17 Mei 2023
JAKARTA – Ketika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tiba-tiba mengumumkan keputusannya untuk mencalonkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden di Hari Kartini, banyak pendukung setia presiden yang bergembira.
Lagipula, Presiden Joko “Jokowi” Widodo menunjukkan preferensinya terhadap sesama politisi PDI-P pada bulan November lalu ketika ia mengatakan masyarakat harus memilih politisi “berambut putih” yang merujuk pada gubernur yang populer, menurut para analis.
Namun pernyataannya di Musyawarah Rakyat (Musri), atau pertemuan rakyat, yang dihadiri ribuan pendukungnya yang paling bersemangat berkumpul pada akhir pekan, menunjukkan bahwa presiden belum siap untuk memobilisasi pendukungnya untuk mendukung satu kandidat.
Tak hanya Ganjar
Menggarisbawahi pentingnya dukungan akar rumput dalam pemilihan presiden tahun 2024, Jokowi berjanji kepada hadirin bahwa ia secara pribadi akan menyampaikan kepada partai-partai pro-pemerintah preferensi “sukarelawannya” mengenai siapa yang harus menggantikannya ketika ia mengundurkan diri pada bulan Oktober 2024.
Ganjar termasuk dalam daftar ini, menurut para pendukung presiden, serta Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
“Panel Barus sudah memberi saya hasil resminya, tapi saya belum membukanya,” kata Presiden Jokowi dalam pidatonya di acara tersebut, Minggu, merujuk pada ketua panitia penyelenggara Musra.
“Sesuai konstitusi, hanya partai atau (aliansi) partai yang berhak mengajukan calon, jadi tanggung jawab saya adalah menyampaikan hasilnya kepada (mereka) partai yang belum menyelesaikan (aliansinya),” imbuhnya.
Pertama kali diadakan di Bandung pada bulan Agustus 2022, para pendukung presiden telah mengadakan lebih dari 20 acara serupa di seluruh negeri sebagai cara bagi pendukung akar rumput untuk menyampaikan aspirasi mereka. Puncaknya adalah Musra hari Minggu di Stadion Indoor Istora Senayan Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno di Jakarta, di mana para pendukung presiden memutuskan tiga tokoh yang disukai untuk penggantinya.
Sedangkan untuk jabatan wakil presiden, total ada empat sosok pilihan yang muncul, termasuk dua menteri kabinet yang duduk di posisi teratas: Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud, Direktur Utama dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga. Tidak.
Dua lainnya adalah anggota lingkaran dalam presiden: Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dan Arsjad Rasid, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Meski Mahfud dan Sandiaga sering muncul dalam survei kelayakan calon wakil presiden, Moeldoko dan Arsjad tidak mendapat banyak perhatian.
“Nama-nama itu akan kami berikan (…) dan kami akan menunggu instruksi (Presiden), karena kelompok relawan akan mendukung siapa pun yang akan didukung oleh Pak (Pak) Jokowi,” Budi Arie Setiadi, ketua kelompok pendukung ProJo , kepada wartawan sebelum Jokowi naik panggung, Minggu.
ProJo, salah satu kelompok relawan yang paling menonjol di bawah pemerintahan Jokowi, adalah penyelenggara utama Musra tersebut.
‘Pemimpin yang Salah’
Masuknya Airlangga ke dalam daftar calon penerus yang disusun pendukung Presiden memang mengejutkan. Jajak pendapat sejauh ini menetapkan Ganjar dan Prabowo sebagai dua calon presiden terdepan, bersama dengan tokoh oposisi Anies Baswedan, yang mendapat dukungan dari Partai NasDem.
Golkar mengaku tetap mendukung Airlangga sebagai presiden, namun dukungan masyarakat terhadap Menteri Koordinator Perekonomian tertinggal jauh dari Ganjar dan Prabowo.
Dalam hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis Sabtu, lembaga survei tersebut menemukan hanya 1,7 persen responden yang menyatakan akan memilih Airlangga jika pemilu digelar hari ini. Ganjar dan Prabowo unggul masing-masing dengan 38,1 persen dan 31,3 persen, disusul Anies dengan 19,4 persen.
“Sejak Maret 2022 hingga saat ini, dukungan terhadap Ganjar terus meningkat, sementara Prabowo kurang lebih stabil. Sementara peringkat elektabilitas Anies menurun, sedangkan Airlangga tetap tidak kompetitif,” kata Peneliti Politik SMRC Deni Irvani, Sabtu.
Mengingat pentingnya pemilu presiden 2024 dalam menentukan arah Indonesia menuju dekade berikutnya, Presiden Jokowi berpesan kepada para pendukungnya untuk berhati-hati dalam memberikan suara.
“Jika kita salah memilih pemimpin untuk 13 tahun ke depan, kita akan kehilangan peluang menjadi negara maju,” ujarnya.
‘Gangguan’
Partai-partai oposisi mengkritik komentar Jokowi yang menyampaikan aspirasi pendukungnya secara pribadi, dengan mengatakan bahwa tidak pantas bagi presiden yang sedang menjabat untuk mempengaruhi proses pemilu.
Tugas presiden adalah memastikan pemilu diselenggarakan secara demokratis, kata Herzaky Mahendra, juru bicara Partai Demokrat.
Herzaky juga meminta Presiden mengikuti jejak pendahulunya, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono, yang menunjukkan kenegarawanannya dengan tidak ikut campur dalam pemilu menjelang akhir masa jabatannya. (aww)