2 November 2022
TOKYO – Furyu odori, kumpulan 41 tarian tradisional Jepang, diharapkan dapat didaftarkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya takbenda.
Badan Urusan Kebudayaan mengumumkan pada hari Selasa bahwa badan evaluasi UNESCO telah merekomendasikan pendaftarannya. Keputusan resmi tersebut diperkirakan akan diambil pada pertemuan komite antar pemerintah yang akan diadakan di Rabat, Maroko, mulai 28 November.
Furyu odori adalah pertunjukan kesenian rakyat dengan kostum dan alat peraga yang rumit, dengan orang-orang menari diiringi nyanyian dan alat musik seperti seruling. Sebanyak 41 tarian tradisional dari 24 prefektur diperkirakan akan didaftarkan.
Di antara tariannya adalah Bon Odori dan Nembutsu Odori, termasuk Gujo Odori di Prefektur Gifu yang mengumpulkan para penari dari seluruh Jepang. Gujo Odori terkenal dengan pertunjukannya sepanjang malam dengan banyak barisan penari mengelilingi kendaraan hias.
Peserta Nishimonai Bon Odori di Ugo, Prefektur Akita, mengenakan kostum berwarna cerah dan topi jerami, serta menari dengan gaya mengalir. Rokusai Nembutsu telah diwariskan di berbagai bagian Kyoto, dan Ayako Odori di Manno, Prefektur Kagawa, adalah acara berdoa memohon hujan yang dikaitkan dengan biksu Buddha Kukai.
Pendaftaran sebagai warisan budaya takbenda memerlukan adanya sistem konservasi di negara yang bersangkutan. Bon Odori dipraktikkan di seluruh Jepang, namun daftarnya telah dipersempit menjadi 41 tarian yang telah ditetapkan sebagai Aset Budaya Rakyat Tak Berwujud yang Penting Secara Nasional dan yang secara aktif berupaya dilindungi oleh lembaga pelestarian setempat.
Tarian Chakkirako di Miura, Prefektur Kanagawa terdaftar sebagai warisan budaya takbenda UNESCO pada tahun 2009. Pemerintah menambahkan 40 tarian baru dan mengusulkan pengelompokan ke-41 tarian tersebut sebagai furyu odori.
Banyak dari furyu odori berasal dari zaman Edo (1603-1867) atau lebih awal, dan dikembangkan di berbagai daerah sebagai persembahan kepada orang mati atau acara untuk mendoakan panen yang baik dan mengusir nasib buruk.
Tarian ini telah diwariskan selama berabad-abad dan telah berubah seiring menyusutnya populasi, rendahnya angka kelahiran, dan faktor lainnya.
Jepang rentan terhadap bencana alam, dan usulan pendaftarannya menekankan pentingnya budaya dan sosial dari tarian tersebut sebagai landasan spiritual untuk merevitalisasi daerah yang terkena bencana.
Jepang saat ini memiliki 22 warisan budaya takbenda yang terdaftar, termasuk noh, kabuki, makanan Jepang washoku, kertas Jepang washi, dan tarian Chakkirako.