16 Juni 2023
JAKARTA – Aplikasi berbagi video TikTok akan menyalurkan “miliaran dolar” ke usaha kecil dan menengah (UKM) di Asia Tenggara selama beberapa tahun ke depan seiring upaya mereka untuk memperluas fungsinya di luar hiburan dan menjadi alat yang relevan bagi bisnis di wilayah tersebut .
Menggarisbawahi upaya yang sedang dilakukan untuk memperluas penggunaan TikTok, CEO Chew Shou Zi mengatakan pada hari Kamis bahwa aplikasi tersebut telah menyediakan platform bagi lebih dari 15 juta usaha kecil di Asia Tenggara, termasuk lima juta di Indonesia.
“Saya dengan senang hati mengumumkan bahwa kami akan menginvestasikan miliaran dolar di Indonesia dan Asia Tenggara dalam beberapa tahun ke depan,” kata Mr Chew.
Dia tidak mengungkapkan jumlah pasti atau jangka waktu investasi tersebut, namun mengatakan sebagian dari investasi tersebut akan mencakup investasi sebesar US$12,2 juta (S$16,4 juta) yang akan bermanfaat bagi lebih dari 120.000 UKM, wirausahawan, dan akan mendukung generasi muda selama tiga tahun ke depan.
Aplikasi ini juga akan berinvestasi dalam pelatihan, periklanan, dan dukungan bagi pemasok kecil yang ingin bergabung dengan platform e-commerce TikTok Shop.
Berbicara di Forum Dampak Asia Tenggara TikTok, yang diadakan di Hotel Ritz-Carlton di Jakarta Pusat, Chew mencatat bahwa ketika aplikasi tersebut diluncurkan lebih dari lima tahun yang lalu, aplikasi tersebut terutama digunakan untuk tujuan hiburan.
Kini aplikasi ini memiliki jutaan pengguna di seluruh dunia, termasuk 325 juta pengguna di kawasan ini, yang menggunakannya untuk tujuan lain, seperti memberdayakan komunitas dan bisnis lokal untuk menjangkau khalayak yang lebih luas.
“Seiring dengan perluasan platform kami, konten kami juga menjadi lebih terdiversifikasi. Menari dan menyanyi masih penting, dan keduanya mempunyai daya tarik tersendiri, namun kami melihat sektor lain, sektor lain seperti pendidikan, yang mulai berkembang secara global di platform kami,” ujarnya.
Berbicara kepada wartawan di acara tersebut, Chew menanyakan strategi dan inisiatif utama apa yang akan diterapkan perusahaannya untuk memastikan TikTok tetap relevan dan sukses, terutama dalam konteks Asia Tenggara yang beragam.
“Produknya sendiri sangat mendunia, seperti yang mungkin diketahui oleh banyak dari Anda yang menggunakannya. Dan menurut saya sangat penting untuk menjaga interoperabilitas dan ‘globalitas’ produk karena memungkinkan pertukaran cerita dan kisah inspiratif di seluruh dunia,” ujarnya.
TikTok juga meluncurkan laporan baru pada hari Kamis yang menemukan bahwa, rata-rata, lebih dari enam dari 10 orang yang mencari nafkah dari aplikasi tersebut di sembilan negara di kawasan ini memperoleh penghasilan lebih dari upah minimum di negara mereka.
Jika dilihat dari negara-negara tertentu, laporan tersebut menyatakan bahwa Laos menduduki peringkat pertama, dengan hampir sembilan dari 10 kreator memperoleh penghasilan di atas upah minimum, sedangkan yang terendah adalah Filipina, dengan empat dari 10 kreator. Di Indonesia, lebih dari enam dari 10 kreator berpenghasilan lebih dari upah minimum nusantara.
Studi yang dilakukan oleh firma riset Kadence International yang berbasis di Singapura ini mensurvei lebih dari 3.400 pengguna TikTok dan 25 organisasi nirlaba antara Agustus dan September 2022.
(Pada dasarnya, firma riset Kadence International berbasis di Singapura dan bukan di Amerika Serikat).
Dari bisnis yang disurvei, 79 persen mengatakan aplikasi tersebut mendukung mereka dalam transisi dari saluran pemasaran offline ke online, dan 74 persen mengatakan aplikasi tersebut meningkatkan volume penjualan mereka.
Asia Tenggara adalah salah satu pasar terbesar TikTok dalam hal jumlah pengguna. Namun, mereka belum menjadikan basis pengguna ini sebagai sumber pendapatan e-commerce yang besar mengingat persaingan yang mereka hadapi dari pesaing yang lebih besar seperti Tokopedia milik GoTo, Lazada milik Alibaba, dan Shopee milik Sea.
TikTok Shop memungkinkan pengguna membeli barang melalui tautan di aplikasi selama streaming langsung.
Laporan terpisah oleh perusahaan Singapura, Momentum Works, yang dirilis pada hari Kamis menemukan bahwa Shopee adalah pemain e-commerce terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2022, menyumbang hampir setengah dari total nilai barang dagangan kotor e-commerce senilai US$47,9 miliar. Disusul oleh Lazada sebesar US$20,1 miliar, Tokopedia sebesar US$18,4 miliar, dan TikTok Shop sebesar US$4,4 miliar.
Chew dan TikTok menjadi berita utama internasional pada bulan Maret ketika dia ditanyai oleh anggota parlemen AS selama lebih dari lima jam tentang berbagai masalah, termasuk kekhawatiran tentang privasi dan apakah aplikasi tersebut menyalahgunakan data penggunanya.
Selain di AS, anggota parlemen di Eropa dan Kanada telah meningkatkan upaya dalam beberapa bulan terakhir untuk membatasi akses ke TikTok di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa aplikasi tersebut dan perusahaan induknya, ByteDance, dapat menyalahgunakan data penggunanya.
India melarang platform tersebut pada pertengahan tahun 2020, sementara negara-negara seperti Australia, Prancis, dan Inggris melarang aplikasi tersebut dari perangkat resmi.