ini akan diproduksi secara lokal di Indonesia oleh produsen biofarmasi yang berbasis di Jakarta, Etana Biotechnology Indonesia melalui transfer teknologi vaksin.