22 Maret 2022
ISLAMABAD – SEMENTARA para menteri luar negeri OKI berkumpul di Islamabad untuk menghadiri konferensi penting, sebuah agenda berat menanti mereka. Merupakan momen penting bagi Pakistan untuk menjadi tuan rumah acara bergengsi ini di ibu kota pada saat dunia sekali lagi dihadapkan pada tantangan global baru setelah invasi Rusia ke Ukraina. Meskipun semua perhatian tertuju pada konflik ini dan dinamika kekuatan baru yang ditimbulkannya, situasi di Afghanistan tampaknya telah keluar dari siklus pemberitaan global.
Apa yang menjadi fokus perhatian dunia beberapa bulan yang lalu kini telah tersingkir dari prioritasnya. Sebagian besar negara mungkin mampu menanggung kelalaian yang tidak berbahaya ini, namun Pakistan tidak termasuk di antara mereka. Sebagai pemangku kepentingan utama di Afghanistan, dan berbagi perbatasan yang panjang dengannya, Pakistan akan mendapatkan manfaat terbesar dengan mengingatkan dunia bahwa situasi di Afghanistan perlu ditangani oleh komunitas internasional.
Pertemuan OKI minggu ini akan menjadi platform penting untuk menegaskan kembali perlunya membantu Afghanistan pulih dari konflik selama beberapa dekade. Negara-negara anggota OKI berbagi tanggung jawab untuk menyuarakan suara kolektif mereka dan juga mendukung tuntutan mereka dengan langkah-langkah material dan praktis untuk memperbaiki situasi di Afghanistan.
Namun, harapan harus diimbangi dengan kenyataan. Pada saat-saat terbaiknya, OKI belum menjadi badan yang efektif dalam urusan global. Walaupun OKI mempunyai anggota yang besar dan mencakup negara-negara yang kaya akan petro-dolar, OKI lebih terlihat seperti macan kertas, yang hanya mampu memberikan sedikit kontribusi dalam isu-isu Muslim seperti Kashmir dan Palestina. Mereka telah berjuang untuk merumuskan posisi terpadu atau mengambil sikap kolektif terhadap isu-isu ini dan isu-isu lain yang memerlukan blok Islam untuk berbicara sebagai satu kesatuan.
Meskipun demikian, OKI masih dapat berbuat banyak dengan berfokus pada isu-isu seperti kesehatan, pendidikan, dan kemiskinan yang melanda sebagian besar negara anggotanya. Hal ini memerlukan upaya terpadu dari organisasi untuk mempertimbangkan kekuatan dan kelemahannya sehingga dapat memberikan kontribusi yang menghasilkan hasil nyata. OKI membutuhkan kepemimpinan dinamis yang dapat menetapkan prioritas, menetapkan tujuan, dan memberikan hasil pada jangka waktu yang ditentukan. Pertemuan di Islamabad akan memberikan kesempatan yang baik untuk menyampaikan pesan bahwa OKI, meskipun mengalami kegagalan, masih bisa menjadi platform yang efektif bagi umat Islam di dunia.
Keberhasilan Pakistan dalam mengangkat isu Islamofobia di dunia – yang dibuktikan dengan penetapan hari anti-Islamofobia oleh PBB – harus menjadi contoh yang baik tentang bagaimana negara-negara Muslim dapat menetapkan agenda jika mereka melakukannya dengan cara yang benar. Oleh karena itu, pertemuan minggu ini akan diawasi dengan ketat untuk melihat tanda-tanda bahwa organisasi tersebut bersedia meningkatkan kinerjanya dan menjadi platform yang diakui secara global sebagai suara komunitas Muslim.