Enam pesawat superjumbo Malaysia Airlines A380 masih dijual

15 Juni 2022

KUALA LUMPUR – Malaysia Aviation Group Bhd (MAG) belum mengambil keputusan mengenai pesawat superjumbo Airbus A380-800 yang masih dijual, kata CEO grup tersebut, Kapten Izham Ismail.

“Kami sedang melakukan pembicaraan dengan calon pembeli. Ada penyelidikan dan ini tetap rahasia,” katanya kepada wartawan ketika ditanya tentang status enam pesawat A380-800 milik kelompok tersebut.

Izham ditemui di sela-sela Aviation Festival Asia 2022 dimana ia menjadi salah satu panelis yang berbicara dengan topik bertajuk “Terbang dengan percaya diri – apa selanjutnya untuk maskapai penerbangan di Asia?” di sini hari ini

MAG, induk dari maskapai nasional Malaysia Airlines, mengeluarkan pemberitahuan tender pada 12 Juli 2021 bagi pihak yang berkepentingan untuk memperoleh pesawat dan/atau komponen A380.

Penjualan tersebut menyusul keputusan grup tersebut untuk keluar dari armada A380, menyusul pelaksanaan restrukturisasi yang diselesaikan pada Maret 2021.

Kelompok ini mengikuti proses yang semestinya dalam mengevaluasi pengajuan calon penawar dan berharap dapat menyelesaikan pelaksanaannya pada kuartal keempat tahun 2021.

Unit yang dimiliki sepenuhnya oleh MAG, MAB Pesawat Sdn Bhd, bertugas melakukan tender terbuka untuk penjualan pesawat dan/atau komponennya di mana pihak yang berkepentingan harus mengirimkan proposalnya paling lambat tanggal 12 Agustus 2021.

Izham mengatakan keenam pesawat superjumbo tersebut saat ini dilarang terbang.

Ditanya tentang krisis tenaga kerja di industri penerbangan di seluruh dunia, Izham mengatakan hal ini berdampak pada maskapai penerbangan untuk meningkatkan kapasitasnya.

Dia mengatakan beberapa bandara internasional menghadapi kekurangan sumber daya sehingga maskapai penerbangan tidak dapat meningkatkan kapasitasnya meskipun mereka memiliki pesawat.

“Beberapa maskapai penerbangan memarkir pesawatnya dalam jangka panjang (selama pandemi) dan sekarang mereka membawanya kembali. Ini tidak memakan waktu semalam karena dibutuhkan 30-90 hari untuk dapat digunakan. Inilah tantangan yang dihadapi maskapai penerbangan,” katanya.

“MAS (Malaysia Airlines) beruntung memiliki keputusan kolektif untuk tidak memberhentikan karyawan kami selama pandemi. Apa yang kami lakukan adalah mengurangi gaji manajer senior untuk mendukung mereka yang berpendapatan rendah. Semua utuh bersama kami.

“Sebaliknya, kami tahu betapa buruknya (situasinya), kami membutuhkan mereka ketika pandemi sudah berakhir. Kami tidak membiarkan siapa pun pergi. MAS terkendali. Kita punya pilot.. kita punya segalanya,” ujarnya.

Izham mengatakan kelompok tersebut “berkomunikasi secara agresif dengan operator bandara. MAHB (Malaysia Airports Holdings Bhd).. kami sangat dekat satu sama lain.”

Dia mencatat bahwa MAG juga membuat “keputusan yang sangat hati-hati sehingga kami tidak ingin menempatkan pesawat kami dalam parkir jangka panjang.”

Izham mengatakan grup tersebut saat ini memiliki armada sebanyak 102 pesawat, dimana Malaysia Airlines memiliki 87 pesawat, sedangkan sisanya beroperasi di bawah merek MASwings dan Firefly.

“MAS bukanlah maskapai besar. Semua armada kita sebenarnya terbang…bahkan terbang saat pandemi,” ujarnya.

Izham mengatakan maskapai ini menargetkan kapasitasnya sekitar 76 persen pada akhir tahun ini.

“Sekarang kita targetkan 50 persen (kapasitas). Saat ini, jumlah penumpang yang diterbangkan MAS 30 persen lebih baik dari perkiraan kami,” tambahnya.

Pada bulan April, dilaporkan bahwa MAG berencana untuk meningkatkan kapasitas pesawatnya sebesar tambahan 15 persen di atas 20 persen dari tingkat pra-COVID-19 yang diproyeksikan untuk bulan tersebut, mengingat perbatasan Malaysia akan ditutup pada tanggal 1 April dan dibuka kembali. – Bernama

link alternatif sbobet

By gacor88