Uang mengalir masuk – Asia News NetworkAsia News Network

19 Desember 2022

JAKARTA – Dalam beberapa tahun terakhir, investor semakin mencari keuntungan dari bisnis layanan streaming di Indonesia. Hal ini tidak mengherankan, karena industri ini telah memperoleh momentum selama pandemi dan diperkirakan akan menuntut pertumbuhan yang kuat, setidaknya untuk lima tahun ke depan.

Bisnis streaming Indonesia memang sangat menjanjikan. Berdasarkan laporan We Are Social pada tahun 2021, video merupakan konten yang paling banyak diakses melalui online (98,5 persen). Negara ini juga memiliki sekitar 202,6 juta pengguna internet atau 73,7 persen dari total populasi.

Survei yang dilakukan Inventure dan Alvara awal tahun ini mengungkapkan bahwa 74,2 persen responden mengatakan mereka lebih suka berlangganan layanan streaming on-demand seperti Netflix, Disney+, dan HBO Go daripada TV kabel.

Dari segi bisnis, layanan video-on-demand (SVOD) berlangganan di negara ini diperkirakan menghasilkan pendapatan sebesar US$232 juta pada akhir tahun 2022 dan diperkirakan akan mencapai tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 12,84 persen selama tahun 2022- 2027, yang berarti proyeksi volume pasar sebesar $425 juta pada tahun 2027, menurut Statista.

Pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU) dalam bisnis SVOD diperkirakan mencapai $13,49 tahun ini, sementara jumlah pengguna akan menjadi 26,3 juta pada tahun 2027, dengan perkiraan penetrasi pasar sebesar 9 persen.

Di mata pemodal ventura, kekuatan konten tetap menjadi kunci kesuksesan bisnis layanan streaming. Di Indonesia, atraksi utama yang masih diandalkan oleh penyedia jasa masih berkisar pada olahraga, film layar lebar, film pendek, serial, dan drama Korea.

Melalui strategi tersebut, pemain lokal seperti Vidio dan Noice telah mengamankan target pasarnya masing-masing. Vidio saat ini mendominasi pasar streaming tanah air, terutama berkat konten olahraganya, khususnya sepak bola, yang sangat populer di kalangan konsumen lokal.

Karena pasar Indonesia yang menguntungkan, Asosiasi Modal Ventura dan Start-up Indonesia (Amvesindo) meyakini bahwa pesaing kuat pemasok lokal sebenarnya datang dari pemain asing, yang didukung oleh raksasa teknologi global.

Misalnya, Tencent yang mengembangkan platform WeTV melalui MD Pictures dan mulai mengalokasikan dana untuk konten lokal. Selain itu, raksasa e-commerce seperti Amazon dan Alibaba memiliki layanan streaming sendiri dan menggunakannya sebagai strategi adopsi untuk layanan inti mereka.

Di sisi lain, platform lokal juga mulai diminati, meski beberapa layanan video-on-demand (VoD) dan audio-on-demand (AoD) lokal tak mampu bertahan karena kalah bersaing.

Namun ada platform lokal yang bertahan berkat ekosistemnya yang lebih kuat, misalnya Vidio dan GoPlay yang masih bisa bersaing. Keduanya juga beberapa kali mendapat pendanaan dari investor.

Investor mengetahui keduanya memiliki potensi untuk berkembang karena ekosistemnya. Ekosistem Gojek tumbuh berkat hadirnya Tokopedia, sedangkan Vidio dikelola oleh Emtek bekerja sama dengan perusahaan lain, mulai dari Bukalapak hingga Grab.

Selain dukungan investor, kunci memenangkan persaingan bisnis streaming adalah dengan mengembangkan ekosistem yang menarik dengan para pelaku industri film, seperti rumah produksi, talenta, dan banyak lainnya. Meski tentu saja masih akan sangat sulit bagi penyedia lokal untuk bersaing dengan ekosistem seperti Netflix dan Disney di sektor film.

Meski demikian, salah satu kendala bagi industri streaming adalah banyaknya pembajakan konten dan film lokal. Ini merupakan permasalahan struktural dan harus ada kebijakan serta penerapan aturan yang tegas karena hal ini merupakan salah satu hal yang menghambat pertumbuhan eksponensial VoD dan AoD baik di dalam maupun luar negeri.

Pengeluaran SGP

By gacor88