20 Februari 2023
TOKYO – Saat Anda berdiri dengan mata tertutup di pusat kota Osaka, suara hantaman yang bergema di banyak tempat membawa kembali suasana masa pertumbuhan Jepang yang tinggi pasca Perang Dunia Kedua.
Di pusat Jepang bagian barat yang sangat maju dan modern ini, pembongkaran bangunan-bangunan tua dari era Showa (1926-1989) dan pembangunan gedung-gedung baru kini berlangsung dengan cepat. Perkantoran gedung pencakar langit baru dan hotel bergaya bermunculan satu demi satu, dan lanskap kota berubah dari hari ke hari. Umeda adalah salah satu kawasan pembangunan kembali besar di kota ini.
Wilayah tengah Osaka secara kasar dapat dibagi menjadi dua distrik: Kita (utara) dan Minami (selatan). Kita, yang mencakup Umeda, dianggap sebagai kawasan bisnis sedangkan Minami adalah pusat kota yang ramai dengan tempat wisata yang kaya akan esensi khas Osaka.
Secara historis, Umeda adalah markas kelompok Hankyu Hanshin. Pendiri perusahaan, Ichizo Kobayashi, membangun jalur kereta api dan mengembangkan kawasan pemukiman di sepanjang jalur tersebut. Model bisnisnya adalah mendorong warga untuk naik kereta api untuk berangkat kerja atau sekolah dan juga melakukan perjalanan rekreasi ke daerah terpencil saat liburan. Jalur Hankyu membentang di wilayah Kyoto-Osaka-Kobe. Ini adalah model perintis bagi perusahaan perkeretaapian swasta yang sukses di Jepang.
Umeda sekarang sedang menjalani pembangunan kembali besar-besaran. Kota ini merupakan pusat transportasi terbesar di Jepang bagian barat, namun jumlah penumpang kereta api telah menurun akibat pandemi COVID-19, dan perusahaan kereta api enggan mengembalikan jumlah penumpang mereka ke tingkat sebelum pandemi. Dalam keadaan seperti itu, Grup Hankyu Hanshin mengadopsi strategi untuk menarik lebih banyak orang ke terminal, yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dari investasi real estat. Ia kemudian memutuskan untuk memusatkan investasinya di kawasan Umeda dan merenovasi kawasan perbelanjaan dan hotel yang berdekatan. Ini bisa disebut “Renaisans Umeda”.
Yasuo Shimada, presiden Hankyu Corp., salah satu operator kereta api terbesar di Jepang, menekankan bahwa Umeda adalah titik tumpu operasi bisnisnya dan oleh karena itu penting untuk meningkatkan nilai kawasan tersebut.
Di Umeda, rencana pembangunan kembali yang disebut “Proyek Umekita ke-2” sedang dilakukan untuk mengubah bekas tempat pengangkutan barang seluas 16 hektar, yang digambarkan sebagai “lokasi utama terakhir di Kansai,” menjadi zona perkotaan baru yang mencakup perkantoran, fasilitas komersial, dan berisi taman. Proyek ini diharapkan dapat mendukung terciptanya usaha-usaha baru melalui kolaborasi antara industri, pemerintah, dan akademisi. Selain itu, rencana ini memerlukan pembangunan tiga hotel besar plus fasilitas yang dapat menjadi tuan rumah konvensi internasional. Harapan terhadap pembangunan skala besar sangat tinggi.
Efek riak menyebar ke area stasiun JR Osaka yang berdekatan, tempat West Japan Railway Co. mengumumkan rencana pembangunan gerbang tiket baru di sisi barat stasiun untuk memastikan akses ke zona Umekita. Gerbang baru untuk sementara akan dibuka pada musim semi tahun 2023, dan gedung stasiun baru akan dibuka pada musim gugur tahun 2024.
Proyek-proyek ini akan menjadi inti dari proyek pembangunan kembali Umeda. Kazuaki Hasegawa, presiden JR West, berkata: “Umeda Raya akan muncul setelah selesainya (proyek). Ini akan berfungsi sebagai pusat pariwisata perkotaan.”
Selain itu, Osaka Marubiru yang menara silinder 30 lantai di dekat Stasiun Osaka telah lama menjadi landmark Umeda, akan dibongkar dan diganti dengan gedung baru yang tingginya lebih dari 123 meter. Pembongkaran dijadwalkan akan dimulai pada musim panas 2023 dan konstruksi diharapkan selesai pada musim semi tahun 2030.
Pada zaman Edo (1603-1867), Osaka adalah ibu kota komersial Jepang. Kota ini kemudian disebut sebagai “Manchester dari Timur”, sebagai pengakuan atas perannya dalam industrialisasi bangsa. Namun statusnya menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi bisnis di Tokyo. Dalam dua dekade terakhir, banyak perusahaan memindahkan kantor pusatnya dari Osaka ke Tokyo. Kini pangsa Kansai terhadap produk domestik bruto Jepang hanya sekitar 16%. Meningkatkan kehadiran Osaka merupakan isu yang sudah lama ada bagi komunitas ekonomi Osaka dan Kansai.
Proyek pembangunan kembali sedang berlangsung bersamaan dengan persiapan Expo 2025. Selain itu, jalur kereta api baru, Jalur Naniwasuji, dijadwalkan dibuka pada tahun 2031, menghubungkan Bandara Internasional Kansai dan Stasiun Osaka.
Suara palu modern menandakan bahwa Osaka sedang berubah. Perubahan ini diharapkan memungkinkan kota ini kembali muncul sebagai kawasan pertumbuhan kelas dunia. Bisakah Renaisans Umeda membantu Osaka berkembang kembali? Itulah pertanyaannya.