19 April 2022
TOKYO – Sekitar 40% taman kanak-kanak, pusat penitipan anak, dan pusat pendidikan anak usia dini di kota-kota besar berlokasi di daerah yang diperkirakan akan terendam banjir saat hujan lebat atau bencana serupa lainnya, menurut survei Yomiuri Shimbun. Dari fasilitas-fasilitas tersebut yang berada di kawasan rawan banjir, hampir 20% di antaranya masih harus menyiapkan rencana evakuasi sebagaimana diwajibkan oleh undang-undang.
Yomiuri Shimbun mengirimkan kuesioner ke 109 kota (kota yang ditetapkan peraturan, ibu kota prefektur, kota inti, dan 23 distrik di Tokyo) antara bulan Februari dan Maret dan menerima tingkat respons 100%.
Hingga bulan Januari, terdapat 21.470 pusat penitipan anak, termasuk prasekolah tanpa izin, 3.231 taman kanak-kanak negeri dan swasta, serta 3.579 pusat pendidikan dan penitipan anak usia dini. Beberapa pemerintah kota belum mencatat jumlah fasilitas swasta.
Berdasarkan undang-undang, pemerintah prefektur berupaya melakukan mitigasi kerusakan dengan menetapkan wilayah yang diperkirakan akan terendam tsunami, banjir sungai, badai, dan bencana alam lainnya.
Setidaknya terdapat 9.151 fasilitas penitipan anak, atau 42,6%, 1.177 taman kanak-kanak, atau 36,4%, dan 1.587 pusat pendidikan anak usia dini, atau 44,3%, berlokasi di kawasan rawan banjir. Di antara distrik-distrik di Tokyo, sebagian besar fasilitas di wilayah timur berisiko terkena banjir.
Dari fasilitas-fasilitas yang berada di wilayah risiko banjir, 9.814 atau 82,4% telah menyusun rencana evakuasi, artinya hampir 20% belum menyusun rencana evakuasi.
Undang-undang Pengendalian Banjir yang direvisi pada tahun 2017 mewajibkan fasilitas kesejahteraan anak dan sekolah yang berlokasi di daerah yang diperkirakan terkena banjir untuk melakukan tindakan penanggulangan. Fasilitas tersebut harus melaporkan jadwal latihan evakuasi dan keadaan persediaan daruratnya kepada pemerintah kota terkait.
Mengenai fasilitas yang belum menyusun rencana, pemerintah kota mengatakan beberapa fasilitas kekurangan staf dan mungkin kurang menyadari bahwa tindakan penanggulangan adalah hal yang wajib. Pandemi ini juga mempersulit pemerintah kota untuk melakukan inspeksi di lokasi dan memberikan instruksi.
“Kesadaran akan pencegahan bencana sangat penting untuk meningkatkan kualitas perawatan anak dan pencegahan kecelakaan,” kata Kyoko Tsukigase, seorang profesor ilmu kedokteran darurat di Universitas Kokushikan. “Seharusnya tidak ada perbedaan dalam keselamatan anak-anak tergantung pada fasilitasnya. Rencana evakuasi harus dibuat di semua fasilitas.”