19 Juli 2022
JAKARTA – Rencana Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno untuk menarik lebih banyak wisatawan asing ke Indonesia, khususnya Bali, melalui digital nomad visa, patut mendapat dukungan dan kerja sama penuh dari kementerian dan lembaga lain karena negara tersebut merupakan negara yang terkena dampak ekonomi dari pandemi COVID-19. pandemi.
Visa digital nomad, yang memungkinkan wisatawan untuk bekerja jarak jauh di dalam negeri namun memperoleh penghasilan dari bisnis di luar negeri, sangat sesuai dengan kebutuhan semakin banyak profesional yang lebih memilih bekerja jarak jauh secara online dan memungkinkan mereka bepergian ke mana saja melalui internet. dunia yang terhubung. . Berbeda dengan pekerja jarak jauh biasa yang cenderung tinggal di wilayah geografis tertentu, digital nomaden suka bepergian dan menjelajahi dunia sambil bekerja.
Berbeda dengan negara lain seperti Italia, Spanyol, Norwegia, Barbados, dan Kroasia yang hanya menawarkan visa nomad hingga satu tahun, Indonesia akan memberikan visa nomad hingga lima tahun. Kami pikir jangka waktu yang panjang tersebut bukanlah waktu yang lama bagi Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, yang menawarkan beragam kawasan untuk ekowisata dan retret spiritual.
Mengingat biaya hidup yang jauh lebih rendah di Indonesia, visa nomad dapat menarik para profesional dan eksekutif senior dari perusahaan start-up di Singapura, Hong Kong, dan Australia.
Pekerja jarak jauh yang berkunjung bisa hidup bebas pajak selama lima tahun di beberapa destinasi populer di tanah air, selama mereka mendapat penghasilan dari perusahaan di luar Indonesia. Hal ini didukung oleh pemerintah yang mencabut sebagian besar pembatasan COVID-19 terhadap pengunjung yang masuk.
Indonesia menawarkan beragam budaya dan kaya akan wisata alam dan peninggalan sejarah. Industri pariwisata melibatkan banyak sektor seperti infrastruktur transportasi, kesehatan dan kebersihan, bea cukai dan imigrasi.
Memang benar, sebagai industri berbasis alam dan budaya, pariwisata harus menjadi salah satu bisnis yang paling cocok untuk dikembangkan di Indonesia karena adanya efek multiplier dan sifat operasinya yang padat karya. Bisnis yang berkaitan dengan perjalanan seperti hotel, restoran, transportasi, kerajinan tangan, dan pameran budaya semuanya bersifat padat karya, dan merupakan jenis bisnis yang diperlukan untuk menyerap sejumlah besar pencari kerja.
Karena manfaat langsung yang diharapkan dari wisatawan dengan visa nomaden adalah pengeluaran atau konsumsi barang dan jasa rumah tangga, pemerintah harus memastikan melalui peraturan bahwa wisatawan yang menggunakan visa nomaden harus menginap di hotel atau apartemen berbintang dan bukan backpacker.
Pemerintah juga harus menerapkan pengamanan untuk mencegah mereka memasuki pasar tenaga kerja lokal atau melakukan bisnis digital dengan perusahaan dalam negeri. Pengawasan yang efektif untuk mencegah wisatawan dengan visa nomaden terlibat dalam bisnis digital lokal sangat penting karena banyaknya jenis pekerjaan yang kini dapat dilakukan secara online. Pekerjaan jarak jauh seperti konsultan pemasaran, insinyur perangkat lunak, pengembang perangkat lunak, desainer grafis, arsitek, dan analis data adalah beberapa layanan profesional yang diberikan oleh target wisatawan untuk program visa nomad.
Mengingat kurangnya kapasitas kelembagaan pemerintah untuk mengawasi pengunjung asing dan perlunya investasi tambahan untuk membangun ruang kerja yang nyaman dengan infrastruktur internet super cepat, tujuan wisatawan dengan visa nomaden pada awalnya harus dibatasi di pulau Bali dan Lombok.
Kedua pulau ini kini tampaknya menjadi pulau yang paling siap menyambut wisatawan dengan pengeluaran besar, karena keduanya menawarkan infrastruktur, atraksi, dan layanan berkualitas tinggi yang memadai.