23 November 2022
TOKYO – Para petani dalam negeri semakin beralih dari menanam padi ke menanam jagung dan biji-bijian lainnya untuk pakan ternak, menyusul kenaikan harga biji-bijian impor di tengah invasi Rusia ke Ukraina.
Lesunya permintaan beras di pasar dalam negeri juga mempercepat perubahan ini, dan pemerintah sedang mempertimbangkan untuk memperluas dukungan bagi petani yang beralih dari beras ke tanaman lain.
Atsunori Suzuki, 49, mengolah sekitar 40 hektar sawah di Sakura, Prefektur Chiba. Tahun lalu, Suzuki memulai produksi jagung dalam skala besar untuk pakan ternak di beberapa ladangnya yang sebelumnya menghasilkan beras pokok.
Nasi tumpuk ditangani secara terpisah dari beras yang digunakan untuk keperluan industri, seperti bahan sake, miso, dan kerupuk.
Suzuki awalnya melakukan perubahan ini karena memanen jagung membutuhkan beban kerja yang lebih ringan dibandingkan beras pokok. Namun, peternakan unggas tempat dia menjual jagungnya baru-baru ini meminta peningkatan produksi, dan Suzuki berencana menggandakan luas tanam jagungnya tahun depan.
“Lebih baik menanam apa yang diinginkan masyarakat daripada beras pokok, yang seringkali kelebihan stok,” katanya.
Meningkatnya harga biji-bijian global telah meningkatkan permintaan jagung yang diproduksi di dalam negeri – pakan majemuk untuk ternak berharga ¥100,186 per ton pada bulan Agustus, naik 22,7% dari bulan yang sama tahun lalu.
Jepang secara tradisional mengandalkan impor untuk 70 hingga 80% pakannya. Namun, peternak unggas dan lainnya meningkatkan pembelian pakan produksi lokal, yang harganya stabil.
Pemerintah akan memperluas dukungan
Menurut Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Jepang memiliki 1.251.000 hektar beras pokok pada tahun panen 2022, berkurang 52.000 hektar dibandingkan tahun panen 2021. Permintaan melemah karena menurunnya angka kelahiran dan perubahan kebiasaan makan.
Harga grosir hasil panen tahun 2022 naik untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, namun masih di bawah harga sebelum pandemi COVID-19.
Sebaliknya, luas tanam jagung dan padi yang digunakan untuk pakan pada tahun tanam 2022 meningkat selama dua tahun berturut-turut, sebesar 37.000 hektar dari tahun sebelumnya menjadi 549.000 hektar. Gerakan untuk mengganti lahan sawah dengan lahan yang menghasilkan gandum, sayuran dan buah-buahan juga berkembang pesat.
Dalam paket stimulus ekonomi komprehensif yang disusun bulan lalu, pemerintah mengusulkan peningkatan produksi tanaman pakan dalam negeri, termasuk jagung, serta produksi gandum dan kedelai.
Kementerian berencana memberikan subsidi selama lima tahun kepada petani yang mengubah lahan sawah menjadi ladang untuk menghasilkan tanaman tersebut. Untuk mendanai program ini, ¥25 miliar dialokasikan dalam usulan anggaran tambahan kedua untuk tahun fiskal 2022.