20 September 2022
BANGKOK – Mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra mengatakan pada hari Senin bahwa dia “ditusuk dari belakang” oleh orang yang diduga tentara profesional yang melakukan kudeta 19 tahun lalu yang membuat Thailand kehilangan kesempatan untuk berkembang.
Thaksin menulis di Facebook pada peringatan pengambilalihan militer tahun 2006 yang dipimpin oleh panglima militer saat itu Sonthi Boonyaratglin, dan mengeluarkan daftar peluang yang menurutnya telah hilang dari Thailand karena kudeta.
“Saya diam-diam digigit dari belakang oleh mereka yang menyebut diri mereka tentara profesional,” tulisnya tentang kudeta yang terjadi saat dia menghadiri Majelis Umum PBB di New York.
“Saya menyayangkan negara ini kehilangan hal-hal positif yang seharusnya terjadi, namun malah berubah menjadi negatif,” tulis Thaksin.
Ia menyebutkan 10 pilar kemajuan yang hilang dari Thailand akibat kudeta tahun 2006 sebagai berikut:
– Pemerintahan demokratis berdasarkan apa yang disebut konstitusi rakyat tahun 1997. “Saat ini kita berada di bawah piagam yang ditulis untuk memperluas kekuasaan diktator para pembuat kudeta,” tulisnya tentang Konstitusi tahun 2017 yang ditulis di bawah rezim junta.
– Reputasi negara dan kepercayaan di mata dunia internasional.
– Perkembangan pendidikan, teknologi, pertanian dan industri.
– Pemberantasan kemiskinan. “Seharusnya tidak ada lagi orang miskin di Thailand.”
– Peluang bagi orang Thailand. “Sekarang, masyarakat Thailand tidak melihat masa depan (yang lebih baik). Mereka bekerja dan hidup sederhana untuk hari ini. Pendapatan mereka lebih rendah dibandingkan negara lain pada tingkat pembangunan yang sama.”
– Bandara Suvarnabhumi menjadi hub penerbangan internasional. “Mengingat posisi geopolitik kita, kita seharusnya berada di tengah-tengah ASEAN.”
– Anak-anak Thailand bebas narkoba. “Sekarang narkoba bisa dibeli dengan lebih mudah dibandingkan permen karet.”
– Perlindungan terhadap banjir. “Negara ini berulang kali dilanda banjir karena pemerintah gagal mengelola sumber daya air secara sistematis.”
– Birokrasi Thailand yang modern. “Sekarang masyarakat harus memohon layanan kepada pejabat.”
– Negara yang terbebas dari hutang. “Thailand harus meminjam lebih banyak uang karena salah urus, yang berarti plafon utang publik harus dinaikkan. Utang rumah tangga telah meningkat begitu tinggi sehingga orang-orang kesulitan membayarnya.”
Thaksin menambahkan, pemerintahan Jenderal. Prayut Chan-o-cha, yang juga seorang pemimpin kudeta, tidak tahu cara mendapatkan penghasilan bagi negara. Prayut melancarkan pertarungan pada tahun 2014 melawan pemerintahan terpilih saudara perempuan Thaksin, Yingluck Shinawatra.
“Saya sudah bilang bahwa tentara itu seperti kepala satpam yang bertugas menjaga aset dan menjaga keamanan. Mereka tidak boleh menjadi CEO atau administrator nasional karena mereka hanya tahu bagaimana membelanjakan uang, bukan menghasilkannya,” tulis Thaksin.
Ia juga mendorong masyarakat Thailand untuk mendukung demokrasi dan menentang segala bentuk kediktatoran.
“Ini akan membantu anak-anak kita melihat masa depan dan memilih jalan mereka sendiri,” tulisnya.
“Saya kini berusia 73 tahun, namun saya merasa khawatir mengenai masa depan negara dan anak-anak kami.”
Ia pun mengungkapkan harapannya untuk bisa kembali ke Thailand untuk mengasuh cucunya dan berbagi ilmu kepada masyarakat.
Thaksin meninggalkan Thailand pada tahun 2008 untuk menghindari hukuman korupsi dan sejak itu tinggal di pengasingan. RUU amnesti kontroversial pada tahun 2013 yang seharusnya membuka jalan bagi kepulangannya malah memicu protes jalanan yang berpuncak pada kudeta tahun 2014 terhadap pemerintahan Yingluck.