200 umat Buddha Myanmar melarikan diri dari kekerasan ke Bangladesh

8 Februari 2019

Para pengungsi melarikan diri dari bentrokan antara pemerintah pusat dan kelompok separatis.

Sekitar 200 umat Buddha dari negara bagian Chin, Myanmar, menyeberang ke wilayah perbukitan terpencil di Ruma Bandarban pada hari Senin setelah pertempuran sengit antara militer Myanmar dan kelompok pemberontak Arakan Army, kata para pejabat.

Shamsul Alam, petugas upazila nirbahi di Ruma upazila, mengatakan anggota dari sekitar 40 keluarga Myanmar telah berlindung di Cheih Kaying Para di bawah serikat pekerja Remakree Prangsha.

Kedatangan baru warga negara Myanmar ini terjadi pada saat Bangladesh sedang berjuang mengatasi beban lebih dari satu juta Muslim Rohingya. Sekitar 750.000 dari mereka mengungsi di kamp pengungsi di Cox’s Bazar sejak Agustus 2017 menyusul tindakan keras militer di Rakhine.

Sekitar 1.300 warga Rohingya baru-baru ini melarikan diri dari India ke kamp-kamp tersebut setelah diduga menghadapi pelecehan dan ancaman di negara tetangga. Beberapa lusin warga Rohingya juga telah dideportasi dari penjara di Arab Saudi dalam beberapa pekan terakhir.

Berbicara kepada The Daily Star kemarin, UNO Shamsul mengatakan para pengungsi baru dari Myanmar termasuk anggota kelompok etnis Kyang, Khumi dan Rakhine. Mereka mendirikan tenda sementara di Cheih Kaying Para dengan bantuan warga sekitar.

Jira Bawm, ketua Remakree Prangsha Union Parishad, mengatakan pengungsi warga negara Myanmar dari Chin, yang berbatasan dengan Ruma upazila, tiba di Cheih Kaying Para pada Senin malam.

Sumber di Penjaga Perbatasan Bangladesh mengatakan tentara Myanmar dan Tentara Arakan, kelompok pemberontak yang menyerukan otonomi lebih besar bagi Rakhine, telah terlibat dalam bentrokan berkala di kota Buthidaung dan Rathedaung sejak 30 November tahun lalu.

Seorang pejabat BGB di Cox’s Bazar mengatakan mereka mengirim dua tim patroli ke Ruma pada hari Senin setelah mendengar tentang masuknya beberapa warga negara Myanmar ke wilayah Bangladesh.

“Kami masih menunggu kabar dari tim patroli karena wilayahnya sangat terpencil,” ujarnya kepada surat kabar kemarin.

DHAKA PROTES KEDATANGAN SEGAR

Kementerian Luar Negeri Bangladesh memanggil duta besar Myanmar di Dhaka pada Selasa malam untuk memprotes pendatang baru dari negara tetangga tersebut, lapor AFP.

“Jumlahnya semakin meningkat. Beberapa orang sudah menunggu di perbatasan dan mereka juga bisa masuk. Kami telah meminta mereka (Myanmar) untuk mengambil langkah-langkah yang efektif dan mendesak sehingga kekerasan dihentikan,” kata pejabat tersebut kepada kantor berita.

Pada tanggal 4 Januari, Tentara Arakan diduga membunuh 13 orang dalam penggerebekan di pos perbatasan polisi. PBB mengatakan setidaknya 5.200 orang telah mengungsi akibat kekerasan tersebut.

Jumlah korban tewas yang akurat tidak mungkin ditentukan karena zona tersebut tertutup rapat.

Pertempuran ini menambah dimensi baru dan kompleks terhadap permasalahan di Rakhine, yang telah diwarnai dengan kerusuhan agama dan komunal, eksodus massal warga Rohingya, dan pembunuhan lintas etnis sejak tahun 2012.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri, AK Abdul Momen, kemarin mengatakan bahwa perbatasan antara Bangladesh dan Myanmar hampir ditutup untuk mencegah masuknya lebih banyak warga negara Myanmar, lapor UNB.

Ia berbicara kepada wartawan setelah pertemuannya dengan Utusan Khusus UNHCR Angelina Jolie dan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener di kantornya di Dhaka.

Menteri tersebut menyebut Jolie bersuara keras dan mengatakan bahwa dia menyampaikan kepadanya bahwa Bangladesh ingin semua warga Rohingya kembali dengan selamat ke tempat asal mereka di Rakhine.

Myanmar harus menyetujui zona aman yang diawasi ASEAN di Rakhine untuk Rohingya, tambahnya.

Togel HKG

By gacor88